Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Faiz Romzi Ahmad

Batal Naik Haji dan Mekkah Yang Dikudeta Belasan Hari

Agama | Wednesday, 16 Jun 2021, 11:12 WIB

Lewat KMA (Keputusan Menteri Agama) Nomor 660 Tahun 2021, Pemerintah Indonesia memutuskan pembatalan pemberangkatan penyelenggaraan ibadah haji tahun 2021. Dengan pertimbangan aspek kesehatan dan melindungi warganya melalui penanggulangan pandemi covid – 19. KMA Nomor 660 Tahun 2021 itu disampaikan oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas saat konferensi pers pada 3 Juni kemarin.

Segera setelah konferensi pers dan pernyataan pembatalan haji 2021 berserak di media – media nasional, bola protes dan kekecewaan menghampiri para pembuat kebijakan.

Terburu – terburu, uang hajinya tidak ada, tidak piawai dalam melobi, akibat mengkriminalisasi HRS, topik itu kira – kira yang muncul di permukaan.

Sepekan setelah konferensi pers virtual itu, para calon jamaah haji ramai – ramai mulai menarik uang pelunasan biaya penyelenggaran ibadah haji.

Penulis tidak tahu apakah itu bagian dari kebutuhan para calon jamaah haji yang mendesak atau karena menjadi korban dari masalah haji yang dijadikan sebagai komoditas politik.

Haji Tahun Kedua Pandemi

Tahun 2020, pemerintah juga membatalkan ibadah haji yang disampaikan oleh Menteri Agama Fachrul Razi. Alasan dasarnya adalah hifdz an nafsi (menjaga keselamatan jiwa), bahwa pemerintah memprioritaskan untuk menjaga keselamatan jamaah haji Indonesia.

2021 ini adalah tahun kedua pandemi, sudah 2 tahun para tamu Allah asal Indonesia gagal bertamu. Sebelum pandemi, setiap tahunnya Indonesia mengirim antara 168.000 – 220.000 jemaah. Jumlah total Jemaah haji dari seluruh dunia sekitar 22,5 juta orang.

Titik terang soal pembatalan haji di tahun kedua pandemi itu diumumkan pemerintah Saudi.

Pemerintah Saudi selaku pembuat keputusan yang otoritatif telah mengumumkan pelaksanaan ibadah haji di tahun ini, bahwa ibadah haji hanya dibuka untuk domestik Arab Saudi saja.

Dengan memperbolehkan Jemaah yang merupakan warga Saudi dan ekspatriat dengan jumlah kuota 60.000 orang. Itupun persyaratannya cukup ketat, Jemaah harus taat agar dapat izin untuk melakukan ibadah haji.

Dengan diumumkannya keputusan dari pemerintah Indonesia soal pembatalan keberangkatan haji 2021 dan kebijakan Saudi Arabia yang hanya membuka kuota haji untuk warganya saja, mari kita secara khusyuk berdoa agar para tamu Allah dari penjuru dunia bisa dipanjangkan umurnya agar diberikan kesempatan untuk menjadi tamu Allah di tahun berikutnya.

Mekkah yang Pernah Dikudeta Belasan Hari

Kali ini penulis akan mengajak pembaca pada peristiwa ibadah haji di tahun 1979. Ini adalah catatan dari Yaroslav Trofimov, koresponden luar negeri The Wall Street Journal dalam judul bukunya Kudeta Mekkah, Sejarah Yang Tak Terkuak terbitan Alvabet. Dalam bukunya itu, Trofimov menyibak detail peristiwa yang tak banyak diketahui oleh Muslim.

November 1979 adalah situasi dimana Kota Suci Mekkah ada dalam puncak keramaian. Bulan itu bertepatan dengan rangkaian pelaksanaan ibadah haji.

Tepatnya 20 November 1979, sebuah peristiwa besar terjadi di Kota Suci Mekkah, terjadi di saat puluhan ribu jamaah berada di Mekkah untuk menunaikan rukun Islam kelima.

