Ummu Habibah dan Keislamannya
Agama | 2022-03-30 17:38:56Ramlah binti abu sufyan Radhiyallahu ‘Anha di lahirkan 25 tahun sebelum hijrah atau kurang lebih 13 tahun sebelum nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di angkat menjadi rasul.
Ayahnya bernama Shakhr bin Harb bin Umayyah yang dikenal sebagai Abu Sufyan, dan ibunya bernama Shafiyah binti Abul Ash.
Beliau dipanggil sebagai Ummu Habibah lantaran memiliki seorang putri yang bernama Habibah.
Ayah Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha , yakni Abu Sufyan merupakan seorang pemimpin kaum quraisy di Mekkah yang cukup terhormat, ia sangat menentang agama islam, bahkan memusuhi nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha menikah dengan seorang pemuda bangsawan quraisy yang bernama Ubaydillah bin Jahsy. Beliau adalah termasuk di antara orang yang pertama masuk islam setelah tersebarnya berita kenabian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Saat itu keislamannya tidak di ketahui oleh Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha dan Abu Sufyan
Suatu hari, Ubaydillah bin Jahsy membaca ayat Al Qur’an secara diam-diam, bacaannya terdengar oleh Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha,Beliau bertanya apa yang sedang dibaca suaminya, setelah mendengar penjelasan dari suaminya Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha masuk islam.
Mendengar kabar keislaman Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha , Abu Sufyan sangat marah dan menyalahkan Ubaydillah bin Jahsy atas keislaman anaknya. Karena kesilamannya mereka berdua mendapatkan cacian bahkan di aniaya.
Setelah melihat keadaan kaum muslimin yang penuh dengan tekanan dan siksaan dari kaum quraisy, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan kaum muslimin untuk hijrah ke Habasyah.
Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha hijrah menuju Habasyah pada hijrah yang kedua.
Saat berada di Habasyah, Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha bermimpi buruk mengenai suaminya, Beliau melihat suaminya berpenampilan sangat buruk. Pagi harinya, suaminya berkata “Sungguh Aku tidak melihat agama yang lebih baik dari Nasrani, dulu aku memeluk agama ini, setelah itu memeluk agama Muhammad, sekarang aku memeluk kembali Nasrani”
Mendengar perkataan suaminya, Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha berkata “Sungguh tidak ada kebaikan untukmu” Beliau menceritakan mimpi yang di lihatnya semalam, tetapi suaminya tidak menghiraukannya sampai suaminya wafat dalam keadaan murtad.
Setelah kepergian suaminya, kehidupan Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha berubah. Kehidupannya di penuhi dengan keterasingan dan kesendirian di negeri orang, terlebih lagi ayah beliau yakni Abu Sufyan menolak keislamannya dan telah mengusirnya dari rumah.
Setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendengar keadaan Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha berada dalam kesulitan,Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajukan lamaran kepada Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha dengan wasilah seorang budak perempuan yang bernama Abrahah, ia seorang budak kiriman dari Negus, pemimpin Habasyah.
Rasululullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menikah dengan Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha pada tahun ke 7 Hijriah.
Setelah kemenangan kaum muslimin dalam perang Khaibar, rombongan kaum muslimin dari Habasyah termasuk Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha kembali ke madinah bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam .
Saat Pembebasan Kota Mekkah (Fathu Mekkah), Ayah Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha yakni Abu Sufyan menyatakan keislamannya.
Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha wafat di Madinah pada tahun 44 Hijriah, di usianya ke 86 tahun.
Dari kisah Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha , kita dapat mengambil sebuah hikmah yang bisa kita praktikkan di dalam berdakwah.
1. Ikhlas
Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha masuk islam ikhlas karena Allah bukan karena mengikuti sang suami, kalaupun karena suami, ketika suaminya murtad beliau akan ikut murtad, tetapi tidak, beliau tetap memeluk agama islam. Begitu pula seorang da’i, harus ikhlas berdakwah karena Allah, bukan karena ingin terkenal atau lain sebagainya. Karena salah satu kunci keberhasilan dalam berdakwah berawal dari niat, apakah niatnya ikhlas karena Allah atau tidak. Sebagaimana di sebutkan di dalam hadis
انما الاعمال بالنيات
“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung pada niatnya” Hadis Riwayat Bukhari
2. Istiqamah
Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha tetap istiqamah memeluk agama islam meskipun sang ayah menentangnya, suaminya murtad bahkan beliau sedang di negeri orang (Habasyah), bagi seorang da’i istiqamah sangat di butuhkan dalam berdakwah. Ketika terjun ke dunia dakwah, seorang dai harus benar-benar istiqamah di jalan dakwahnya, jangan sampai niat ingin mengubah suatu kaum ujung-ujungnya dia yang terubah oleh kaum tersebut.
3. Sabar
Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha bersabar mengajak sang suami untuk masuk islam sampai suaminya wafat. Begitu pula untuk seorang da’i kesabaran sangat di tekankan, meskipun mad’u menolak apa yang di sampaikan, seorang da’i harus bersabar dan tetap mengingatkan mad’u. Sebagaimana yang tertera di dalam Surah Annahl ayat 127
واصبر وما صبرك الا بالله ولا تحزن عليهم و لا تك في ضيق مما يمكرون
“Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan”
4. Akhlakul Karimah
Ummu Habibah Radhiyallahu ‘Anha tetap berbuat baik kepada suaminya, meskipun suaminya menolak ajakannya untuk masuk islam kembali, Seorang da’i ketika ajakannya di tolak oleh mad’u harus tetap berbuat baik, tidak memusuhinya atau bahkan mencelanya. Sebagaimana di sebutkan di dalam Hadis Riwayat At Tirmidzi
وخالق الناس بخلق حسن
“Berakhlak mulialah dengan para manusia "
Referensi :
https://alhujjah.com/2011/01/06/berdakwah-dengan-akhlak-mulia/, diakses pada 29 Maret 2022 pukul 18.28 WIB
https://kisahmuslim.com/6195-ummul-mukminin-ramlah-binti-abu-sufyan-ummu-habibah.html, diakses pada 03 Maret 2022 pukul 15.30 WIB
https://masyono.staff.ugm.ac.id/2017/09/29/halo-dunia/, diakses pada 29 Maret 2022 pukul 18.15 WIB
https://www.merdeka.com/quran/an-nahl/ayat-127, diakses pada 29 Maret 2022 pukul 15.47 WIB
https://muslimahdaily.com/story/hikmah/item/4285-kesabaran-ummu-habibah-dalam-mempertahankan-keislamannya.html, diakses pada 02 Maret 2022 pukul 14.00 WIB
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/06/22/ln6u3o-wanitawanita-terkemuka-ramlah-binti-abu-sufyan-keteguhan-hati-istri-nabi, diakses pada 03 Maret 2022 pukul 14.30 WIB
http://risalahmutiaratauhid.blogspot.com/2015/04/asbabun-nuzul-surah-60-al-mumtahanah.html, diakses pada 06 Maret 2022 pukul 16.00 WIB
*Mahasiswi Angkatan III Prodi Komunikasi Penyiaran Islam STIBA Ar Raayah Sukabumi
**Tulisan ini Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Komunikasi Islam
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.