Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Herry nugroho sulistio

Pembelajaran IPA Berbasis Teori Belajar Konstruktivisme

Eduaksi | Tuesday, 20 Apr 2021, 05:10 WIB
Oleh : Herry Nugroho Sulistio, Mahasiswa PGSD Universitas Muhammadiyah Purworejo

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilaksanakan secara sadar dan terencana oleh pemerintah dan masyarakat dalam mengembangkan berbagai kompetensi siswa, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor ke arah yang lebih sempurna sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam menciptakan siswa-siswa yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya merupakan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dan pembentukan sikap ilmia

konstruktivisme siswa akan merasa senang dalam pembelajaran karena dapat mengkonstruk sendiri pengetahuannya dengan cara bekerja sama dengan kelompoknya.

Hakikat sains adalah landasan untuk berpijak dalam mempelajari IPA. Banyak cara yang telah dilakukan untuk mencapai aspek yang terkandung di dalam hakikat sains, salah satunya yaitu menggunakan pembelajaran berbasis konstruktivisme.Pembelajaran yang mengaplikasikan model pembelajaran aktif yang dapat mengkonstruk pemikiran siswa sendiri sehingga dapat terwujud hakikat sains secara utuh yang dapat membelajarkan siswa untuk berproses (keterampilan proses) dan juga menanamkan sikap ilmiah, misalnya rasa ingin tahu, jujur, bekerja keras, pantang menyerah, dan terbuka. Secara sederhana teori konstruktivisme itu beranggapan bahwa pengetahuan merupakan konstruksi dari mengetahui sesuatu. Pengetahuan kita bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan atau formulasi yang dibuat oleh seseorang yang mempelajarinya Teori Konstruktivisme tidak bertujuan mengerti tentang realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana suatu proses, dalam hal ini adalah pembelajaran, dari tidak mengetahui menjadimengetahui sesuatu tersebut. Maka dalam pandangan ini belajar merupakan suatu proses aktif dari peserta didik untuk mengkontruksimakna, pengalaman fisik dan sebagainya.

Menurut faham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapaisuatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema (jamak: skemata) yang baru. Seseorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus-menerus.

Bagi konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, di mana peserta didik membangun sendiri pengetahuan, keterampilan dan tingkah lakunya. Peserta didik mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari. Pesertadidik sendiri lah yang bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Mereka sendiri yang membuat penalaran dengan apa yang dipelajarinya, dengan cara mencari makna, membandingkan dengan apa yang telah ia ketahui dengan pengalaman dan situasi baru. Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme adalah sebagai berikut. menyediakan pengalaman belajar dengan mengkaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan, menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara, mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk memahami suatu konsep melalui kenyataan kehidupan sehari-hari

Penerapan teori belajar Konstruktivisme dalam pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berpikir kritis, logis, mandiri, cinta ilmu, rasa ingin tahu, menghargai orang lain, bertanggung jawab, dan percaya diri. Teori konstruktivisme tidak bertujuan mengerti tentang realitas, tetapi hendak melihat bagaimana suatu proses dalam hal ini adalah pembelajaran dari tidak mengetahui menjadi mengetahui sesuatu tersebut. Model pembelajaran konstruktivisme merupakan strategi pembelajaran yang bertitik tolak dari pengalaman yang dimiliki oleh siswa, menekankan keterampilan proses, berdiskusi, berkolaborasi, bekerja sama dan beragumentasi dengan teman sekolah sehingga siswa dapat menemukan sendiri baik secara individu konstruktivisme siswa akan merasa senang dalam pembelajaran karena dapat mengkonstruk sendiri pengetahuannya dengan cara bekerja sama dengan kelompoknya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image