Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Thurneysen

Guru 'Out of The Box', Guru Masa Kini

Guru Menulis | Thursday, 31 Mar 2022, 23:46 WIB

“Hal istimewa yang saya temukan dalam pembelajaran ini, ketika dilakukan dengan cara kekinian. Membuat sebuah podcast yang sudah dikenal oleh seluruh kalangan, baik muda dan tua.”

“Selain itu, adanya perpaduan antara pelajaran Sosiologi dan Bahasa Inggris. Pastinya menjadi tantangan tersendiri, serta membuat saya menyadari bahwa pelajaran yang satu dengan yang lain itu ternyata tidak dapat terpisahkan atau terintegrasi.”

Demikian cuplikan singkat dari hasil refleksi seorang siswa di kelas yang saya bimbing, tepatnya setelah menuntaskan materi pelajaran “Globalisasi dan Perubahan Sosial” pada bidang studi Sosiologi kelas 12 SMA.

Sesuai dengan materi pelajaran kami saat itu, “Globalisasi dan Perubahan Sosial”, maka kami pun mencoba membahas bahwa dunia itu dari waktu ke waktu semakin mengalami proses global, bahwa batas antara satu negara dengan negara yang lainnya semakin tipis.

Saya pun melontarkan kepada anak, “Siapkah kita bersaing di tengah-tengah situasi demikian?”

Lalu saya menyampakain sebuah pernyataan bahwa masa seperti ini, setiap pribadi harus siap membuka diri dengan masyarakat atau bangsa lain. Serta memanfaatkan setiap kesempatan yang ada, tentu harus dibarengi dengan kemampuan berkomunikasi yang baik. Setidaknya, penguasaan Bahasa Inggris bagi siswa saat ini, teramat penting. Selain itu harus tetap memegang prinsip yang kuat sebagi filter bagi tawaran yang tidak sesuai dengan nilai-nilai diri, masyarakat dan bangs akita.

Selain itu, kami juga membahas bahwa pengaruh dan dampak globalisasi terhadap perubahan sosial sebuah masyarakat semakin nyata dan masif. Kita juga melihat dan merasakan bersama, berbagai perubahan dan kemajuan telah terjadi dalam berbagai bidang. Salah satunya, perubahan dan kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Oleh karena itu kita harus berbenah dan memunculkan daya saing yang tinggi.

Nah, melalui bahasan materi pelajaran “Globalisasi dan Perubahan Sosial” tersebut, saya mencoba menawarkan dua hal kepada para siswa. Kedua hal ini pastinya memenuhi kebutuhan dan harapan dari topik pembelajaran. Pertama, kami melakukan kolaborasi dengan pelajaran Bahasa Inggris. Kedua, kami mencoba memanfaatkan salah satu hasil kemajuan IPTEK tersebut untuk sebuah proses pembelajaran.

Harapan itu pada akhirnya membuat kami mencoba sesuatu yang baru, yang berbeda dengan cara biasanya. Anak-anak membuat podcast dalam Bahasa Inggris, tetapi dengan konten yang berasal dari pelajaran Sosiologi tersebut.

Proses pembelajaran ini ternyata disambut baik oleh para siswa. Bahkan melalui pembelajaran ini, sebagai guru saya bisa melihat bahwa anak didik kami itu sangat kreatif dan memiliki potensi yang luar biasa. Bahkan, saya semakin yakin bahwa sesungguhnya para siswa itu memiliki potensi yang hebat dan unik, bahwa guru itu harus berperan untuk membantu para siswa untuk membongkar atau menggalinya.

Melalui proses pembelajaran kali ini, jujur saya sangat kagum dengan kemampuan dan bakat siswa yang saya bimbing. Dari mereka terlihat ada yang sangat berbakat menjadi konten kreator, pemandu acara, narasumber, dan masih banyak bakat-bakat lain yang bisa terlihat. Pokoknya, keren deh.

Menurut hemat saya, guru masa kini sejatinya adalah guru yang “out of the box”. Guru yang mencoba menawarkan pembelajaran yang berbeda pada umumnya.

Ketika yang lain masih asik belajar dengan cara konvensional, yang lebih fokus pada teori dan konsep semata, maka guru masa kini harus menawarkan sesuatu yang membuat siswa mampu memiliki pengalaman baru dan bahkan menghasilkan karya nyata. Tetapi perlu disepakati, bukan berarti kita harus alergi dengan pembelajaran teori dan konsep, tanpa itu juga, bagaimana mungkin para siswa tersebut memiliki karya yang kuat dan berkualitas?

Berikutnya, guru yang “out of the box” itu harus mampu melihat potensi yang terpendam dalam diri siswa dan berupaya untuk menggali dan mengeluarkan potensi tersebut. Ibarat seorang pemahat, melihat keindahan sebuah patung di balik tumpukan batu yang besar.

Guru yang “out of the box” juga adalah guru yang melahirkan siswa yang kreatif bukan semata hanya pintar. Siswa-siswa tersebut sejatinya harus dilatih menghasilkan sesuatu bukan sebatas memanfaatkan sesuatu.

Sebagai seorang guru, saya sendiri terkadang mencoba bertanya pada diri sendiri. Ternyata belum bisa disejajarkan dengan guru yang “out of the box”. Tetapi, setidaknya dalam pengalaman mengajar sering sekali saya mencoba sesuatu yang berbeda.

Misalnya, dalam pembelajaran di kelas, sesungguhnya ada banyak hal lain yang pernah kami lakukan yang sesuai dengan tren atau yang kekinian. Tujuannya, agar pembelajaran itu bisa sesuai dengan zamannya.

Kemudian, ada beberapa anak yang pada akhirnya mampu menghasilkan karya yang berada di luar dugaan. Saya masih ingat, bahwa ada siswa didik saya yang pernah berhasil menulis di media nasional seperti koran dan majalah, semuanya berawal dari penugasan dan bimbingan di kelas. Bahkan ada beberapa diantara mereka yang pada akhirnya menerbitkan buku walau dalam bentuk antologi.

Nah, diakhir tulisan ini, saya mau simpulkan, bahwa di era perubahan yang semakin cepat menggelinding seperti masa sekarang. Guru “out of the box” itu sangat dibutuhkan. Guru “out of the box” itu akan membuat pembelajaran berbeda.

Sebagai guru, siapkah kita belajar dan menjadi guru “out of the box”? Yuk!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image