Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Abdul Muid Badrun

Optimalisasi Ekonomi Berjamaah

Bisnis | 2021-05-25 12:35:51

Bank Indonesia (BI) bersama Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS), telah beberapa kali menyelenggarakan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF). Tujuannya untuk mendorong Indonesia sebagai pusat rujukan ekonomi dan keuangan syariah global.

sumber: Republika

Dalam ISEF, BI dan KNKS bermitra dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), LPPOM-MUI, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), dan Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC). BI juga melibatkan mitra strategis internasional seperti Islamic Financial Services Board (IFSB), International Islamic Financial Market (IIFM), Organization for Islamic Cooperation (OIC), The Association of Development Financing Institutions in Member Countries of the Islamic Development Bank (ADFIMI), dan World Halal Association.

Sebagai upaya inklusivitas dalam strategi pengembangan ekonomi syariah (eksyar) di Indonesia, BI ikut mengembangkan ekosistem halal value chain. Caranya, BI akan turut melibatkan pelaku UMKM syariah dan pesantren. Adapun pengembangan eksyar merupakan bagian dari strategi bauran kebijakan BI dalam rangka mencapai tujuan sebagaimana dalam undang-undang. Hal tersebut sekaligus mendukung kebijakan nasional yang bertujuan mewujudkan potensi industri halal Indonesia. Selain itu juga menjadikan Indonesia pusat eksyar dunia, melalui penerapan nilai-nilai dan prinsip dasar ekonomi syariah.

Dari sini, BI telah menyusun cetak biru (blueprint) pengembangan eksyar yang menjadi acuan kebijakan, strategi, dan program pengembangan yang terintegrasi sebagai bentuk dukungan terhadap eksyar nasional. Cetak biru eksyar menegaskan penguatan riset dan edukasi untuk meningkatkan literasi masyarakat melalui edukasi dan sosialisasi eksyar. Semua ini bertujuan untuk mendorong lokomotif eksyar agar mampu memberikan pertumbuhan yang berkelanjutan di Bumi Nusantara.

Sumber: Dokumen Pribadi

Mari kita lihat data. BI pernah membuat estimasi nilai eksyar mencapai 80 persen dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Jika mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada 2018 sebesar Rp 14.837 triliun, maka nilai eksyar mencapai Rp 11.869 triliun (Republika, 14/11/2019). Meski pasar keuangan syariah Indonesia hingga Januari 2019 baru mencapai 8,6 persen terhadap keuangan konvensional dan pasar perbankan syariah tak beranjak di kisaran 5,6 persen, semangat mewujudkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat dan berkelanjutan tidak pernah berhenti.

Dibandingkan dengan pasar keuangan syariah negara-negara seperti Malaysia (28,2 persen), Pakistan (10,4 persen), Mesir (9,5 persen), pasar keuangan syariah Indonesia masih terbilang kecil: peringkat 10 dari 131 negara. Mengingat Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Ironisme ini harus menjadi catatan bersama agar dicapai perubahan yang lebih berarti di tahun-tahun berikutnya.

Fakta ini seyogianya juga menjadi PR bersama semua pihak. Bagi penulis, pelajaran pentingnya adalah masalah kebersamaaan (ekonomi berjamaah). Jangan sampai rencana besar yang digagas bersama menjadi mandul ketika diimplementasikan di lapangan. Kelemahan mendasar ini mari bersama kita perbaiki.

Berpikir global harus diimbangi dengan semangat implementasi di aksi lokal. Artinya, PR perbaikan di tingkat lokal yang sudah direncanakan harus segera dituntaskan. Kita sering nyaring berteriak, namun lemah alias memble ketika menyangkut implementasi dan koordinasi di lapangan. Akibatnya, seperti adagium obsesi besar, tenaga kurang jangan sampai terulang.

Di sisi lain, melambatnya ekonomi global saat ini, menjadi blessing in disguised bagi pertumbuhan eksyar. Terutama di sektor pariwisata, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan ekonomi pesantren. Belum lagi jika kita mau memaksimalkan potensi dana sosial seperti zakat yang mencapai 3.40 persen PDB atau sekitar Rp 217 triliun dan wakaf yang memiliki 2,6 miliar meter persegi atau 268,6 ribu hektar tersebar di 366.595 tempat di seluruh Indonesia. Data ini membuktikan bahwa eksyar di Indonesia sungguh berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Maka, wajar jika momentum ini kita kawal bersama.

Karena itulah, peran teknologi menjadi penting agar potensi besar ini menjadi kekuatan umat untuk memajukan ekonomi umat di tengah era VUCA (Volatile, Uncertainty, Complexity dan Ambuigy) dan disruption. Dari sini penulis jadi teringat pesan Mochtar Riady dalam salah satu kesempatan: Kita jangan hanya tahu pohon tapi juga tahu hutan. Artinya kita harus tahu ekosistem dan hubungan tali-temali variabel-variabel di dalamnya agar tidak kehilangan momentum dan tetap survive.

Alhasil, pandemi yang saat ini masih ada di Indonesia hendaknya disikapi dengan cerdas dengan memaksimalkan kekuatan ekonomi berjamaah. Yaitu, kekuatan umat seperti pesantren (yang jumlahnya 26.973, data Kemenag 2020), organisasi masyarakat, majelis taklim (yang di Jawa Timur sendiri tercatat lebih dari 26 ribu, data 2019), dan institusi pendidikan Islam mulai SDIT sampai Perguruan Tinggi.

Dengan kekuatan ekonomi berjamaah dalam menumbuhkan ekosistem eksyar, akan memberikan daya dorong yang kuat untuk memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dari sinilah, kita sebagai umat berperan aktif untuk ikut terlibat. Dengan cara menjadi nasabah perbankan syariah, memilih produk-produk halal, bepergian ke tempat-tempat wisata syariah, membayar zakat dan memaksimalkan wakaf produktif serta menjadi menjadi umat yang unggul.***

Penulis: Abdul Muid Badrun, Khodim di Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo Jawa Timur. HP. 08111717875

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image