Potret Sejati Sang Pemenang
Curhat | 2022-03-19 08:21:15Pagi menjelang. Ketika matahari masih enggan menampakkan wajahnya. Kembali aku menjalani rutinitas. Menjalankan kewajiban sebagai Abdi Negara, juga sebagai kepala keluarga. Ditengah dinginnya udara selatan Jogjakarta, aku menyusuri jalan menuju tempat kerja.
Saat memasuki sebuah jembatan, aku terpana menyaksikan pemandangan yang sungguh menakjubkan. Dua orang simbok, dengan telanjang kaki dan mengenakan kain menuntun sepeda dengan keranjang penuh barang dagangan hendak pergi ke pasar. Bagi masyarakat pedesaan, ini merupakan pemandangan biasa. Tidak ada yang aneh.
Saat perjalanan pulang, kembali aku menyaksikan pemandangan yang menakjubkan. Seorang ibu sambil menggendong balitanya berdiri di traffic light, dia berkeliling menengadahkan tangannya, memancing rasa iba pengguna jalan dengan balitanya untuk mendapatkan uang. Bagi masyarakat perkotaan, ini merupakan pemandangan sehari-hari, tidak ada yang aneh.
Lantas apa yang menarik dari ibu-ibu tadi. Mereka sama-sama berjuang, bertarung dalam ganasnya kehidupan. Mereka sama-sama meneteskan keringat untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Yang membedakan adalah, simbok tadi meneteskan keringat “pemenang”. Tetesan-tetesan keringat mereka adalah kehormatan.
Sebaliknya, ibu di traffic light, meskipun pendapatan yang ia peroleh mungkin lebih banyak dari dua orang simbok tadi, namun keringatnya hanyalah keringat “pecundang”, dan tetesan-tetesan keringatnya adalah “kenistaan”.
Inilah yang terjadi pada masyarakat kita. Diantara kita banyak yang maunya instan. Melepas kehormatan untuk memilih menjadi pecundang. Mengeksploitasi kelemahannya untuk memperoleh rasa iba, memanfaatkan kelemahan orang lain, bahkan menekan yang lemah untuk keuntungan sendiri. Tidak peduli nista di mata Tuhan. Nista di mata manusia.
Jadilah seperti simbok tadi, ia mencari rejeki dengan kekuatan tangannya sendiri, dengan kekuatan kakinya sendiri, dengan kehormatan tetap dijunjung tinggi. Meski hasilnya terkadang tidak sesuai dengan harapan. Tapi, inilah sesungguhnya potret sejati sang pemenang. [Guru BK]
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.