Sekelompok orang bersenjata pimpinan Juhayman al – Otaybi menguasai Masjid al – Haram, qiblatnya seluruh Muslim di dunia.

Juhayman dengan para milisinya itu memprotes maraknya korupsi di pemerintahan Saudi Arabia dan perkongsian Saudi dengan Amerika Serikat yang semakin romantis.

Para milisi Juhayman menggunakan pendekatan teologis berupa kedatangan Mahdi Sang pembawa kedamaian. Dipercayai Muhammad Abdullah al – Qahtani adalah Sang Mahdi yang menjadi keyakinan Juhayman dan milisinya untuk mengokupasi Masjid al – Haram.

Beberapa jamaah yang ada di dalam Masjid al – Haram mempercayai al – Qahtani sebagai Mahdi, mereka yang percaya berbaiat.

Selanjutnya, militan Juhayman membawa peti senjata ke tengah kerumunan jamaah haji untuk kemudian diambil oleh para jamaah yang baru saja berbaiat tadi untuk sama – sama melakukan pemberontakan.

Garis Pertempuran

Berita tentang kedatangan Sang Mahdi semakin meluas sampai kawasan urban di Jeddah. Ketika orang – orang berhasil keluar dari Masjid al – Haram, beberapa dari mereka meneruskan isi seruan Juhayman “Imam Mahdi telah datang,” bahkan pesan “Imam Mahdi baru saja muncul, di Masjid al – Haram,” sudah melampaui seluruh antero Saudi.

Otoritas Saud kewalahan menghadapi ini, di hari awal – awal pemberontakan, delapan perwira Saud meninggal di tempat saat melakukan misinya menguasai Masjid al – Haram.

Para juru tembak jitu Juhayman berjaga di menara masjid, mengawasi gerak – gerik aparat Saudi yang mendekat.

Sementara, Garda Nasional dan tentara Saudi terus bergerak dan sudah membuat garis pertempuran.

Kawasan di sekitar Masjid al – Haram dikuasainya, pos keamanan di titik – titik terntentu disiagakan. Memastikan tidak ada suplai senjata yang masuk ke milisi Juhayman dari luar.

Hampir selama 2 pekan milisi Juhayman berhasil mengokupasi Masjid al – Haram di tengah para jamaah haji yang tersandera di dalam kompleks Masjid al – Haram.

Saudi tidak tinggal diam, mereka memutus aliran listrik Masjid al – Haram, para militan Juhayman tetap berjaga di menara Masjid yang gelap seperti kubangan hitam, membidik tentara Saudi yang coba mengintai ke dalam Masjid.

Krisis Terburuk Saudi Modern

Pasukan khusus yang dikomandoi Kolonel Nasir al –Humaid ikut dalam misi penguasaan kembali Masjid al – Haram. Naasnya, Humaid sang perancang aksi itu terbunuh dalam gempuran pertama. Beberapa detik kemudian, wakilnya Mayor Usaimi, jatuh ke lantai, terluka di kakinya.

Masjid al – Haram masih kuat dalam genggaman milisi Juhayman yang ultrakonservatif. Dalam waktu yang bersamaan ratusan orang meninggal dalam pertempuran.

Sebagai Negara yang punya legitimasi terhadap dua Kota Suci, Mekkah dan Madinah, tentu ini adalah aib yang sangat besar bagi Saudi. Kualifikasi tentara Saud kurang memadai untuk menghadapi peristiwa berdarah itu, banyak di antara mereka yang gugur dalam pertempuran.

Jalan akhir ditempuh, meminta bantuan pasukan elit asing untuk terlibat dalam operasi militer senyap itu. 4 Desember 1979, aparat Saudi dan pasukan elit berhasil merebut kembali Masjid al – Haram.

Juhayman ditangkap, seluruh milisinya ditangkap. Muhammad Abdullah al – Qahtani Sang Mahdi sudah tewas sedari pertempuran selama 2 pekan itu.

Sebulan setelah penangkapan Juhayman dan milisinya, kepala – kepala mereka ditebas sesuai hukum yang berlaku di sana.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image