Ada Apa Teknologi dengan Guru Masa Kini
Guru Menulis | 2022-03-20 22:00:07Sejak pandemi melanda pada bulan Maret 2020, pembelajaran tatap muka praktis diberhentikan baik oleh kebijakan pemerintah pusat juga kebijakan pemerintah daerah setempat. Inti dari semua kebijakan itu adalah berpusat pada kesehatan dan keselamatan peserta didik juga pendidik. Tanpa persiapan dan peringatan.
Pembelajaran seperti terputus. Anak-anak dirumahkan sampai batas waktu yang tidak menentu. Bagi sekolah-sekolah yang berada di daerah maju sebaran informasi dan komunikasi masih dapat terus berjalan dikarenakan guru dan orang tua sudah familiar dengan gawai canggih dan perangkat pendukung lainnya. Informasi terkait materi, agenda, jurnal, yang biasanya dilakukan tertulis semua diberikan melalui aplikasi paling sederhana yakni whatsapp.
Tidak demikian halnya yang terjadi pada sekolah-sekolah yang kebanyakan masih berada di pelosok ataupun daerah dengan tingkat melek digital yang cukup rendah pada orang tua dan daerah yang masih sulit dijangkau sinyal. Yang sebagian besar gawai masih berjumlah terbatas dan hanya dimiliki oleh orang tua yang bekerja saja. Sehingga pembelajaran anak-anak harus berbalik dari yang awalnya terbiasa belajar pagi sekarang harus belajar sore atau bahkan malam hari.
Untuk mensiasati hal ini pemerintah juga lekas bertindak dengan bekerjasama bersama salah satu stasiun televisi yaitu TVRI sebagai saluran pembelajaran jarak jauh yang lebih akrab dikenal dengan program Belajar Dari Rumah (BDR). Dengan harapan, tanpa memberatkan dengan gawai, pembelajaran tetap terjadi setiap harinya. Di TVRI akan dijumpai berbagai materi dan video pembelajaran untuk kelas 1 hingga 6 SD. Yang tayang mulai pukul 08.00 sampai dengan 11.30 WIB. Durasi dan waktu yang pas untuk pembelajaran.
Berbagai langkah ditempuh agar hak belajar anak tetap terpenuhi walaupun harus dari rumah. Mulai dari aplikasi whatsapp, program BDR TVRI, pengambilan materi dan tugas seminggu sekali ke sekolah dan lainnya. Sayangnya, hal-hal tersebut masih dirasa kurang dapat menjangkau peserta didik secara menyeluruh. Anak-anak masih kurang tersentuh dengan pilihan-pilihan belajar yang sudah ditawarkan.
Tak hilang akal, guru-guru mulai memutar otak bagaimana agar anak-anak benar-benar belajar dengan gurunya sendiri. Mendapat materi dari guru sekolahnya sendiri. Kegelisahan dan ide itu berubah menjadi ide gila seperti membuat presentasi yang direkam atau guru melakukan rekaman secara langsung yang hasilnya nanti dibagikan pada anak-anak melalui grup orang tua. Para guru mulai belajar aneka aplikasi yang digunakan untuk kelancaran pembuatan materi. Alhasil, para guru selain berpikir tentang materi yang akan diajarkan juga bagaimana materi itu akan disampaikan. Tidak berhenti sampai disitu saja, setelah itu para guru juga masih terus memutar otak tentang apa dan bagaimana cara guru menilai pembelajaran anak-anak selama di rumah.
Aneka kegiatan yang sudah disiapkan guru tentu belum dapat menyelesaikan seluruh potensi masalah yang muncul akibat pandemi. Setidaknya, langkah yang para guru lakukan dapat membantu anak-anak untuk belajar dengan layak dan semestinya. Tidak hanya roda yang berputar, tapi kehidupan para guru pun terjun bebas. Pembelajaran daring menjadi tidak mengenal waktu. Dari pagi sampai hampir pagi lagi, perjuangan mempersiapkan materi, video, program penilaian terus dilakukan. Dan itu tidak hanya berjalan satu hari namun berhari-hari bahkan sudah memasuki tahun ajaran yang berganti. Sebutan golden generation pun tercetus, bahwa pada tahun 2020 memunculkan percepatan kemajuan pendidikan dan pembelajaran yang digabungkan dengan teknologi digital.
Digitalisasi pembelajaran tidak berlangsung dalam sekejap. Membutuhkan proses yang berkelanjutan, waktu yang tidak terbatas, energi yang harus terus dikuras, tenaga dan juga fasilitas. Pembelajaran melalui gawai dengan aplikasi, memang sangat dimudahkan. Akan tetapi dengan banyaknya video, foto, materi dan soal yang terus dibagikan dan diterima membuat kinerja gawai kian terbatas. Saat para guru mulai mengenal aplikasi pembuatan dan perekaman video untuk materi, fasilitas pendukung seperti laptop dan aplikasi juga dibutuhkan. Tidak menutup mata, bahwa saat seorang guru meng-upgrade diri dan kemampuannya juga pasti dijumpai berbagai kendala.
Guru masa kini yang jauh berbeda dengan guru zaman old. Mindset bahwa guru memegang peranan terpenting dalam pembentukan generasi suatu bangsa benar adanya. Bahwa guru harus memiliki 4 kompetensi yang turut ambil bagian secara langsung atau tidak di setiap proses pembelajaran yang dilakoninya. Kompetensi kepribadian yang ditiru oleh anak didiknya, kompetensi sosial bahwa dalam berpikir harus mempertimbangkan dari berbagai aspek dan pihak, kompetensi pedagogis yang turut dirasakan pada seluruh anak didik yang sedang dibimbing, diajar, dibina dan dinaikkan harkatnya, serta yang terakhir kompetensi profesional yang terus menerus diolah dan ditempa dengan kemajuan serta kondisi zaman.
Benar-benar aneka tantangan pembelajaran yang tidak mudah untuk guru masa kini dan masa pandemi. Aneka kegiatan dan tantangan tersebut membuat guru tidak hanya menjadi guru tentang pelajaran tapi guru teknologi sekaligus guru kehidupan bagi anak didik. Maka layaklah jika guru zaman now disematkan gelar sebagai guru digital. Digital tidak hanya berkaitan dengan angka-angka untuk sistem perhitungan tertentu; berhubungan dengan penomoran sebagaimana menurut KBBI.
Digital yang dimaksud di sini adalah bentuk modernisasi atau pembaharuan dari penggunaan teknologi di mana sering dikaitkan dengan kemunculan internet dan komputer. Dimana segala hal dapat dikerjakan melalui suatu peralatan canggih tersebut untuk memudahkan urusan masyarakat, seperti dilansir M. Prawiro dalam artikelnya yang berjudul Pengertian Digital: Definisi, Sejarah, dan Manfaat Digitalisasi Bagi Manusia.
Maka, guru digital pun memiliki peran yang substansial agar dapat menciptakan iklim dan suasana belajar yang didukung dengan bantuan teknologi sehingga memudahkan bagi anak didiknya. Mari, guru masa kini yang terus berusaha di era pandemi. Berjuang sepenuh hati demi putera dan puteri negeri. Jangan mau kalah dengan kondisi. Bermimpi menjadi guru digital yang mumpuni.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.