Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mimin Retizen

Kiat Menulis: Meracik Tulisan Lewat Angle

Eduaksi | Wednesday, 02 Jun 2021, 03:56 WIB
Sumber: pixabay/Stock Snap

Apa yang kamu pandang dari semangkuk bakso bisa berbeda dari orang lain. Kamu mungkin menilai lezat karena daging baksonya, yang lain kuahnya. Tergantung selera. Hal serupa berlaku dalam tulisan. Meski topiknya sama, 'rasanya' bisa berbeda. Tergantung racikan angle-nya.

Apa itu angle? Angle adalah sudut pandang yang dijadikan fokus utama tulisan. Istilah ini populer dalam fotografi. Juru foto menggunakan angle untuk menyampaikan ide dan informasi melalui hasil jepretan-nya. Saat ingin menunjukkan ekspresi seseorang misalnya, fotografer membuat cakupan lensa lebih dekat ke wajah (close up). Sebaliknya, untuk menggambarkan keadaan sekitar orang tersebut, ia menjauhkan lensa kamera dengan cakupan lebih lebar (wide-angle).

Konsep sama diterapkan dalam penulisan. Angle menentukan fokus dalam tulisanmu. Gagasan apa yang ingin "di-jepret". Ide apa yang hendak disorot. Ia juga berfungsi layaknya kompas atau peranti GPS. Memandu tulisan, agar lebih terarah. Tidak tersesat ke mana-mana. Pembaca pun tidak kebingungan mencernanya.

Untuk lebih mudah memahaminya, contoh sederhana ini mungkin membantu.

Misalnya, kamu memiliki gagasan menulis soal warung bakso yang selalu ramai di jalan A. Sedang happening banget tempat ini. Nah, ide menarik sudah didapat. Tahapan selanjutnya menentukan sudut pandang penulisan.

Kamu pun mengawalinya dengan pertanyaan. Misalnya, mengapa warung ini bisa ramai? Bagaimana awal pedagang merintis hingga seramai ini? Atau, mengapa bakso dan kuahnya bisa sangat lezat? Bagaimana cara buat atau resepnya?

Taruhlah kamu akhirnya memilih menulis soal resepnya. Dari situ arah tulisan bisa ditebak. Perencanaan dibuat.

Melalui riset, wawancara, dan pengamatan langsung, kamu pun menggali informasi dari sana. Mulai dari bahan-bahan baku kuah dan baksonya, cara mengolahnya, waktu yang dibutuhkan untuk memasak, sampai cara penyajian. Di tengah pengumpulan bahan tulisan, bisa saja kamu memperoleh informasi lain. Misal, soal kisah pedagangnya. Catat dan rekam saja soal itu,

Tibalah waktunya menulis. Kamu pun mulai meramu tulisan seputar resep bakso. Judul sementara bahkan sudah kamu ketik: "Resep Kelezatan Bakso Warung A". Tulisanmu di awal-awal paragraf ikut menegaskan itu.

Namun, ketika menuju alinea terakhir, tiba-tiba kamu memutuskan menyisipkan informasi soal kiprah si penjual di tengah tulisan.

Saking semangatnya, kamu menuangkan informasi lengkap. Mulai dari sejarah pedagang pertama kali berjualan bakso, kendala yang dihadapi, hingga pendapatan yang sekarang ia hasilkan. Sangat detail.

Apa yang terjadi? Secara nilai informasi, tidak ada yang salah dari itu. Namun dari sisi penulisan, sebaiknya dihindari. Itu membuat tulisanmu terkesan tidak fokus. Pembaca bisa terpecah konsentrasinya. Ini tulisan soal resep bakso atau kisah pedagang ya?

Tulisan sebaiknya memiliki satu fokus saja. Kalau ingin membahas resep bakso, ya pusatkan ke situ sampai akhir tulisan. Meski, jangan salah, kisah soal pedagang juga menarik. Itu termasuk angle unik. Namun, mengapa tidak menuliskannya dalam artikel terpisah? Rasanya lebih bijak.

Setia pada satu angle dapat membuat tulisanmu lebih jernih. Terlalu banyak sudut pandang dalam satu tulisan, berpotensi membuatnya ruwet. Pembaca mungkin saja mengerti maksud penulis. Namun, jangan menyulitkan mereka. Penulis yang baik berusaha memudahkan pembaca menangkap pesan yang ingin disampaikan.

Okay, bahasan soal angle ala Retizen.id ini mungkin belumlah lengkap. Sejumlah aspek masih butuh diutarakan. Setidaknya kami harap dapat menggambarkan sekilas apa itu angle dan fungsinya dalam meracik tulisan.

Baca juga:

Kiat Menulis: 5 Cara Temukan Ide Tulisan Menarik

Memulai Menulis, Kok Susah Yah? Ini Kiatnya

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image