Guru Masa Kini, Jangan Takut Menulis.
Guru Menulis | 2022-03-21 20:52:07Guru masa kini, ya harus menulis. Guru masa kini perlu memiliki kecerdasan dan kesadaran dalam memahami era digital. Era digital memungkinkan guru untuk berinovasi sekaligus mengembangkan kemampuan dan keprofesionalannya. Pertanyaannya, bagaimana agar guru mampu berinovasi? Menurut pendapat saya, jawabannya adalah guru perlu meningkatkan budaya literasi. Literasi digital, literasi numerasi, literasi sains, literasi budaya dan terutama literasi membaca-menulis
Mengapa literasi membaca-menulis diutamakan?. Menulis merupakan bagian dari pengembangan diri bagi guru profesional. Guru profesional adalah kemampuan seorang guru untuk melaksanakan tugas pokoknya sebagai seorang pendidik dan pengajar yang meliputi kemampuan dalam merencanakan, menjalankan, dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Menulis merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan tersebut.
Diakui atau tidak, saat ini masih banyak guru belum terbiasa menulis. Apabila diamati rekan-rekan guru di sekeliling kita. Berapa banyak guru kita yang membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sendiri sebagai tugas utama guru. Berapa buku-buku di perpustakaan atau di toko-toko buku yang disusun oleh guru ? Di surat kabar, berapa banyak artikel yang ditulis oleh para guru? . Hal ini tentu perlu direnungkan dan menjadi bahan introspeksi bagi guru.
Jangan takut menulis, seharusnya tidak hanya siswa melainkan guru juga perlu mengasah keterampilan literasi baca tulis sekaligus menjadi pelaku literasi. Membaca dan menulis merupakan hal yang perlu dilatih dan dibiasakan. Guna melatih dan membiasakan membaca dan menulis, guru bisa memulai dengan menuliskan pengalaman yang dialami sendiri,
Contoh sederhana, Pembelajaran jarak jauh, tentu saja banyak kekurangan dan kelebihan. Sebagai guru bahasa Indonesia ketika menyampaikan materi teks cerita sejarah, penulis menugaskan kepada siswa untuk menuliskan kisah pribadinya. Tidak disangka siswa memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan sangat menginspirasi. Tugas yang terkumpul kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku. Guru menceritakan metode dan penerapan pembelajaran yang digunakan dalam materi tersebut kemudian digabungkan dengan hasil penugasan yang dikerjakan siswa. Selanjutnya buku diberi judul “ 67 Kisah Inspiratif Anak SMA”.
Contoh lain, guru menulis bareng. Setiap guru menuliskan pengalaman mengajar selama pembelajaran jarak jauh. Tentu saja guru mempunyai materi dan model pembelajaran yang berbeda-beda. Kemudian tulisan itu diterbitkan menjadi sebuah buku karya bersama. Misalnya diberi judul “ Guru & Inovasi Guru PJJ selama Pandemi”.
Selain itu menulis merupakan bagian dari pengembangan profesi guru. Sesuai Kepmenpan No. 84/1993 guru yang akan naik pangkat maka harus membuat karya tulis ilmiah (KTI). Bentuk model tulisan untuk pengembangan profesi guru berupa kegiatan karya tulis/karya ilmiah (KTI) di bidang pendidikan yang meliputi: karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi di bidang pendidikan, karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah gagasan sendiri dalam bidang pendidikan, tulisan ilmiah populer, prasaran dalam pertemuan ilmiah, buku pelajaran, diktat pelajaran dan karya alih bahasa atau karya terjemahan.
Selain itu, membuat alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan. Menciptakan Karya Seni meliputi Karya Seni Sastera, Lukis, Patung, Pertunjukan, Kriya dan sejenisnya. Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan, meliputi teknologi yang bermanfaat di bidang pembelajaran, seperti alat praktikum, dan alat bantu teknis pembelajaran. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum, meliputi keikutsertaan dalam penyusunan standar pendidikan dan pedoman lain yang bertaraf nasional. Masing-masing kegiatan pengembangan profesi diberikan angka kredit
Bagaimana mulai menulis?
