Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Diva Mu'zizat

Pentingnya Berjiwa Sosial Terhadap Gaya Kepemimpinan Ideal

Eduaksi | Monday, 21 Mar 2022, 09:03 WIB

Manusia merupakan makhluk Allah SWT dalam sebaik-baik bentuk. Di samping itu manusia dibekali dengan ilmu dan akal serta kemauan, dengan demikian dia punya kapasitas sebagai khalifah Allah di muka bumi. Maka dari itu semua ciptaan Allah di langit dan bumi adalah untuk manusia. Ini berarti bahwa manusia tidak hanya semata-mata diciptakan namun ada tujuan yang jelas. Sebagaimana firman allah dalam surat Al-baqarah ayat 30 yang berisi :

”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguh- nya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan men- sucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Ayat ini sebagai informasi bagi para malaikat bahwa Allah menciptakan khalifah (Adam dan keturunannya) di muka bumi. Manusia diberi derajat tinggi untuk mengatur, mengelola dan mengolah semua potensi yang ada dimuka bumi. Oleh karena itu dapat kita artikan Khalifah sebagai hamba Allah yang ditugaskan untuk menjaga ke- maslahatan dan kesejahteraan dunia.Hal ini mengharuskan manusia untuk berhubungan baik kepada Allah(Habluminallah) dan juga sesama manusia(habluminanas).

Manusia yang tidak dapat hidup sendiri sering kita sebut sebagai makhluk sosial. Allah sendiri, sebagai pencipta manusia sebagai makhluk sosial itu, menyeru mereka semua dengan firman-Nya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa dia antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal”(QS.al-Hujurat:13). Dalam mencapai tujuan tersebut tentu kita tidak dapat mencapainya jika tidak saling bekerja sama satu sama lain. Sebelum tujuan itu tercapai sekiranya manusia harus membangun hubungan baik antar sesamanya sebagaimana konsep habluminanas. Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat. Karena itu, ayat di atas menekankan perlunya saling mengenal. Perkenalan itu dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain, guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. yang dampaknya tercermin pada kedamaian dan kesejahteraan hidup duniawi dan kebahagian ukhrawi. Oleh karena itu pentingnya manusia memliki kesadaran untuk saling memiliki satu sama lain dan berjiwa sosial.

Menurut Allport, Jiwa sosial adalah suatu hal yang berkaitan dengan bagaimana perasaan, pikiran, dan tingkah laku seorang individu yang dapat berubah atau terpengaruh karena adanya orang lain. Umumnya keadaan ini karena adanya pengaruh yang bersifat nyata, imajinasi, maupun secara tidak langsung. Sedangkan menurut Baron dan Byrne, perilaku dan pemikiran dari seorang individu dalam menghadapi berbagai situasi -situasi sosial yang ada di lingkungan sosial masyarakatnya. Jadi dapat disimpulkan berjiwa sosial adalah serangkaian arti karakter, sikap, perasaan, atau pemikiran dari seorang individu tentang perbuatan yang dilakukannya kepada pihak lain, sehingga menyebabkan seseorang memiliki keinginan untuk melakukan proses sosial dan interaksi sosial agar bisa bersosialisasi dan mengenal masyarakat setempat lebih dalam lagi.

Di Indonesia, masalah sosial masih banyak terjadi diantara masyarakat baik vertikal maupun horizontal. Masalah Horizontal kita ambil contoh perang antar suku sedangkan masalah sosial vertikal adalah mengenai perlakuan pemerintah terhadap rakyat. Sampai saat ini negara Indonesia masih disebut negara berkembang, sangat miris memang melihat potensi sumber daya manusa dan sumber daya alam yang Indonesia,namun sampai saat ini belum dimanfaatkan. Hal yang dilihat akhir-akhir ini mengenai masalah sosial horizontal dimulai dari kasus Wadas mengenai sengketa tanah yang menjadi pro dan kontra antara pemerintah dan masyarakat, dan juga di daerah Paringgi atas tewasnya masa yang dilakukan aparat. Masih banyak juga masalah dan juga pembangunan-pembangunan yang dibuat bukan untuk kesejahteraan rakyat. Banyak warga yang menjerit mengenai kesewenangan pemerintah yang dirasa tidak pro terhadap rakyat, seakan-akan tidak tau apa yang sebenarnya terjadi dikalangan masyarakat. Hal ini dapat kita lihat bagaimana caranya pemerintah untuk memimpin negeri ini. Kepemimpinan seperti apa yang dilakukan pemerintah terhadap masyarakat.

Masalah seperti ini dapat kita jadikan refleksi kita sebagai pemuda generasi bangsa yang sering kita labeli sebagai Agen Of Change. Sebagaimana Baron dan Byrne, perilaku dan pemikiran dari seorang individu dalam menghadapi berbagai situasi -situasi sosial yang ada di lingkungan sosial masyarakatnya. Kita harus memiliki jiwa sosial agar paham dan mengerti apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat. Sehingga memilki pribadi yang berjiwa sosial sangat penting dan berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan ketika kita menjadi pemimpin. Menurut, Civitas Akademi di Amerika Serikat, menyebutkan pengertian kepemimpinan sebagai pengaruh sosial yang di dalamnya seseorang dapat melibatkan bantuan dan dukungan selainya dalam mencapai tujuan bersama. Singkatnya, kepemimpinan adalah bentuk atau cara pemimpin untuk memimpin anggotanya untuk tercapai tujuan yang sama. Sehingga jika memiliki jiwa sosial yang tinggi seorang pemimpin akan selalu mementingkan kebaikan bersama, dan berpengearuh terhadap integritas dirinya untuk kesejahteraan rakyat. Karena memang pada hakikatnya seorang pemimpin adalah pelayan bagi orang atau masyarakat yang dipimpinnya.

*)

Muhammad Diva Mu'zizat

Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial

Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image