Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rifka Silmia Salsabila

Manusia dan Kebutuhan Akan Rasa Aman

Gaya Hidup | Tuesday, 05 Apr 2022, 16:12 WIB

Setiap manusia pasti pernah merasa takut, baik mulai dari hal sepele sampai hal yang besar. Besarnya rasa takut memang tidak bisa dipukul rata pada setiap orang, masing-masing punya persepsinya sendiri terhadap rasa takut. Namun, menurut Abraham Maslow ada dorongan rasa takut yang kerap dimiliki oleh manusia, berkaitan dengan tiga kebutuhan paling bawah yang ada pada piramida hierarki kebutuhan yang digagas olehnya.

Melansir dari buku Teori Kepribadian yang disusun oleh Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, kebutuhan-kebutuhan yang dimaksud adalah:

1. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar. Kebutuhan mempertahankan hidup secara fisik, dengan meberi asupan makan & minum, berhubungan intim, istirahat (tidur), dan menghirup oksigen. Maslow mengemukakan bahwa manusia adalah binatang yang berhasrat dan jarang mencapai taraf kepuasan yang sempurna, kecuali untuk suatu saat yang terbatas. Apabila suatu hasrat itu telah terpuaskan, maka hasrat lain muncul sebagai penggantinya.

2. Kebutuhan Rasa Aman

Kebutuhan ini sangat penting bagi setiap orang, baik anak, remaja, maupun dewasa. Pada anak kebutuhan akan rasa aman ini nampak dengan jelas, sebab mereka suka mereaksi secara langsung terhadap sesuatu yang mengancam dirinya Agar kebutuhan anak akan rasa aman ini terpenuhi, maka perlu diciptakan iklim kehidupan yang memberi kebebasan untuk berekspresi. Namun pemberian kebebasan untuk berekspresi atau berperilaku itu perlu bimbingan dari orang tua, karena anak belum memiliki kemampuan untuk mengarahkan perilakunya secara tepat dan benar. Pada orang dewasa, kebutuhan ini memotivasinya untuk mencari kerja, menjadi peserta asuransi, atau menabung uang. Orang dewasa yang sehat mentalnya, ditandai dengan perasaan aman, bebas dari rasa takut dan cemas. Sementara yang tidak sehat ditandai dengan perasaan seolah-olah selalu dalam keadaan terancam bencana besar.

3. Kebutuhan Pengakuan dan Kasih Sayang

Apabila kebutuhan fisiologis dan rasa aman sudah terpenuhi, maka individu mengembangkan kebutuhan untuk diakui dan disayangi atau dicintai. Kebutuhan ini dapat diekspresikan dalam berbagai cara, seperti: persahabatan, percintaan, atau pergaulan yang lebih luas. Melalui kebutuhan ini seseorang mencari pengakuan, dan curahan kasih sayang dari orang lain, baik dari orang tua, saudara, guru, pimpinan, teman, atau orang dewasa lainnya. Kebutuhan untuk diakui lebih sulit untuk dipuaskan pada suasana masyarakat yang mobilisasinya sangat cepat. terutama di kota besar, yang gaya hidupnya sudah bersifat individualistik. Hidup bertetangga, aktif di organisasi, atau persahabatan dapat memberikan kepuasan akan kebutuhan ini.

Itulah kebutuhan-kebutuhan yang didorong dengan adanya rasa takut dan cemas atau menurut Abraham Maslow, hal tersebut dinamakan deficiency needs (D-needs), yaitu kebutuhan akan kekurangan. Rasa takut memang penting untuk kita menjadi lebih waspada dan berhati-hati dalam menjalankan kehidupan. Namun, jangan sampai rasa takut itu membuat kita melakukan hal-hal di luar batas yang merugikan orang lain.

Misal, Kebutuhan fisiologis mendorong rasa takut akan kelaparan pada manusia. Sebab, manusia harus bertahan hidup dengan makan dan minum. Sering terjadi di lingkungan sosial kita, orang terpaksa mencuri karena urusan perut. Ya, mereka merasa khawatir jika tidak bisa memenuhi kebutuhan ini lantaran tidak memiliki uang untuk membeli makan. Yang mana, seharusnya ini jangan sampai terjadi. Oleh karena itu, kita sebagai makhluk sosial harus berkontribusi untuk mencegah hal-hal seperti terjadi.

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi Ujian Tengah Semester (UTS) Teori Kepribadian Program Magister Psikologi Pendidikan, UPI.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image