Di era masa kini, di era digital informasi begitu mudah dan cepat bisa ditemukan. Guru dapat memanfaatkan internet untuk menemukan bahan bacaan. Membaca untuk menemukan ide-ide menulis. Banyaknya bahan bacaan yang bisa diakses melalui internet. Bermodal internet memungkinkan guru menemukan ilmu dan pengetahuan dari berbagai sumber. Aktivitas menulis tentu saja tidak bisa dipisahkan dengan aktivitas membaca. Dengan demikian kemudahan sudah ada di depan mata. Mengapa guru tidak menulis?
Berikut ini tip sederhana bagaimana memulai menulis.
Pertama menentukan ide untuk memulai menulis. Aktivitas menulis dimulai dari munculnya ide tentang suatu topik tertentu. Ide tersebut bisanya datang tak terduga dan bisa muncul kapan saja dan di mana saja, seperti saat di rumah, di kamar mandi, di kendaraan, saat menonton televisi, saat sedang membaca atau sedang melakukan kegiatan lainnya. Ide tersebut dapat langsung ditulis dalam secarik kertas agar tidak hilang.
Kedua memilih ide yang sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. Selanjutnya kita perlu meluangkan waktu untuk mengembangkan ide tersebut menjadi kerangka tulisan. Outline atau kerangka tulisan ini untuk membantu mengingatkan kita tentang hal-hal yang akan dikembangkan agar menjadi sistematis.
Ketiga kita perlu mengumpulkan bahan untuk mengembangkan outline. Guru dapat membaca buku buku, jurnal, artikel, referensi lain atau bertanya kepada ahli. Langkah selanjutnya adalah mengembangkan kerangka ke dalam beberapa paragraf dengan memerhatikan beberapa hal seperti aspek bentuk dan isi.
Kegiatan berikutnya adalah penyuntingan. Penyuntingan ini dapat dilakukan oleh penulis itu sendiri, dapat juga dengan minta bantuan orang lain. Proses penyuntingan ini meliputi teknis penulisan (sistematika, ejaan, dan tanda baca), kalimat, paragraf, bahasa, dan isi.
Nah, sudah saatnya guru masa kini, guru yang berada di lingkaran serba digital harus mampu beradaptasi, berinovasi dengan meningkatkan budaya literasi. Literasi menulis dapat dimulai dengan menuliskan masalah yang sederhana. Menuliskan pengalaman sendiri atau menuliskan apa yang ada dalam pikiran tanpa takut salah. Hasil tulisan kemudian dikirimkan ke redaksi salah satu surat kabar koran, majalah, buletin atau jurnal untuk dipublikasikan. Minimal minta bantuan teman untuk membaca dan memberikan saran atau penilaian.
Bahkan, di era digital ini telah banyak web/situs yang menyediakan ruang untuk menulis bagi guru. Salah saatnya adalah REUBLIKA.com (retizen.id). Situs ini telah membuka ruang seluas-luasnya kepada masyarakat siapapun untuk membuat karya tulisan. Caranya cukup sederhana yaitu Buka Retizen.id, Klik Masuk atau Daftar, Pilih untuk Login Bisa Pakai Akun Facebook, Google, atau RepublikaID. Akun Retizen Jadi, Isi Kolom Profil, Isi kolom Foto, Untuk Isi Artikel: Pilih +Artikel di Kanan Atas atau di Menu Profil.
Dengan demikian guru masa kini adalah guru yang mau mengakui kekurangannya sendiri, guru yang mampu beradaptasi dengan dunia digital. Guru yang mampu menjalankan aktivitas pembelajaran secara profesional, Guru yang selalu berusaha mengembangkan keprofesionalannya dengan menghasilkan karya inovasi dan karya tulis.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.