Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dimas Rahmat Naufal Wardhana

Kontribusi Toleransi Beragama dalam Aspek Intelektualitas

Agama | 2022-03-22 18:49:32

Tentu dalam setiap agama diajarkan kebaikan. Dengan ini bisa direspon positif termasuk masyarakat seluruh wilayah di Indonesia. Lalu dalam berintelektual tentu harus dimiliki pemuda Indonesia, karena Indonesia ini dilihat sebagai contoh bagaimana masyarakat pemuda dengan beragam etnik agama bisa hidup rukun dengan tanpa memuculkan masalah yang berarti dalam jangka panjang.

Penilaian ini benar jika melihat potret masyarakat Indonesia pada umumnya. Dalam pandangan Nurcholish Madjid. Mengatakan "sejak manusia lahir dalam dirinya telah ada bekal akal sebagai potensi untuk memahami benar salah". Inheren dalam masyarakat adanya beragama berkeyakinan secara baik dan benar. Jadi dalam berkeyakinan beragama merupakan hak dasar setiap manusia, akan tetapi dalam melakukannya juga harus dibekali intelektualitas yang perlahan dilatih dengan baik, sehingga hak individual menjadi suatu kebersamaan dengan para pemuda Indonesia.

Berkeyakinan beragama merupakan urusan personal, hak individual yang tidak seorang pun boleh memaksa. Ini juga dijamin oleh konstitusi negara Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar 45 pasal 29 yang berbunyi:

"Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing beribadat menurut agamanya kepercayaannya itu".

Ini bisa dijadikan impelemntasi berharga karena kita bisa melaporakan apabila ada yang tidak menghargai bahkan menjelekkan agama kita.

Kontras sekali rasa keberagaman di Indonesia juga banyak berkaitan dengan intelektualitas, seperti setiap kehidupan pasti perlu dinamakan budi, akal pekerti, agar tidak salah melangkah. Sebagai umat muslim terbanyak di dunia tentu tidak mau menjelekkan dalam aspek ini, oleh karena itu perlu dibina sejak kecil. Di sini peran orang tua sangat berpengaruh, agar anak-anak tidak terjerumus hal yang salah. Perlunya memelihara kerukunan ini juga termasuk dalam diri intelektual. seperti yang kita tahu Indoenesia ada banyak norma, di sana terdapat intelektualitas beragam yang perlu dijadikan contoh, salah satunya merupakan nilai kebaikan. dari sini saja sudah terhubung ke banyak norma, maka ini sangat dianjurkan untuk mempersiapkan kehidupan kita dalam mengambil langkah di dunia yang luas.

Banyak macam yang diperlihatkan berfungsional dalam sisi kehidupan, pasti akan terasa nyaman mengisi kegiatan yang dilalui. Sebagaimana toleransi sangat melekat untuk mementingkan aspek intelektualitas dalam memfungsikan pranata-pranata agama sebagai media penyalur gagasan, dan ide. Salah satu pranata agama yang selama ini diandalkan dalam menyalurkan program pemerintah tersebut adalah tokoh-tokoh agama. Tokoh agama dalam arti orang yang dipandang layak menjadi panutan masyarakat, karena mereka memiliki intelektualitas yang lebih. Para pemuka agama ini memiliki pengaruh besar di tengah-tengah masyarakat, mereka dalam menyampaikan sangat lugas dan intelektual. Tentu tokoh agama merupakan pemimpin informal, yang di mana ditunjuk atas kehendak masyarakat setempat. Dengan mereka sebagai ujung tombak dalam membina kerukunan antarumat beragama, sehingga tokoh agama perlu memiliki kemampuan untuk mencermati persoalan yang muncul dalam masyarakat. Seperti konflik yang dilakukan pemerintah dalam salah mengaplikasikan mengenai agama, di sini tokoh agama harus berintelektual yang di mana mereka akan berorasi demi kebenaran yang udah terungkap di Al Quran.

Aspek intelektual memiliki dampak jika saat tokoh agama menyampaikan masalah yang dibawa akan mewakili agama yang dipeluknya, agama-agama lain yang sedang diperbincangkan, terus juga memiliki intelektual yang luas. Para generasi bangsa bisa menjadi mereka dalam meneggakkan hukum-hukum agama yang dianut.

Generasi bangsa merupakan regenerasi. Memang mereka masih belajar dalam mengasah, dan mengambil suatu intelektualitas perlu adanya sisi humanitas dan moralitas, agar toleransi beragama terbentuk, agar mereka terus menggali ilmu hingga menemukan titik terang dalam membawakan dengan suara lantang.

Implementasi dari sebuah objek perlu dilakukan, karena dapat membawa dampak positif untuk masa depan negara apabila memiliki pemimpin tidak melihat sebuah toleransi beragama yang indah. Nilai-nilai intelektual perlu diajarkan yang bersifat mutlak agar tertanam di diri generasi bangsa, agar mereka berpijak dibarengi lantunan doa yang sungguh-sungguh.

Para ulama sekarang banyak konflik yang di luar ajaran Islam, ada yang mengotori atau melecehkan agama lain yang tidak perlu dijadikan contoh. Memang banyak tetapi tidak pula yang tetap sejalan dengan apa yang diharuskan. Ilmu dalam aspek beragama di dunia makin berkembang, maka dari itu kembangkan sayap generasi penerus menjadi lebih moderasi dengan cara para pemuda Indonesia menasbihkan dan mengamalkan ilmu nya bukan hanya untuk kesombongan, tetapi untuk menyejahterakan umat beragama agar makin kuat ikatan toleransi.

Pencegahan perlu ditegaskan agar tidak terdampak atau terbawa arus yang buruk dan akan memengaruhi stigma negatif di mata dunia, karena kita dikenal sebagai negara memiliki toleransi beragama yang sangat kuat tidak mudah di pecah belah oleh pihak-pihak tertentu, maka jadikanlah generasi muda jadi tolak ukur bahwa negara Indonesia ini dapat menguatkan ikatan toleransi dalam mengahadapi keburukan duniawi.

Dimas Rahmat Naufal W

Mahasiswa Administrasi Publik

Kader IMM FISIP

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image