Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad afif

Lini Tengah Inggris Menang Total

Olahraga | Wednesday, 30 Jun 2021, 01:58 WIB
D. Rice seorang back dipasang oleh Southgate sebagai pemain tengah.

Permainan Inggris disiplin. Ya,hal itu dapat kita lihat bersama pada gelaran EURO 2020 ini dengan rapi. Coach Southgate memasang pemain bertahan seperti Rice, Philip, Shaw, dan Trippier sebagai gelandang pengatur pertahanan. Fokus Three Lions ada pada pertahanan mereka. Briliant, Coach South membaca permainan the Panser sebagai timnas yang tidak kompromi dalam menyerang apabila bola sudah melewati garis tengah lapangan. Serangan seporadis membabi buta ia dapatkan dari babak belurnya timnas Portugal pekan lalu di fase group. Sialnya, Low tidak bisa antisipasi hal tersebut dengan rapi. Ia cenderung tetap memaksakan serangan seporadis dengan gaya formasi yang diterapkan lawan. Seharusnya ia ingat bahwa pemain seperti Ozil, Balack, Khedira tidak membersamai mereka kini. Totalitas tanpa batas Coach South tidak sia-sia. Pelatih separuh baya dengan kharismanya bak pangeran kerajaan Inggris, mampu membuat serangan Panser diredam dengan terjalan ranjau Singa. Bukan hanya tiga,namun empat singa sekaligus di lini tengah. Nama-nama pemain bertahan lainya begitu beken ditimbang D.Rice yang hanya bermain di klub klasemen penghibur liga Premiere musim ini. Tapi, peran sentralnya dalam menakhkodai lini tengah Inggris harus diacungi dua jempol. Irama yang ditunjukan oleh Kroos dan Kimmich nyaris tak terlihat sebagaimana pesona permainan mereka selama di fase grup. Bukan hanya pemain tengah saja sebetulnya, the real defender mereka dengan menampilkan Pickford sebagai penjaga kehormatan gawang Inggris terus menunjukan clean sheat selama babak 16 besar malam ini. Ia berhasil mengelaborasi shoot keras dari kencangnya senapan De Panzer melalui Muler, Kimmich, dan Kroos sebagai starter. Jerman, Tampil sebagai runner up group neraka ternyata belum mampu membendung langkah Inggris sebagai juara grup. Senada dengan tim satu atap dengan mereka yang juga angkat koper terlebih dahulu. Sebut saja France dan Portugal yang terlebih dulu dihempaskan oleh tim kuda hitam seperti Swiss dan Belgia, walaupun nama terakhir termasuk juga tim unggulan juara dengan skuad progresif. Inggris mampu membenamkan tim group neraka lainya. Entah karena tim mereka kelelahan ataupun mereka sudah merasa bahwa mereka adalah juara kompetisi versi group neraka sehingga semua tim yang lolos 16 besar di group tersebut tidak tersisa di babak fase gugur berikutnya. Ataupun juga kutukan juara bertahan Eropa dan Dunia setelah berhasil menggondol tropi bergengsi planet biru untuk waktu lalu tersebut. Itu semua cuma itung-itungan matematis beserta asumsi klasik saja.

Disamping itu, Inggris memang mempunyai stadion bertuah yaitu Wembley Stadium. Bermain di stadion angker tersebut, pasukan pimpinan Kane bermain dengan layaknya sihir Hary Potter. Tuah tongkat dan mantra ala penyihir Howgart menjelma sebagai sebuah ilusi nyata di tengah pertandingan syarat dengan gengsi serta sejarah darah biru di negara Ratu Elizabeth ini. Riuh penonton juga menambah antusiasme para pemain Three Lions yang memang bermain di rumah sendiri. Bukan berarti jago kandang, namun petuah dari histori tentang angkernya stadion tertua Inggris ini juga sebagai stadion kebanggaan rakyat Britania dalam gelaran even internasional baik sepak bola ataupun Olimpiade. Seakan tim Inggris sangat menjaga marwah Wembley untuk kesekian kalinya beserta rakyat Inggris atau juga Holigan yang punya ciri khas tanpa kaos kalau menonton sepak bola. Holigan berteriak layaknya liga Inggris digelar mempertemukan tim papan atas liga Primera entah siapa itu, terpenting adalah tim papan atas Inggris yang langganan juara tidak ada, namun yang ada adalah tim gantian juara. Siapapun di Inggris layak jadi raja liga Premier ini. Sebagai liga the best planet bumi, Primiera memiliki segudang prestasi termasuk membina warganya sendiri untuk dapat mengharumkan Negara ini.

Namun, pertahanan di bawah mistar gawang juga layak jadi sorotan dibawah penanganan Neuer. Kiper yang suka maju meninggalkan kotak penaltinya ini lupa bahwa sisi kiri gawangnya merupakan celah. Terbukti dua gol bersarang di mistar gawang berawal dari umpan passing lalu diteruskan dengan cocoran serta tandukan dari sang kapten. Coach Low seakan lupa dengan strategi grand final ketika mengahadapi Argentina pada piala dunia lusa. Pada babak extra time, Low memasukan Merio Gotze yang dikenal sebagai penyerang mungil namun energik mencari celah dari segala penjuru melalui right positioningnya. Lanjut, Soutgate juga brilian memainkan Sterling ke sisi kiri Jerman agar semua fokus padanya. Ditambah lagi Kane di tengah selalu kalem dan kharismatik senyap mengawal umpan manja dari sisi belakang,kanan,kiri, dan rebound depan gawang Neuer. Nyatanya, taktik tersebut berhasil mengusir ketenangan pasukan the Panser ke arah sisi kanan mereka, sementara sisi kanan sepi. Akhirnya, Inggris langsung passing terus ke arah tersebut untuk mendapatkan crossing serta cut back. Gol dari sang captain dimotori oleh Grealish dari sepinya sisi kanan ring satu the Panser di menit 86. Edisi sebelumnya, gol dari Sterling melalui cocoran menyusur tanah hasil koletivitas dengan Shaw pada menit 75. Lengkap sudah seluruh perayaan istana Ratu Elizabeth mengingat peluit injury time babak waktu normal sudah usai. Melalui hasil ini jelas bahwa Inggris akan melenggang ke babak 8 besar. Skenario awal meraka akan terus melenggang selama presisi dan disiplin ala liga Premier tetap disokong oleh taktik brilian sang pangeran Southgate. Namun, tetap jangan jumawa mengingat langkah road to grand final masih menyisakan 3 pertandingan lagi. Stay focus and calm down in right way !.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image