Gentingnya Melatih Empati Sejak Dini
Guru Menulis | 2022-03-24 15:14:18Menjadi warga indonesia terkhusus bagi kita yang tinggal di ibu kota, mendengar berita korupsi dan menyaksikan kemacetan di banyak titik jalan masih menjadi langgangan kita setiap hari hingga saat ini.
Terjebaknya kendaraan hingga tidak bisa berjalan, sejatinya bukan serta merta disebabkan oleh volume kendaraan atau sempitnya ruas jalan. Seringkali kemacetan justru disebabkan oleh rendahnya satu nilai yang tidak dimiliki oleh seseorang.
Pun ketika korupsi dilakukan oleh pejabat kita, bukan berarti mereka masih kurang uang, bukan pula karena mereka kurang pemahaman. Tidak tertanamnya satu nilai itulah yang bisa jadi menjadi penyebab maraknya perilaku korupsi yang masih menghantui negeri kita tercinta ini.
Satu nilai yang missed pada mereka yang enggan antri menyerobot tanpa peduli pengendara lain dan menyebabkan macet dimana-mana. Ada satu nilai yang missed pada diri mereka yang tega-teganya merampok uang rakyat yang sedang menahan lapar, padahal mereka sudah jauh dari berkecukupan, dan hidup di tengah kemewahan.
Nilai apa yang missed/hilang?
Adalah nilai/ sikap EMPATI yang tidak terbangun pada diri orang-orang itu, stimulus-stimulus empati yang sangat mungkin tidak mereka dapatkan di masa kecil, baik di rumah mapun di sekolah.
Apa sih empati itu?
Menurut KBBI, empati didefinisikan sebagai keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.
Perilaku empati terhadap sesama dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara:
1. Peka terhadap perasaan orang lain,
2. Membayangkan seandainya aku adalah dia,
3. Berlatih mengorbankan milik sendiri, dan
4. Membahagiakan orang lain.
Dalam Islam sendiri, anjuran bersikap empati sangatlah tegas, terbukti dari banyaknya dalil tentang kepedulian kita terhadap anak yatim, fakir miskin dan dengan sesama.
oleh karena itu penanaman nilai atau sikap empati sejak dini di rumah dan di sekolah bukan lagi penting tapi genting.
Kemudian bagaimana seharusnya di sekolah memberikan stimulus kegiatan kepada peserta didik dalam menanamkan sikap empati?
.
Sejak pendidikan usia dini (PAUD) siswa dapat dilatih untuk membuat kartu ucapan (emphaty card) setiap ada teman di kelas sakit atau sedang berduka. Ajak anak-anak diskusi tentang pentingnya empati, merasakan apa yang orang lain rasakan. Berikan satu kertas setiap anak untuk menggambar atau berkreasi sekaligus menambahkan kalimat ucapan doa yang kemudian dibukukan oleh guru. Setiap siswa bisa membuat gambar dan ucapan penyemangat yang kemudian dabantu kemas oleh guru untuk kemudian diberikan kepada teman yang sedang sakit atau berduka sebagai penyemangat dan tanda ksih dari rekan-rekannya.
Penanaman sikap empati juga dapat difasilitsi melalui program Care, Share & Respect (CSR) yang biasa dilakukan oleh siswa Sekolah Alam Cikeas. Dalam hal ini siswa melakukan proyek kemanusiaan bersama berbagi solusi dari masalah yang mereka temukan pada tempat belajar. Biasanya guru mengajak seluruh siswa dalam satu kelas untuk berkunjung ke panti asuhan, rumah singgang dan sejenisnya untuk kemudian seluruh siswa mendapat kesempatan untuk berbagi sesuatu yang mereka miliki untuk teman sebaya di panti tersebut sebagai proses melatih empati dan kepedulian sesama.
Menginjak usia remaja, umumnya di tingkat SMP-SMA siswa perlu diberikan kesempatan belajar empati langusng terjun di tempat-tempat seperti panti, rumah belajar dan sejenisnya untuk berkontibusi secara kreatif sesuai dengan kondisi dan potensi siswa. Berbeda dengan siswa TK atau SD, siswa remaja sudah bisa dilatih untuk melatih empati dan kepeduliannya dengan melakukan kontribusi konkret secara kelompok atau individu dan dengan durasi yang lebih lama.
contoh sederhananya siswa remaja bisa dilatih empati dan kepeduliannya dengan: mengajari adik-adik keterampilan tertentu sesuai dengan bakat dan potensinya.
Semoga melalui penenaman nilai sikap empati sejak dini, akan terbangun kepekan sosial anak-anak kita, tertanam sikap empati dan peduli yang akan membentuk pemimpin-pemimpin yang tidak rakus, dan pemimpin yang betul-betul peduli dan empati terhadap msyarakat atau kelompok yang dipimpinnya.
Salam,
Guru Hebat Guru Pembelajar
#GuruMasaKini #SekolahMasaKini #PentingBelajarEmpati #GuruDigital #GuruMenulis
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.