Secangkir Kopi untuk Seteru
Sastra | 2021-04-16 16:38:38Lucu. Dulu seteru sekarang bertamu. Meminta sebungkus kopi untuk diseduh. Saya sodorkan cangkir. Saya siramkan air panas dan mengaduknya pakai sendok bekas.
Ia kemudian mulai bercerita. Ngalor ngidul tanpa alur. Kisah hidupnya kini merana. Jauh dari hidupnya dulu yang berkawan harta.
Saya urung menghakiminya. Orang yang dulu bahagia membuat orang kecewa. Hanya senyum tawa menyertai obrolan kami berdua.
Kesulitan hidup mengubahnya. Ia jadi murid dewasa. Tanpa ceramah ia menyumbang pelajaran berharga. Nasib berputar. Kadang di atas, kadang di bawah.
Sambil menyeruput kopi, pagi ini saya bersyukur. Menyesap pelajaran dari seteru yang kini menjadi kawan baru.
Pagi hari, Senin, 28 April 2014.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.