Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Irfan Abdurrahmat, S. Th. I

Tantangan Menjadi Guru Efektif di Abad 21

Guru Menulis | Thursday, 31 Mar 2022, 18:47 WIB

Di abad 21 persoalan pendidikan secara umum, seperti sekolah, madrasah dan guru kian berat. Ada tiga aspek yang mempengaruhi dunia pendidikan saat ini. Pertama adalah globalisasi. Globalisasi merubah wajah pendidikan di berbagai aspek. Sekolah dan madrasah dituntut melakukan pengembangan berorientasi global. Kedua, teknologi dan inovasi. Globalisasi ditandai dengan merambahnya teknologi ke dalam semua aspek pendidikan di sekolah, baik aspek pembelajaran, pengelolaan, dan layanan pendukung lainnya. Pemanfaatan gawai informasi yang intens dalam proses pembelajaran merupakan bukti adanya globalisasi. Ketiga, bagaimana cara belajar siswa. Di abad 21, dengan terjadinya lingkungan siswa yang berubah dengan cepat, maka perubahan pada cara siswa belajar juga berubah. Siswa sekarang diajarkan bagaimana peduli terhadap lingkungan, mampu belajar mandiri, dan memecahkan permasalahan sendiri. Siswa dituntut untuk pro aktif mencari informasi sendiri yang sumbernya sangat banyak tersedia di lingkungan dia. Jika dulu pembelajaran bersifat pasif, maka sekarang siswa dituntut untuk aktif dan kreatif.

Seperti ditegaskan oleh Partnership for 21st Century Skills yang dipublikasikan pada bulan Desember 2009 menjelaskan sekolah atau madrasah dituntut tak hanya menjadikan delapan mata pelajaran inti yang menjadi tema abad 21 seperti Bahasa Inggris (bahasa dan sastra), Bahasa dunia, Seni, Matematika, Ekonomi, Geografi, Sejarah dan Pemerintah dan kewarganegaraan sebagai fokus. Namun, harus memberikan pemahaman lebih lanjut tentang tema-tema interdisipliner.

Tema-tema interdisipliner ini dikelompokkan pada lima bidang, yaitu Pertama, Global awareness. Menggunakan keterampilan abad 21 untuk memahami dan mengidentifikasi isu-isu global. Belajar dari pengalaman dan bekerja secara kolaborasi dengan orang lain yang menggambarkan keberagaman budaya, agama, dengan lebih mengedepankan dialog. Kedua, Pemahaman finansial, ekonomi, bisnis, dan kewirausahaan. Diajarkan bagaimana melakukan keputusan ekonomis, paham dalam menjalankan peran ekonomi di tengah-tengah masyarakat, dan menggunakan keteramplan kewirausahaan untuk meningkatkan produktivitas dan karir. Ketiga, Pemahaman tentang ketatanegaraan. Berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan bernegara dengan cara tahu dan paham serta terlibat dalam proses pemerintahan. Melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara, dan memahami dampak dari keputusan ketatanegaraan.Keempat, Pemahaman tentang kesehatan. Tahu dan paham, serta mampu menerapkan informasi kesehatan dasar untuk meningkatkan taraf kesehatan diri. Kelima, Pemahaman lingkungan. Tahu dan memahami lingkungan sekitar. Memahami dampak kehadiran manusia terhadap lingkungan, mau mengamati dan menganalisis isu lingkungan dan membuat solusi efektif atas permasalahan lingkungan. Ikut terlibat dalam upaya penyelematan perusakan lingkungan.

Dengan lima bidang interdisipliner tadi, untuk bisa tetap bertahan dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran di era yang sedemikian berubah, seorang guru perlu menyiapkan dirinya dengan baik. Kesiapan mental, intelektual, keterampilan, dan tentunya juga fisik. Motivasi mengajar dan mendidik yang tinggi juga merupakan variabel penting dalam suksesnya pembelajaran. Ia dituntut menjadi guru yang efektif, yaitu guru yang memiliki ciri: Pertama, menjadi manajer kelas yang sangat baik. Kedua, memahami bagaimana cara mengajar yang baik. Ketiga, memiliki harapan yang tinggi terhadap keberhasilan siswa.

Menurut penelitian Dawson dan Billingsley (2000), guru yang efektif mampu mmeningkatkan prestasi siswa yang rendah sebesar 53 persen di tahun pertama, dan 83 persen di dua tahun berkutnya. Sedangkan guru yang tidak efektif, ia hanya mampu meningkatkan prestasi siswa yang rendah sebesar 14 persen saja di tahun pertama, dan 29 persen di dua tahun berikutnya.

Tuntutan profesionalisme bagi guru-guru di abad 21 menjadi satu hal yang sangat mutlak dibutuhkan. Jika selama ini kita tahu bahwa karakter guru profesional adalah guru yang memiliki empat kompetensi secara utuh (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional). Teacher Development Planning Team(2004) menggambarkan sosok guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi utama, yaitu pedagogik, kepemimpinan, kepribadian, dan pengetahuan serta didukung kompetensi dasar, yaitu kemampuan komunikasi, kemampuan kolaborasi, kemamuan teknologi, dan kemampuan evaluasi.

Selain menjadi sosok profesional, Stansbury (2011) mengidentifikasi lima ciri guru yang efektif di abad 21, yaitu Pertama, Guru yang mampu mengantisipasi masa depan. Seorang guru yang efektif adalah guru yang dalam mengajar bertujuan menyiapkan siswa di masa yang akan datang.Menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan tumbu-kembang di era mereka, bukan saat dimana mereka diajarkan, tapi disiapkan untuk masa yang akan datang. Dengan begitu, seorang guru harus mampu memprediksi kecenderungan-kecenderungan di masa yang akan datang, dimana anak-anak yang sekarang diajar akan hidup di era tersebut.

Kedua, Pembelajar seumur hidup (Lifelong learner). Dunia akan terus senantiasa berubah. Mereka menghendaki sesuatu yang benar-benar baru. Untuk itu, seorang guru dituntut untuk terus menyesuaikan diri, fleksibel, mampu menerima perubahan, dan siap gagal. Mereka harus senantiasa belajar untuk bisa bertahan.

Ketiga, Mampu mengajar semua karakter siswa. Seorang guru abad 21 haruslah seorang yang bersifat pemimpin situasional. Mereka harus memapu mengidentifikasi kemapuan setiap siswa, dan paham bahwa semua siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menerima pelajaran, motivasi belajar, atau menerima perlakuan strategi tertentu yang dibuat guru. Dengan karakter yang berbeda-beda, tentu tugas guru akan berat, karena tidak boleh satupun anak yang tidak teroptimalkan potensinya ke tingkatan yang paling tinggi mengacu ke standar.

Keempat, Mampu membedakan teknologi yang mendukung dengan yang tidak. Anak-anak usia sekolah adalah sosok yang memiliki kemampuan sangat cepat dalam beradaptasi dengan teknologi (TIK). Sistem sekolah tidak harus selalu dengan detil mengajari mereka bagaimana mengoperasikan perangkat-perangkat teknologi, tetapi sebaiknya sekolah/guru harus mengetahui teknologi mana yang akan membuat siswa belajar banyak dan lebih cepat. Ia harus mahir dalam menilai apakah teknologi yang tersedia bagi mereka itu mendidik atau tidak, baik di sekolah ataupun di rumah.

Sudah saatnya guru bisa mengaplikasikan beberapa hal di atas guna menjadi guru efektif abad 21. Selama bisa kembangkan diri, lakukan. Tak perlu menunggu program pemerintah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image