Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Indar Cahyanto

Madrasah Shaum Ramadhan Yang Ku Nanti

Agama | Tuesday, 22 Mar 2022, 07:22 WIB
Marhaban Ya Ramadhan

Menghitung hari kaum musliman akan memasuki bulan suci Ramadhan. Bulan yang selalu dinanti oleh kaum muslimin diseluruh penjuru dunia. Begitu nikmat ibadah yang kita rasakan dalam bulan suci Ramadhan. Segala sesuatu yang dilakukan dalam bulan suci Ramadhan dihitung pahala yang besar oleh Allah SWT.

Ketika memasuki bulan Rajab ada doa yang sering kita ucapkan sebagai pertanda rasa syukur dan bahagia akan bertemu dalam bulan suci Ramadhan. Doa itu yang diajarkan oleh Rosullah SAW yaitu. “Allahumma baariklanaa fii rajaba wasya'baana waballighna ramadhoona Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlan.”

Di antara dua belas bulan dalam kalender hijriyah terdapat bulan-bulan istimewa menurut Allah. Bulan istimewa tersebut berjumlah empat, “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, ..” (QS. At-Taubah: 36)

Perintah Puasa dari Allah SWT tergambar dalam untaian firmanya dalam Alquran Ayat 183 yang berbunyi: Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa", (QS Al Baqarah:183).

Banyak cara yang dilakukan oleh Ummat Islam di dunia dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Pada masyrakat Indonesia rasa gembira ketika akan memasuki bulan suci Ramadhan ada yang berpuasa sunnah di bulan Sya’ban, ada yang nyekar ke makam orangtua, kerabat yang sudah tiada, dan pengajian bersama dilanjut dengan silaturahmi makan siang dan saling memaafkan.

Bulan suci Ramadhan kali ini yang ke tiga kita lewati pada masa pandemic covid 19. Bersyukur pandemic kali ini akan segera menjadi endemic covid 19. Masa-masa yang sulit pernah kita lalui ketika masa pandemic covid 19 yaitu ibadah yang dibatasi dengan menjaga jarak, bahkan ada maklumat melaksanakan ibadah sholat taraweh dan sholat idul fitri dirumah saja. Karena keluarnya maklumat itu semata-mata untuk menjaga penyebaran covid 19 untuk tidak meluas.

Ada proses pembelajaran untuk kita tatkala memasuki bulan suci Ramadhan di tahun ini. Kita belajar untuk menjalani ibadah shaum Ramadhan di tahun ini dengan lebih baik dari tahun lalu. Belajar untuk membangun dan membina diri lebih baik lagi dalam beribadah dan taat kepada Allah SWT. Rasa taat yang diejawantahkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari untuk menjaga diri dari perbuatan dosa. Menjaga hubungan baik dengan sesama manusia dan menjaga hubungan baik dengan Allah SWT.

Kita perlu memperhatikan pengalaman masa lalu yang sudah kita lewati sebagai modal atau bekal untuk masa depan dengan melakukan introspeksi diri. Semua orang memiliki masa lalu, adakalanya masa lalu itu cemerlang dan tidak sedikit masa lalu kelam, penuh dengan kesalahan dan dosa, maka tebuslah dengan amal soleh. Serta terkadang kita lebih banyak menyakitkan perasaan orang lain dan menimbulkan permusuhan. Kesalahan yang diperbuat adalah kesalahan yang sama dari sebelumnya walaupun sudah minta maaf. Rosullah bersabda dalam hadisnya: “Iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik sesungguhnya perbuatan baik akan menghapus perbuatan buruk” (HR Tirmizi)

Dan Allah berfirman melalui Kalamnya Ayat suci Al Qur’an Surat Al-Hasyr:18 yang artinya berbunyi : “ Wahai orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan masa lalunya untuk masa depannya, dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan” (QS.Al-Hasyr:18).

Dalam konteks kehidupan kebangsaan menyambut bulan Ramadhan kita hentika diksi atau kata yang menyinggung perasaan oranglain. Kita hentikan berbicara dalam social media hal-hal yang dapat menyinggung perasaan orang lain. Kita ganti dengan berliterasi dan menggali ilmu agama dan pengetahuan yang lebih dalam. Kita ganti berbicara dalam teks social media dengan teks narasi yang secara ilmu dan ilmiah dengan menulis di blog atau di media online.

