Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Widyastuti, S.S.

TTS Tidak Hanya Sekedar Permainan

Guru Menulis | Sunday, 20 Mar 2022, 19:20 WIB
Gambar Koleksi Pribadi

Pembelajaran akan menarik apabila ada tantangan. Peserta didik pada masa sekarang apabila hanya disuruh mendengarkan ceramah dan membaca buku akan cepat merasa jenuh. Kadang apa yang diajarkan tidak akan masuk dalam otak mereka. Mendengarkan penjelasan guru, seolah hanya mendengarkan angin lalu. Disuruh membaca hanya memandangi huruf-huruf yang ada dibuku tanpa bisa mencerna apa yang mereka baca.

Peserta didik jaman sekarang adalah termasuk generasi Z dan Post Z. Mereka adalah generasi yang tumbuh dan berkembang di jaman pesatnya teknologi. Mereka sejak lahir sudah dalam lingkungan teknologi. Sehingga tanpa diajari mereka langsung paham dan mahir dengan teknologi. Meskipun generasi ini hanyalah pengguna aktif teknologi dan tidak terlibat dalam pengembangan teknologi. Ketika Virus Corona melanda di Indonesia, sistem pembelajaran diubah menjadi dalam jaringan atau pembelajaran jarak jauh. Peserta didik jaman sekarang sudah kaget, karena mereka sudah familier. Mereka sudah terbiasa dengan gawai dan bahkan mereka cepat mahir ketika diajarkan sekilas.

Pembelajaran dalam jaringan juga ada kendalanya, salah satunya adalah peserta didik malas mengikuti pembelajaran bukan karena tidak paham dengan aplikasinya yang digunakan dalam pembelajara. Namun mereka lebih tertarik dengan game online, drama korea, atau Youtube yang menyiarkan acara musik atau hiburan lainnya. Ketika pembelajaran daring misalnya guru menggunakan pembelajaran dari youtube, peserta didik kadang mengalami distraksi. Mereka cepat teralihkan ke konten lain yang sifatnya menghibur dan hanyut dengan konten tersebut.

Guru berinovasi untuk meminimalkan peserta didik mengalami distraksi dengan membuat konten pembelajaran sendiri. Peserta didik digiring untuk lebih konsentrasi dengan materi pembelajaran. Pembelajaran dibuat semenarik mungkin dan tidak menimbulkan kejenuhan. Maka harus dibuat pembelajaran yang ada tantangannya. Hal yang menantang menjadi daya tarik, karena membuat peserta didik penasaran.

Teka-Teki Silang menjadi salah satu alternatif untuk menarik minat peserta didik dalam pembelajaran. Anak akan terpancing apabila diberi sesuatu yang membuat mereka penasaran. Sebagai daya tarik untuk mengikuti pembelajaran, maka sebuah permainan yang mengasah otak menjadi hal yang menarik. Banyak sekali aplikasi di media maya atau game yang bisa diinstal. Salah satu game atau permainan yang disukai anak adalah Teka-Teki Silang. Maka tidak ada salahnya apabila permainan ini kita hadirkan dalam pembelajaran. Banyak aplikasi untuk membuat media pembelajaran Teka-Teki misalnya Wordwall, Profpros, Puzsle Maker dan masih banyak lagi. Aplikasi ini memudahkan untuk membuat media pembelajaran dalam bentuk Teka-Teki dengan pertanyaan menurun dan mendatar.

Pembelajaran yang terkesan sebuah permainan akan menjadi lebih menarik dari pembelajaran yang hanya mengandalkan ceramah. Peserta didik sebaiknya menjadi subyek dan guru menjadi fasilitator. Peserta didik diberi materi pelajaran dengan permainan Teka-Teki Silang. Mereka akan asyik dengan TTS tersebut, hal ini tentunya materi akan mudah terserap oleh peserta didik. Daripada peserta didik hanya sekedar mendengarkan ceramah dari guru. Atau menjawab pertanyaan di buku paket atau buku siswa. Memberikan materi dalam bentuk berbeda akan menjadi daya tarik peserta didik.

Teka teki dalam pembelajaran menjadi hal yang menarik bisa juga menjadi brainstorming untuk membangkitkan minat peserta didik supaya tertarik mengingkuti pembelajan. Seperti halnya mesin kadang perlu untuk untuk dipanaskan dulu supaya bisa berjalan dengan lancar. Ketika peserta didik sudah tertarik maka akan lebih mudah menyampaikan materi pelajaran. Ketika ada pancingan untuk bermain, maka mereka akan terbawa arus dalam mengikuti pembelajaran.

Pembelajaran yang interaktif akan membuat peserta didik, hanyut dalam pembelajaran. Sehingga tanpa terasa mereka telah mengikuti pembelajaran. Berbeda apabila mereka hanya disuguhkan materi dalam bentuk bacaaan. Apalagi materi yang penuh dengan bacaan tanpa ada ilustrasi gambar. Bagi anak yang tidak suka membaca tentu saja hal ini membosankan bahkan kadang mereka malah tidak membaca materi yang diberikan.

Pembelajaran dengan permainan salah satunya dengan TTS akan mengubah suasana pembelajaran. Kegiatan belajara mengajar yang monton menjadi pembelajaran yang menyenangkan. Peserta didik tidak pasif, tetapi menjadi subyek yang aktif dalam pembelajaran. Tidak hanya menjadi pendengar setia guru, atau hanya membaca materi tanpa bisa menyerap isi esensialnya. Sehingga mereka menjadi peserta didik yang bisa mengembangkan pola pikirnya.

Belajar tidak hanya sekedar memahami teori tetapi membuat peserta didik menjadi kompeten dan bisa mengkreasi dari pengetahuan yang di dapat. Apalagi pembelajaran sekarang berbasis kompetensi sehingga yang perlu digali adalah kemampuan dan daya kreasi peserta didik. Melalui pembelajarn TTS kita melatih peserta didik untuk jeli dan berpikir kritis. Sehingga nantinya tercipta peserta didik yang teliti dan kreatif. Menghasilkan generasi yang tidak hanya bisa menerima dan bisa menciptakan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image