Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ikfi Nursyifa Arridla

Ramadan Momen yang Tepat untuk Self Healing

Lomba | Wednesday, 30 Mar 2022, 22:19 WIB
Pexels) " />
Ilustrasi: beribadah di bulan Ramadan (sumber: Thirdman dari Pexels)

Ramai-ramai bahas self healing yang digaungkan oleh para kaum muda milenial akhir-akhir ini, membuat banyak orang semakin tertarik dengan istilah yang satu ini. Tampaknya, istilah healing menjadi salah satu kata kekinian yang sangat populer digunakan. Namun, sebenarnya, apa yang dimaksud dengan healing itu sendiri? Lalu bagaimana pula kaitannya dengan bulan Ramadan?

Makna Healing

Secara bahasa, healing bermakna penyembuhan. Secara istilah, healing berarti suatu proses penyembuhan diri dari luka batin atas segala hal yang membuatnya sedih, cemas, marah, dan lain-lain, atau yang membuat kondisi hati atau jiwanya tidak tenang. Sayangnya, saat ini, istilah self healing lebih sering diartikan sebagai kata ganti refreshing atau feeling better, yakni sebuah upaya untuk "melarikan diri" dari masalah dengan mendapatkan suasana yang menyenangkan sementara, misalnya dengan liburan, menonton, pergi kuliner, dan semacamnya. Padahal, seperti yang telah kita ketahui, proses penyembuhan tidaklah mudah dan sesederhana itu.

Hal yang Sering Luput tentang Ketenteraman Hati

Tanpa menafikan pengobatan jiwa dari seorang yang ahli yakni psikolog dan psikiater, sebagai seorang Muslim, memiliki jiwa dan hati yang tenang secara dasar bisa diupayakan oleh diri sendiri. Masihkah ingat dengan doa yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah berikut ini.

Doa tersebut menjadi doa pokok yang menyebar menyeluruh ke semua permasalahan dunia-akhirat. Ketenangan hati ini sesungguhnya berpangkal dari usaha penyucian jiwa (tazkiyatn nafs). Aktivitas penyucian jiwa sendiri tak pernah lepas dari satu syarat utama, yakni melakukan ketaatan kepada Allah. Hal ini selaras dengan yang disampaikan oleh Dr. Adian Husaini dalam buku Pendidikan Islam, "Jiwa yang tenang adalah yang rida dan ikhlas menerima keputusan dan pemberian Allah. Jiwa seperti ini diraih melalui pemahaman akidah yang kokoh dan latihan yang terus-menerus, tidak mengenal lelah."

Kaitan antara Ketenangan Jiwa dan Puasa Ramadan

Dalam proses menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan, usaha untuk menahan lapar dan haus, menahan hawa nafsu, memperhatikan tingkah laku diri, dan menjalankan ibadah dengan mengharapkan pahala di sisi Allah, merupakan sebuah latihan yang dilakukan secara terus-menerus. Latihan selama sebulan ini diharapkan menjadi sebuah kebiasaan untuk terus dilaksanakan di bulan-bulan selanjutnya. Hadiah yang didapatkan pun tidak main-main. Jika melihat kembali kepada hadis, balasan yang diberikan pun kembali kepada penyucian diri.

Lalu, memangnya mengapa jika dosa-dosa di masa lalu telah diampuni? Menyadur dari yang disampaikan oleh Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi dalam buku Minhaj, "Jika jiwa seseorang bersih dengan menjalankan perintah, menjauhi larangan Allah dengan sempurna, dan berbuat kebajikan untuk dirinya dan orang lain sepanjang waktu, maka doanya akan dikabulkan dan usahanya akan dimudahkan oleh Allah." Selain dikabulkan doa, Dr. Hamid juga meneruskan bahwa mereka akan mendapat rahmat dari Allah, tidak perlu khawatir dan bersedih hati dalam menjalani kehidupan ini (seperti yang disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 112).

Puasa Ramadan, Sehat Jiwa dan Raga

Sudah banyak penelitian yang memaparkan bahwa puasa di bulan Ramadan dapat menyehatkan tubuh. Makan yang teratur di bulan Ramadan dapat membuat ritme jantung menjadi lebih baik. Berpuasa di bulan ini membantu meningkatkan metabolisme tubuh sehingga organ-organ tubuh bekerja dengan perlahan memperbaiki diri. Hal ini tentunya akan lebih baik dan bekerja lebih optimal jika didukung dengan pemilihan makanan yang baik saat berbuka dan sahur. Metabolisme tubuh yang bagus ini membantu raga untuk lebih sehat dan tahan dari berbagai penyakit, apalagi di masa pandemi saat ini.

Raga yang sehat juga hakikatnya tak pernah terlepas dari kondisi jiwa yang sehat pula. Bahkan, puasa disebut dapat membantu meredakan kadar hormon stres sehingga meningkatkan hormon endorfin. Jiwa yang bersih dan hati yang tenang ini dapat menghasilkan emosi positif dan kondisi mental yang sehat.

Di tengah kondisi pandemi yang belum membaik sepenuhnya, apalagi di saat kondisi barang yang serbanaik, daripada misuh-misuh tak membuahkan hasil dan menguras energi, memilih memfokuskan diri untuk beribadah di bulan Ramadan menjadi pilihan yang tepat. Memaksakan diri untuk beribadah khusyuk memang terasa berat karena kita sedang dalam proses penyembuhan jiwa, bukan sekadar main-main belaka. Semoga kita tetap sehat jiwa-raga!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image