Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Slamet Samsoerizal

PUISI KOPLAK SEBAGAI IRONI

Sastra | 2022-04-03 05:21:18

(Bagian 2 dari “Puisi Koplak itu Serius dan Serius itu Ternyata Koplak”)

Dok Pakde SB

Kita merasakan, betapa ironi Parmo dan Parmi –potret dua sosok jelata yang hidupnya paradoks sekaligus bernasib ironi. Sang Penyair, memotret keduanya di sebuah tempat pelacuran. Melampiaskan hasrat syahwat berkali-kali, lalu tanpa tindak motif mereka bunuh diri. Pembaca mendadak dibuat getir, walau awalnya sempat nyengir. Mayatnya terpisah:

Parmi membujur di Kalimati

Parmo mengambang di Kalimalang

Buku antologi Mik Kita Mira Zaini dan Lisa yang menunggu Lelaki Datang (Sekumpulan Sajak Koplak) ini pada awal terbit bertajuk Sajak-sajak Koplak Sekumpulan Puisi (SKSP) ini adalah buku keempatnya. Penyair yang memiliki nama pena: Syukur Budiardjo ini telah menulis tiga buku sebelumnya. Masing-masing bertajuk: Seratus Puisi Status Jilid 1: Wajah, Nama, dan Facebook (2015) dan Seratus Puisi Status Jilid 2: Belajar dari Zu Rong Ji (2015).Kumpulan cerpen Tunggu ku di Pojok FB (2017) dan kumpulan esai Enak Zamanku To?(2017), Demi Waktu (2017), dan Sekumpulan esai dan Opini Solilokui Menulis Puisi (2017)

Kumpulan puisi SKSP ini terdiri atas 54 puisi. Apabila ditilik dari kronologinya, kelima puluh empat puisi ini ditulis dalam rentang empat tahun (10 November 2013 29 uni 2017). Dari segi kuantitas, memang puisi yang dihasilkannya tampak sedikit. Agaknya kesedikitan ini lebih dikriteriakan pada tema koplak atau humor yang ditampilkannya. Puisi-puisi tersebut memiliki topik yang beragam.

Selain itu, dalam rentang waktu tersebut, penyairnya: Syukur Budiharjo banyak menulis puisi bertema selain humor bersama puisi karya penyair lainnya terkumpul dalam Antologi Puisi Doa Buat MH370 Kembali MH370 (2014), Duka Gaza Duka Kita (2014), Memo untuk Presiden (2014), Untukmu Ibu Pertiwi (2014), Sajak Pemuda untuk Pertiwi (2014), Perempuan, Cinta, dan Kemanusiaan (2014), Antologi Puisi Menolak Korupsi (PMK) 4: Ensiklopegila Koruptor (2015), dan Memo untuk Presiden (2015).

(Bersambung)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image