Rajut kebersamaan dalam bingkai kebhinekaan dengan saling menjaga dan saling bersilaturahmi. Membangun kenyaman dan keteduhan tanpa ada diksi dan friksi yang mengakibatkan konflik. Ketika sudah bersalaman dan saling memaafkan berarti sudah tak ada lagi masalah dan tak boleh lagi membangun masalah baru dengan hal yang sama.

Setelah bersalaman menjelang bulan suci berarti saling menjaga hati untuk tidak melukai kembali. Saling belajar untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan agama menjelang bulan suci Ramadhan itu lebih utama dan lebih baik daripada lebih banyak bergunjing dan mencaci orang lain.

Kemudian dalam surat Al Baqorah ayat 185 yang artinya “Beberapa hari yang ditentukan untuk berpuasa adalah di bulan Ramadhan, yaitu bulan waktu diturunkannya Al-Quran sebagai pedoman bagi manusia dan penjelasan di dalamnya mengenai petunjuk dan pembeda yang hak dan yang batil. Karena itu, barang siapa yang ada di bulan itu hendaklah ia berpuasa dan barang siapa yang sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, wajiblah ia berpuasa kembali di hari lain sebanyak puasa yang ditinggalkannya.”

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan menjelang bulan suci Ramadhan. Pertama literasi Surat Al-„Alaq ayat 1-5 yang merupakan wahyu pertama dengan perintah iqra‟ yang bermakna membaca, merupakan embrio lahirnya tradisi literasi (membaca dan menulis) di kalangan umat Islam, khususnya masyarakat Arab. Tidak hanya membaca tulisan, tapi membaca diri sendiri sebagai manusia ciptaan Allah, membaca alam sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya, dan membaca bahwa Allah sebagai sumber ilmu pengetahuan. (Zamakhsyari Abdul Majid:2019)

Persoalan literasi adalah persoalan yang komplek di negri yang dulu bernama nusantara dan swarna dwipa. Apalagi ketika kita milihat hasil PISA yang menunjukkan kemampuan membaca dan numerasi anak-anak Indonesia masih rendah. Belum lagi dengan kemampuan membaca Ayat suci Alquran dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan tajwid masih banyak kekurangan. Dengan datangnya Ramadhan semangat berliterasi perlu dikembangkan dan ditingkatkan kembali.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. Namun, makna literasi sebenarnya memiliki pemahaman yang lebih kompleks dan dinamis, tidak hanya dipahami sebagai kemampuan baca dan menulis. Dari pengertian di sini, untuk meraih kecakapan dalam hidup tersebut, diperlukan sebuah kemampuan dalam mengolah pengetahuan yang diperolehnya. Kemampuan yang diperlukan itu dinamakan sebagai kemampuan membaca dan menulis.

Literasi dalam dimensi al-Quran merupakan sebuah titah dari Tuhan dan nabi. Literasi yang menjadi titah Tuhan dapat didefinisikan sebagai literasi ketuhanan. Literasi ketuhanan berkaitan dengan perintah membaca, baik membaca aksara, angka, maupun membaca semesta. Literasi yang menjadi titah nabi adalah menulis yang dapat didefinisikan sebagai literasi kenabian. . (Zamakhsyari Abdul Majid:2019)

Kedua, Membangun karakter diri, sebelum Ramadhan dipersiapkan karakter kita untuk bisa berproses dalam pembentukan diri dalam madrasah Ramadhan. Mempersiapkan segala sesuatunya untuk selalu siap dalam menghadapi shaum Ramadhan yaitu dengan mempersiapkan energy positif yang dapat merangsang diri agar taat beribadah. Energi positif itu berasal dari nilai-nilai etis religius yang bersumber dari keyakinan keimanan kepada Allah SWT, sedangkan energi negatif itu berupa nilai-nilai yang amoral yang bersumber dari (taghut ) Setan.

Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”, “kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris “character” dan Indonesia “karakter”, Yunani “character” (dari charassein) yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa.

