Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nurul Latifah

LUBABAH BINTI AL HARIST RADHIYALLAHU ANHA IBUNDA CERDAS NAN PEMBERANI

Agama | 2022-03-23 17:11:29
Sumber Gambar: pinterest.com

Tulisan Ini Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Komunikasi Dakwah.

Ada kewajiban yang harus ditunaikan kaum muslim, yakni amar makruf nahi munkar. Apa yang dimaksud dengan amar makruf nahi munkar? Amar makruf nahi munkar berarti menyeru pada kebaikan dan meninggalkan larangan syariat. Banyak dalil yang menyeru pada kewajiban beramar makruf nahi munkar bagi kaum muslimin. Salah satunya dalil yang diriwayatkan oleh Muslim yang berbunyi :

عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ

“Dari Abu Said Al Khudri radhiyallahu anhu berkata : aku pernah mendengar Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda : Barang siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka tolaklah dengan hatinya, hal tersebut adalah selemah lemahnya iman.”

Disebutkan juga di dalam Al Quran kewajiban beramar makruf nahi munkar bagi seorang muslim dalam Surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi:

ولْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِوَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh untuk berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Dari hadis dan ayat di atas bisa disimpulkan bahwa ada kewajiban bagi seorang muslim untuk mengubah atau mengingatkan jika ia melihat suatu kemungkaran, atau sesuatu yang menyelisihi syariat islam. Cara merubah suatu kemungkaran ada tiga tingkat. Tingkatan yang pertama atau yang paling tinggi adalah bil yad atau menegakkan kebenaran dengan tangan. Maksudnya adalah kita menegakkan kebenaran secara langsung dengan fisik kita. Tingkatan yang kedua adalah bil lisan, mengubah kemungkaran dengan lisan. Seperti yang kita tahu bahwa tidak semua orang mampu berdakwah dengan tangannya langsung. Tingkatan yang terakhir adalah bil qolb. Mengingkari kemungkaran dengan hatinya karena ia tidak memiliki kekuatan untuk merubahnya sehingga cukup dengan hatinya tidak membenarkan kemungkaran tersebut. Dan ini adalah tingkatan iman yang paling rendah.

Ada sebuah kisah salah seorang shahabiyah pemberani yang tanpa ragu menegakkan kebenaran dengan tangannya, Lubabah Binti Al Harist radhiyallahu anha atau yang dikenal dengan Ummu Fadhl.

Suatu hari, Lubabah binti Al Harist radhiyallahu anha tengah duduk bersama Abu Rafi, seorang budak milik Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Tiba-tiba Abu Lahab datang dan berkata dengan keras “Abu Sufyan bin Harits radhiyallahu anhu telah datang dari Badar suruh dia kemari! Aku telah menanti-nanti berita darinya.” Lalu, Abu Sufyan datang memenuhi panggilan Abu Lahab. Ia lalu duduk di sebelah Abu Lahab sebelum menceritakan mengenai pengalamannya dalam perang Badar. Sementara, sekelompok orang berdiri dengan antusias mengelilingi mereka. Mereka ingin mengetahui kabar dari perang Badar. Abu Sufyan radhiyallahu anhu mengatakan, “ketika kami bertemu dengan pasukan mereka, mereka tiba-tiba menyerang pasukan kami. Pasukan mereka memerangi kami dan menahan kami. Ketika aku mengumpulkan pasukan, aku melihat kelompok laki-laki yang menaiki kuda berwarna hitam putih di tengah-tengah kumpulan manusia, dan mereka tidak menapakkan kaki mereka ke tanah. Mendengar itu, Abu Rafi berseru “Demi Allah, mereka itu adalah malaikat”. Seruan Abu Rafi membuat Abu Lahab murka, kemudian ia mendatangi Abu Rafi lalu memukulinya dengan keji. Melihat penindasan yang dilakukan Abu Lahab, Ummu Fadhl radhiyallahu anha tidak lantas tinggal diam. Ia lalu mengambil sebuah tongkat yang terbuat dari batu lalu memukul Abu Lahab menggunakan tongkat. Ummu Fadhl radhiyallahu anha berkata, "Saya telah melemahkannya sehingga jatuhlah martabatnya.” Kemudian bangunlah Abu Lahab dalam keadaan terhina.

Dari sini terlihat betapa beraninya Lubabah binti Al Haris radhiyallahu anha dalam menegakkan kebenaran. Tanpa ragu ia memukul Abu Lahab padahal ia seorang perempuan. Ia melakukannya demi membela saudaranya yang dihina.

Begitulah sejatinya seorang muslim, apabila ia melihat kemungkaran hendaknya ia mengingkarinya dan membenarkannya. Tetapi apa yang terjadi di zaman sekarang ini? Zaman di mana kemungkaran tersebar di segala penjuru dan orang-orang mendiamkannya. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang membenarkan dan terjerumus ke dalamnya. Sungguh disayangkan, apa yang akan terjadi di kemudian hari jika tidak ada seorang pun yang menegakkan kebenaran? Inilah tugas kita kaum muslimin untuk menegakkan kebenaran. Dimulai dari tingkatan terendah. Apabila kita belum berani menegakkannya secara langsung setidaknya tersbesit dalam dalam hati kita bahwa sebuah kemungkaran itu adalah hal yang salah dan tidak patut diikuti sehingga kita tidak terjerumus ke dalamnya. Selain mengingkari dalam hati dan berdoa agar kemungkaran tersebut tidak berlanjut. Bisa juga kita menegakkannya lewat tulisan. Sekarang sudah banyak kita temui buku berisikan ajaran islam. Apalagi sekarang kita sudah memasuki zaman modern yang segala sesuatunya dapat dilakukan dengan lebih mudah. Misalnya membuat karya tulis saat ini dapat dilakukan melali internet dengan perantara blog. Tidak seperti dahulu yang harus menulis dengan tangan. Ini membuat dakwah kita menjadi lebih mudah.

Belum selesai kelebihan shohabiyah yang satu ini. Selain ia pemberani ia juga seorang ibu yang cerdas. Bisa dibayangkan bagaimana cerdasnya ia mendidik anak-anaknya sehingga menjadi orang orang yang memiliki andil dalam berdirinya Islam. Mereka adalah anak yang mulia serta pandai dan belum ada seorang perempuan pun yang melahirkan laki-laki semisal mereka. Mereka adalah Fadhl, Abdullah Al Faqih, Ubaidullah Al Faqih, Ma’bad, Qasam, dan Abdurrahman. Beliau juga merupakan salah satu shohabiyah yang meriwayatkan hadis. Ia telah meriwayatkan kurang lebih 30 hadis Rasulullah sallallahu alaihi wasallam.

Maasyaallah banyak sekali yang bisa kita ambil dari keteladanan beliau. Semoga kita kaum muslimin khususnya para muslimah semakin termotivasi untuk menegakkan kebenaran serta menjadi ibu yang baik sehingga melahirkan generasi yang baik dan mampu menegakkan islam kembali.

Referensi :

https://kalam.sindonews.com/read/161228/72/ummu-fadhl-ibu-pemberani-yang-melahirkan-anak-anak-saleh-dan-pandai-1599800966/20, diakses pada Rabu 2 Maret 2022 pukul 16.20 WIB.

https://muslima.hops.id/khazanah/pr-3042152672/sosok-lubabah-binti-harith-wanita-pemberani-teladan-para-muslimah, diakses pada Rabu 2 Maret 2022 pukul 16.25 WIB.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image