Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Big Move

Bisa Apa EKIS di Kala Pandemi?

Eduaksi | Thursday, 03 Jun 2021, 18:51 WIB

Virus SARS-Cov-2 atau yang kita kenal dengan Covid-19 adalah virus yang menyerang sistem pernapasan, virus ini bukanlah virus periodik seperti influenza yang menjangkiti beberapa orang saja dalam waktu tertentu. Sejak 1 Desember 2019 dengan tercatatnya kasus covid-19 pertama di Wuhan, China sampai saat ini tahun 2021 tetap ada penambahan kasus. Sebagian besar negara di dunia ikut menyumbangkan angka kasus yang tidak sedikit. Bahkan sebagian besar negara di dunia sampai memberlakukan lockdown daerah hingga nasional, tak terkecuali Indonesia. Dengan cepat virus ini telah menjadi pandemi baru di dunia.

Pandemi covid-19 benar-benar memberikan pukulan telak bagi dunia dalam semua bidang. Memang, yang jelas terdampak adalah bidang kesehatan, sampai-sampai beberapa negara kekurangan tenaga kesehatan karena nakes pun akhirnya harus dirawat pula. Ekonomi menjadi bidang kedua yang merasakan dampak besar dari pandemi ini. Banyak perusahaan yang gulung tikar karena masyarakat lebih memilih berbelanja online ketimbang datang ke outlet perbelanjaan. Imbasnya banyak pemutusan hubungan kerja sepihak oleh perusahaan.

Dibalik Kesusahan Pasti Ada Kemudahan.

Di satu sisi marak orang yang di-PHK oleh perusahaan tempatnya bekerja, di sisi lain tidak sedikit pula yang mengalami perkembangan baik dalam perekonomiannya. Siapa mereka? Ya, mereka adalah para pelaku bisnis online maupun offline, namun pebisnis online lebih di untungkan meski diberlakukannya PSBB. Dikala pebisnis offline tertatih-tatih melalui masa pandemi ini, pebisnis online dapat lebih lancar karena mereka memang sudah biasa bekerja dari rumah, tanpa otlet, dan lain sebagainya. Dengan pengalaman, ilmu pengetahuan, serta link bisnis yang telah mereka kuasai, sepertinya pandemi tidak menjadi penghalang mereka untuk terus memetik “cuan”.

Dilansir dari jakarta.bps.go.id, tercatat pada Agustus 2020 angkatan kerja berjumlah sekitar 5 juta orang. Dari sekitar 5 juta orang tersebut 4,5 juta orang masih bekerja, formal mau pun informal. Namun ada kenaikan dibanding tahun lalu pada pekerja sektor informal, kenaikan yang cukup baik hingga mencapai selisih 7% dari tahun lalu. Termasuk di dalamnya lahir para pengusaha baru, offline mau pun online.

Maknanya tidak sedikit juga orang-orang yang dapat melihat dan menemukan berkah serta kemudahan dibalik susahnya ujian pandemi Covid ini. Dengan begitu mereka dapat mandiri secara financial dan menjauh dari jurang pengangguran.

Jika Sudah Mandiri, Ayo Berbagi!

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk saling berbagi pada sesama umat islam mau pun sesama umat manusia. Anjuran berbagi itu tidak hanya untuk orang yang bekecukupan saja, orang yang sedang kesusahan pun tetap dianjurkan untuk berbagi sesuai kemampuan mereka. Bahkan di katakan “berbagi (sedekah) tidak akan mengurangi harta/rizki”, asal kan ikhlas dan dari harta yang halal.

Dalam dunia ekonomi modern, konsep seperti ini agaknya dikenal dengan konsep pembangunan ekonomi yang berkelanjutan berlandaskan tauhid. Dengan zakat, infaq, sedekah, dan waqaf (ZISWAF) kita dapat mendukung pembangunan ekonomi umat. Dalam lingkup kenegaraan yang Bhineka Tunggal Ika ini, kita juga mengenal istilah pajak. Ada pajak penghasilan, pajak kepemilikan, pajak bangunan, dan lain sebagainya. Dari pajak ini pun kita dapat ikut serta secara tidak langsung dalam upaya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Dengan adanya potensi baru yang muncul dari sektor informal (pengusaha baru) – meski tidak banyak – seharusnya kita dapat mengoptimalkan konsep di atas. Tentunya dengan cara patuh membayar pajak saja itu sudah cukup, alangkah lebih baik dan lebih berkah lagi jika kita juga mengeluarkan ZISWAF dari harta yang kita miliki.

Penanganan Pandemi Covid-19

Dalam upaya penanganan pandemi pun sudah sama-sama kita lihat bagaimana peran APBN dan APBD dalam menghambat laju virus ini. Dengan APBN dan APBD yang sumbernya adalah dari pajak seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dapat membangun rumah sakit darurat Covid-19, mengadakan alat medis yang di butuhkan, hingga membantu rakyat yang terdampak dengan kebijakan BLT (Bantuan Langsung Tunai).

Lembaga ZISWAF dengan dana yang bersumber dari para dermawan di seluruh Indonesia pun ikut berjibaku menghalau ganasnya Covid-19. Sebagai contoh bahkan Muhammadiyah dengan cepat pada 5 Maret 2020 langsung membentuk Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) sebagai upaya organisasi yang memiliki kekayaan cukup besar dalam membantu penanganan pandemi ini.

Di balik itu semua ternyata masih ada yang harus menjadi perhatian lebih bagi kita semua selaku umat islam dan rakyat Indonesia. Yakni bagaimana negara ini ternyata masih kekurangan bantuan dari kita sebagai rakyatnya. Hal itu tercermin dari pengadaan vaksin Covid-19 dan alat medis yang masih harus menerima bantuan dari negara lain.

Sudah seharusnya pada momen pandemi seperti saat ini kita harus lebih berperan aktif dalam upaya pembangunan ekonomi berkelanjutan yang berlandaskan tauhid. Dengan cara lebih patuh menunaikan kewajiban pajak, mengintensivkan ZISWAF, membagikan pengalaman usaha, dan lain sebagainya. Dari kaca mata ekonomi, sosial, dan spiritual hanya dengan berbagi kita dapat memulihkan kembali keadaan ekonomi, kesehatan, dan sosial.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image