Nilai-nilai etis moral itu berfungsi sebagai sarana pemurnian, pensucian dan pembangkitan nilai-nilai kemanusiaan yang sejati (hati nurani). Energi positif itu berupa: Pertama, kekuatan spiritual. Kekuatan spiritrual itu berupa îmân, islâm, ihsân dan taqwa, yang berfungsi membimbing dan memberikan kekuatan kepada manusia untuk menggapai keagungan dan kemuliaan (ahsani taqwim); Kedua, kekuatan potensi manusia positif, berupa âqlus salîm (akal yang sehat), qalbun salim (hati yang sehat), qalbun munib (hati yang kembali, bersih, suci dari dosa) dan nafsul mutmainnah (jiwa yang tenang), yang kesemuanya itu merupakan modal insani atau sumber daya manusia yang memiliki kekuatan luar biasa. Ketiga, sikap dan perilaku etis. Sikap dan perilaku etis ini merupakan implementasi dari kekuatan spiritual dan kekuatan kepribadian manusia yang kemudian melahirkan konsep-konsep normatif tentang nilai-nilai budaya etis. Sikap dan perilaku etis itu meliputi: istiqomah (integritas), ikhlas, jihad dan amal saleh.

Hampir sama dengan energi positif, energi negatif terdiri dari: Pertama, kekuatan thaghut. Kekuatan thaghut itu berupa (kufr) kekafiran, (muna>fiq) kemunafikan, (fa>siq) kefasikan dan (syirik) kesyirikan yang kesemuanya itu merupakan kekuatan yang menjauhkan manusia dari makhluk etis dan kemanusiaannya yang hakiki (ahsani taqwim) menjadi makhluk yang serba material (asfala safilin); Kedua, kekuatan kemanusiaan negatif, yaitu pikiran jahiliyah(pikiran sesat), qalbun marid} (hati yang sakit, tidak merasa), qalbun mayyit (hati yang mati, tidak punya nurani) dan nafsu ‘l-lawwamah (jiwa yang tercela) yang kesemuanya itu akan menjadikan manusia menghamba pada ilah selain Allah berupa harta, sex dan kekuasaan). Ketiga, sikap dan perilaku tidak etis. Sikap dan perilaku tidak etis ini merupakan implementasi kekuatan kemanusiaan negatif yang kemudian melahirkan konsep-konsep normatif tentang nilai-nilai budaya tidak etis (budaya busuk). Sikap dan perilaku tidak etis itu meliputi: takabur (congkak), hubb aldunya (materialistik), dzalim (aniaya) dan amal sayyiat (destruktif).

Dua hal itulah yang kita nanti dalam membangun diri dalam madrasah Ramadhan yang beberapa waktu lagi akan datang. Madrasah Ramadhan merupakan momentum perbaikan diri menjadi insan kamil dan pribadi taqwa. Persiapan diri untuk membangun nilai-nilai positif yang dimulai dari sekarang dengan menjalankan sholat berjamaah, pembacaan dan penghayatan kitab suci Al-Qur’an, penciptaan lingkungan baik fisik maupun sosial yang kondusif dan nyaman untuk bersosialisasi baik itu dirumah, disekolah, dikantor ataupun dimasyarakat

Literasi dan karakter merupakan persoalan yang sangat serius pada saat ini dan masih perlu dibenahi dengan penuh konsisten. Momentum dengan datangnya bulan suci Ramadhan menjadi pembeda untuk melakukan pembenahan dan perbaiki diri. Semua yang terlibat dalam pembinaan literasi dan karakter perlu lebih mawas diri untuk tidak bersikap nilai negative. Hal ini dilakukan karena peserta didik butuh contoh sikap perbuatan dan gerak yang sesuai dengan tuntunan AlQur’an dan sunnah yang lebih utama ketimbang tuntunan buatan manusia yang terkadang masih salah dan keliru,

Menanti shaum ramadhan dengan mulai membaca buku al quran dan membaca buku agama dan umum. Kembali mempelajari teks-teks keilmuan yang terdapat al quran secara konsisten dan dipaksakan untuk mengatur waktunya agar bisa mulai membaca atau literasi. Kemudian memperbaiki diksi dalam bicara agar orang tak tersinggung. Perbaiki social media dengan tulisan yang menyejukkan dan membuat tentram.

Marhaban Ya Syaru Ramadhan, Selamat datang bulan suci Ramadhan Bulan yang penuh rahmat dan maghfirah. Mari saling memaafkan agar puasa Ramadhan kita jalani dengan hati yang ikhlas dan khusyuk. Bhineka dalam keragaman menuju ketaqwaan kepada Allah SWT

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image