Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ratna Puspita

Mahasiswa: Bu, Apa yang Bikin Mahasiswa Enggak Lulus Sidang Proposal?

Eduaksi | 2021-05-06 19:17:30
Ilustrasi Mahasiswa (republika/mardiah)

Semester genap sudah memasuki paruh kedua di kampus tempat saya mengajar. Ini berarti mahasiswa skripsi juga mulai sibuk berburu dengan waktu untuk sidang proposal. Beberapa mahasiswa selesai mendaftar sidang proposal gelombang ketiga pada Rabu, 5 Mei 2021.

Pada malam harinya, saya melakukan diskusi dengan mahasiswa-mahasiswa tersebut melalui Zoom meeting. Diskusi ini dimaksudkan agar mahasiswa punya persiapan sebelum sidang. Harapan lainnya, lebih memahami isi proposalnya.

Dalam diskusi itu, kami membicarakan banyak hal. Namun, hal yang paling membuat saya tertarik ketika seorang mahasiswa bertanya kepada saya: "Pertanyaan saya lebih ke teknis sidang sih, bu. Sebenarnya, apa yang bikin mahasiswa bisa enggak lulus sidang?" tanya mahasiswa itu.

Mahasiswa tidak lulus sidang ketika saya uji beberapa kali terjadi. Bahkan, mahasiswa yang saya bimbing pun pernah tidak lulus sidang. Satu orang pernah tidak lulus sidang proposal, satu lainnya tidak lulus sidang skripsi.

Saya pun menggunakan pengalaman saya untuk menjawab pertanyaan mahasiswa saya, "mahasiswa yang enggak lulus biasanya yang sama sekali enggak bisa jawab."

Ada tiga hal yang perlu dipahami dalam sebuah ujian sidang proposal (dan sidang skripsi). Pertama, dosen penguji pasti berusaha meluluskan mahasiswa meski sekacau apapun proposalnya. Kedua, dosen penguji juga paham kalau mahasiswa tegang sehingga bingung menjawab. Namun, ketiga, dosen penguji tentu tidak bisa menoleransi ketika mahasiswa sama sekali tidak bisa menjawab.

Lalu, mahasiswa saya bertanya lagi, "Enggak bisa jawab ini kayak gimana sih, bu?"

Contoh, pada suatu sidang, dosen penguji bertanya soal skripsi mahasiswa. Lalu, mahasiswa tidak bisa menjawab sama sekali. Ketika dosen pengujinya berusaha mendetailkan pertanyaan dengan harapan si mahasiswa paham apa yang ditanyakan, mahasiswa tidak bisa menjawab dan justru mengatakan: "Nanti saya masukan dalam revisi saya".

Mendengar jawaban si mahasiswa, dosen penguji berganti ke pertanyaan lain. Namun, respons si mahasiswa masih sama. Berganti ke pertanyaan lain dan hasilnya sama saja. Pada titik ini, hal yang wajar kalau kemudian dosen penguji menjadi mempertanyakan si mahasiswa. Pertanyaan tersebut, yakni:

1. Apakah mahasiswa tidak paham apa yang dia tulis? Apakah dia tidak paham karena hanya mereplikasi skripsi yang sudah ada dan mengubahnya agar sesuai dengan masalah penelitiannya?

2. Apakah mahasiswa tidak mengerjakan skripsinya sendiri alias pakai joki? Karena itu, pada beberapa sidang, dosen penguji kadang sampai bertanya: "Ini kamu mengerjakan proposal kamu sendiri atau enggak ya?"

Kenapa kok dosen kesannya negative thinking? Bisa aja kan mahasiswanya tegang. Kepada mahasiswa saya, saya bilang, bahwa mayoritas mahasiswa yang sidang itu tegang. Sebagian masih bisa jawab dengan lancar dan sebagian lagi memberikan jawaban yang ngalor-ngidul. Tapi, mahasiswa yang enggak paham sama apa yang disusunnya, ya, enggak akan paham harus jawab apa, bahkan mencoba menjawab pun enggak bisa.

Pertanyannya kemudian, "kok bisa sih dikasih ujian?" Pertimbangan dosen kasih mahasiswa ujian itu ada banyak. Pertama, mahasiswa benar-benar dianggap siap buat ujian, proposalnya udah oke. Kedua, mahasiswa diajak diskusi enggak nyambung sementara bimbingannya sudah hampir dua semester. Ketiga, kasihan. Yes, kadang dosen kasihan sama mahasiswa yang "butuh lulus semester ini".

Hal lain lagi, bimbingan online yang menggunakan teks dan bukan diskusi langsung juga turut menyumbang judgment dosen. Kadang mahasiswa ditanya lewat teks paham, tapi pas menjelaskan langsung ternyata tidak paham pun banyak terjadi.

Lalu, apa yang harus dilakukan mahasiswa supaya bisa lulus sidang? Ada sejumlah hal yang saya sarankan kepada mahasiswa saya sebagai persiapan sidang.

Pertama, tidak ada proposal yang sempurna di dunia ini. Jadi, revisi setelah sidang itu sudah pasti ada. Enggak perlu takut sama revisi. Revisi banyak atau revisi sedikit itu sesuatu yang relatif.

Kedua, dosen penguji itu manusia. Apapun reputasinya, dia tetap manusia. Jadi, enggak perlu takut berlebihan sama dosen.

Ketiga, pelajari proposal kamu. Jangan sampai kamu enggak paham sama proposal yang kamu tulis sendiri. Kalau ada bagian yang kamu belum paham, silakan diskusikan.

Oh, bagian keempat, ini saya lupa mengutarakan ke mahasiswa: jujur. Mahasiswa harus jujur sama proses yang dilakukan. Saya pernah tidak meluluskan mahasiswa karena, ya, ketahuan dia tidak jujur soal proses yang dia lakukan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image