Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Noralia Purwa Yunita, M. Pd

Pendidikan Holistik, Solusi Pembelajaran Masa Pandemi

Guru Menulis | Thursday, 31 Mar 2022, 23:30 WIB
(sumber : dokumen pribadi)

Pandemi yang melanda Indonesia selama kurun waktu 2 tahun terakhir ini memang merubah segalanya. Adanya pandemi ini membuat manusia harus beradaptasi. Adaptasi muncul dari suatu keterpaksaan, dari keterpaksaan ini maka kita akan dipaksa untuk bisa, dan lama-kelamaan kita akan menjadi terbiasa atau mahir karena terus-menerus menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada. Begitupun dengan pendidikan, pendidikan akan terus-menerus beradaptasi terhadap perkembangan dan kebutuhan jaman serta kondisi yang sedang terjadi.

Selama masa pandemi seperti sekarang ini, pembelajaran dialihkan dari sekolah ke rumah. Pembelajaran dari rumah tidak melulu harus menggunakan pembelajaran secara daring. Bagi siswa dan guru yang tinggal di tempat yang tepat dan fasilitas yang memadai mungkin akan berjalan dengan lancar. Lain halnya dengan mereka yang ada di daerah 3T yang memiliki keterbatasan fasilitas dan pengetahuan yang dimiliki. Pada akhirnya, guru harus berinovasi dengan mencari cara lain untuk dapat melakukan pembelajaran tanpa daring. Guru dapat memaksimalkan apa yang ada di lingkungan sekitar untuk dijadikan sebagai media pembelajaran. Siswa sebaiknya diajak bereksplorasi atau menjelajah alam sekitar daripada selalu berkutat dengan pertanyaan-pertanyaan teoritis.

Sebagai contoh kondisi alam yang ada dapat dijadikan sebagai kelebihan guna penyampaian pembelajaran. Pada materi ekosistem misalnya, ajak anak untuk bereksplorasi ke suatu sungai atau lahan datar kemudian kenalkan apa saja ekosistem di dalamnya. Pada materi makanan sehat, kita dapat mengajak anak untuk memasak dan secara bersama-sama mengulas kandungan gizi dari makanan tersebut. Dengan cara ini, pembelajaran di rumah dirasa lebih efektif, menyenangkan dan tidak membebani siswa karena anak berasa sedang bermain dalam pembelajarannya. Pembelajaran bermakna yang seperti inilah yang akan membuat siswa akan teringat terus tentang konsep pelajaran karena siswa mengalami sendiri prosesnya.

Pola pembelajaran ini sebenarnya hampir sama dengan pendidikan holistik yang diterapkan pada pendidikan usia dini. Pendidikan holistik merupakan suatu metode pendidikan yang membangun manusia secara keseluruhan dan utuh dengan mengembangkan semua potensi manusia yang mencakup potensi sosial-emosi, potensi intelektual, potensi moral atau karakter,kreatifitas, dan spiritual. Tujuannya dalah untuk membentuk siswa yang mampu mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya ,meliputi potensi akademik, potensi fisik, potensi sosial, potensi kreatif, potensi emosi dan potensi spiritual (Ratna M:2005).

Pada pendidikan holistik, pembelajaran dilakukan secara menyenangkan dan didasarkan pada pengalaman yang nyata serta siswa dituntut untuk lebih banyak berinteraksi dengan lingkungannya. Beberapa pendekatan pembelajaran yang dianggap efektif di antaranya adalah pendekatan siswa belajar aktif, pendekatan yang merangsang daya minat anak atau rasa keingintahuan anak, pendekatan belajar bersama dalam kelompok, kurikulum terintegrasi, dan lain-lain (Ratna M:2005).

Pada pendidikan anak usia dini, kurikulum pendidikan lebih ditekankan untuk mengembangkan semua kecerdasan anak, baik psikologis, spiritual, kinestetik, berpikir kreatif, berpikir ilmiah, linguistik, dan sebagainya. Metode pembelajaran dilakukan dengan model bermain sambil belajar yang disebut dengan sentra belajar. Di sentra belajar ini, anak akan mengikuti serangkaian kegiatan seperti sentra bahan alam yang bertujuan agar anak lebih mengenal dan dekat dengan alam, sentra main peran agar anak mengetahui berbagai tugas dan tanggungjawab akan peran yang dimainkan, sentra balok untuk melatih daya kreasi dan kesabaran anak serta sentra yang mengembangkan motorik halus dan kasar anak seperti menggunting, melompat, memasak, dan sebagainya.

Sebenarnya, cara belajar dengan model sentra belajar, tidak hanya dapat diterapkan pada anak usia dini. Untuk siswa di jenjang lainpun dapat diterapkan. Sebagai contoh, bermain peran dalam membantu korban bencana banjir dapat dilakukan dengan melibatkan anak untuk membantu korban terdampak Covid. Ini akan melatih kepedulian anak terhadap lingkungannya. Esensi mata pelajaran PPKn pun diperoleh dari kegiatan ini. Begitupun juga pada sentra bahan alam dimana anak diajak untuk mengenal tanaman dan hewan. Hal ini dapat dikaitkan dengan mata pelajaran IPA materi klasifikasi tanaman dan hewan atau faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman atau juga unsur hara yang diperlukan tanaman untuk tumbuh.

Pendidikan holistik sangat menekankan pada pendekatan pendidikan yang mengembangkan potensi siswa secara utuh. Pembelajaran tidak hanya mengembangkan cara berpikir teoritis tetapi juga kritis dan kreatif sehingga multiple intelligences siswa berkembang secara maksimal. Pembelajaran juga dapat dikaitkan dengan pembentukan suatu karakter tertentu (kerjasama, pantang menyerah, percaya diri, dan lain-lain), dihubungkan dengan budaya masyarakat setempat, alam sekitar dan segi spiritual. Dengan demikian, tidak hanya sisi intelektual siswa saja yang berkembang, tetapi segi emosional dan spiritual siswa juga dapat berkembang. Hingga akhirnya tujuan pembelajaran untuk mengembangkan siswa secara seutuhnya dapat tercapai. Inilah yang diminta dari proses pembelajaran di rumah yang sebenarnya. Siswa belajar dari hasil pengamatan, eksplorasi dan pengalaman di lingkungan sekitar. Jadi bukan melulu ditekankan pada pembelajaran daring yang tidak semua siswa bisa lakukan. Tinggal bagaimana guru dan orang tua mengemas metode ini agar dapat dilaksanakan secara maksimal dan tujuan pembelajaran tercapai.

Jadi pada intinya, pembelajaran efektif dari rumah adalah dengan memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar untuk proses belajar. Bukan memaksakan sesuatu yang tidak bisa. Pembelajaran haruslah kreatif dan menyenangkan bagi siswa karena belajar sambil bermain atau bereksplorasi dengan lingkungan sekitar jauh lebih bermakna daripada siswa yang harus dihadapkan dengan tugas-tugas teoritik yang ada. Tentunya kolaborasi dengan orang tua juga diperlukan demi kesuksesan pembelajaran ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image