Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image thomi thomas

Minyak goreng, Pertamax, dan Hukum Psikoanalisis Freud

Eduaksi | 2022-04-01 08:45:29
Sumber : https://www.pngdownload.id/download/teori-psikoanalitik.html

Saya sebenarnya tidak begitu mengikuti perkembangan kenaikan harga minyak goreng, pertamax, dan komoditas lainnya. Hal yang cukup beralasan karena saya seorang anak muda dengan aktivitas-aktivitas yang tidak terkait secara intens dengan keadaan dapur dan bahan bakar. Akan tetapi, beberapa unggahan di media sosial membuat saya cukup berempati dengan kondisi ini. Kabar yang saya baca tentang harga minyak goreng yang meroket, tanggapan netizen tentang ucapan Ibu Megawati perihal rebus-merebus, dan pengumuman terkait harga pertamax naik dari pak menteri, membuat saya tergerak menulis artikel tentang masalah sosial ini.

Saya ingin mengajak kita semua mendudukan secara tepat problem kenaikan harga di berbagai komoditas. Mendudukan permasalahan amatlah penting agar kita tidak terjebak dalam kegelisahan. Begitu kira-kira, pelajaran ilmu filsafat yang sedikit saya tangkap. Dalam rangka mendudukan permasalahan kenaikan harga barang, saya ingin menawarkan tinjauan dari segi hukum psikoanalisis Freud. Hal ini saya ambil sesuai dengan kapasitas dan pemahaman saya. Lebih-lebih, saya bukan ahli ekonomi, politik, apalagi ahli hukum dan geopololitik.

Freud merupakan tokoh pelopor psikoanalisis yang amat masyur. Teori psikoanalisisnya cukup terkenal dan sering diajarkan di bangku sekolah. Saya pun pernah mengajarkan konsep ini dalam pembelajaran sewaktu mengulas psikologi tokoh dalam sebuah cerita. Konsep psikoanalisis Freud yang mudah kita pahami dan kita cerna adalah seputar Id, Ego, Superego yang mempengaruhi kepribadian dan perilaku manusia.

Secara sederhana, Id adalah dorongan yang ingin dipenuhi oleh setiap orang. Ego adalah realitas sekaligus kontrol terhadap Id yang muncul. Superego adalah aturan-aturan, norma, bahkan tuntutan sosial yang melingkupi seseorang. Tiga unsur ini haruslah dipahami dan dikelola dengan seimbang agar tidak membuat manusia masuk ke ranah konflik. Ketidakstabilan ketiganya akan memunculkan problem-problem sosial tertentu.

Kenaikan harga minyak goreng, pertamax, dan komoditas sebenarnya pertarungan antara ketiganya dalam diri pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha. Pemerintah mempunyai keinginan (Id/dorongan) untuk menstabilitaskan keungan pertamina dengan menaikkan harga pertamax. Adapun, kasus minyak goreng, kita tahu bahwa faktor kenaikan harga minyak nabati, dan kebutuhan CPO, plus dampak pandemi membuat adanya dorongan kenaikan standar harga minyak goreng oleh di pasaran. Belum lagi, pengusaha yang mempunyai dorongan untuk menghasilkan laba lebih baik di sektor minyak goreng (dan komoditas lain mungkin) membuat kelangkaan terjadi. Sementara itu, masyarakat punya dorongan memenuhi kebutuhan primer melalui minyak goreng, bahan bakar, tetapi realitas yang ada harganya mahal dan langka.

Bila kita cermati paparan di atas, konflik Id atau dorongan antara masyarakat, pemerintah, dan pengusaha terjadi secara masif. Hal ini wajar sebetulnya mengingat setiap elemen individu, masyarakat, kelompok mempunyai dorongan yang ingin dipenuhi. Namun, pertanyaan yang ingin saya ajukan untuk kita semua adalah apakah dorongan tersebut sudah sesuai dengan ego dan superego yang berlaku? Kenaikan harga oleh pemerintah misalnya apakah sesuai dengan realitas kemampuan yang dimiliki masyarakat? Hal ini perlu dipahami sehingga konsep wong cilik terabaikan tidak melulu terjadi. Kemudian, para oknum –oknum yang terlibat dalam ‘permainan’ kelangkaan harga minyak perlu meninjau ulang pemahaman tentang norma, aturan, dalam memenuhi keinginan mencari keuntungan dengan cara yang benar. Masyarakat juga perlu memahami realitas-realitas secara utuh dalam kasus kenaikan harga ini sehingga tidak ikut larut termakan hoax dan melakukan tindakan yang tidak benar.

Setidaknya, itulah pembahasan yang bisa saya sajikan. Kita perlu menyadari entah sebagai individu entah sebagai elemen sosial bahwa konsep Id, Ego, dan Superego selalu tarik menarik dalam diri kita. Mari, kita sikapi secara tepat dan bijak demi keseimbangan hidup secara bersama-sama.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image