Tafsir Falsafi
Agama | 2022-03-17 11:02:24*Tafsir Falsafi*.
Tafsir Falsafi adalah salah satu Upaya untuk menafsirkan Al quran atau hadits melalui pendekatan atau teori-teori filsafat ataupun ayat-ayat al quran dianggap sebagai justifikasi terhadap pemikiran yang ditulis, bukan sebaliknya.
Dalam permasaalahan ini, maksudnya dari segi menerima atau tidaknya tafsir falsafi, para ulama terbagi ke dalam dua golongan, golongan yang pertama adalah para ulama yang menolak untuk menyatukan agama dengan filsafat, lantaran menurut mereka kedua bidang ilmu tersebut sangat berbeda dan tidak mungkin disatukan
Sedangkan kelompok yang kedua adalah para ulama yang sangat mengagumi ilmu filsafat, mereka berpendapat bahwa agama dan filsafat adalah dua hal yang berdekatan dan keduanya bisa dipadukan.
*Hadist tentang Berkuda, Memanah dan Berenang.*
كل شئ ليس فيه ذكر الله فهو لهو ولعب إلاّ اربع ملا عبة الرجل امرأته وتأ ديب الرجل فرسه ومشيه بين الغرضين وتعليم الرجل السباحة
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Segala sesuatu yang di dalamnya tidak mengandung dzikrullah merupakan perbuatan sia-sia, senda gurau, dan permainan, kecuali empat (perkara), yaitu senda gurau suami dengan istrinya, melatih kuda, berlatih memanah, dan mengajarkan renang.” (HR. An-Nasa’i).
Hadits lain dari Ibn Umar, Nabi bersabda: “ajarilah anak-anak lelakimu berenang dan memanah, dan ajari menggunakan alat pemintal untuk wanita” (HR. Baihaqi)
(Hadist ini lemah secara marfu, namun hadits ini hasan secara mauquf dari Umar bin Al Khathab radhiallahu’anhu Sehingga tidak benar jika hadits ini dinisbatkan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam).
Dari sini dapat kita lihat bahwa konteks perintah tersebut adalah membangun kekuatan perang dengan penguasaan teknik dan skill yang tinggi terhadap persenjataan dan peralatan perang.
Pada zaman itu panah adalah senjata yang mumpuni dalam pertempuran, kuda adalah kendaraan perang yang paling utama dan renang merupakan skill yang sangat dibutuhkan dalam perang fisik. Sedangkan penguasaan teknik produksi tekstil dibutuhkan dalam perang ekonomi dan kebudayaan.
Bahasa sederhananya perintah tersebut merupakan cara Nabi mempersiapkan terjadinya perang fisik maupun ekonomi budaya. Karena dalam peperangan jelas diperlukan kekuatan melalui kemampuan menggunakan senjata dan peralatan perang dengan skill tinggi. Baik senjata dari faktor fisik (panah, berkuda dan berenang) maupun senjata dari faktor ekonomi dan budaya (alat produksi).
Sedangkan jika hadits tersebut hanya dipahami dan diamalkan secara tekstual saja maka hasilnya bukan mempersiapkan kekuatan perang yang handal, namun justru mencetak atlet olahraga tangguh. Sebab ketiga ketrampilan tersebut sekarang hanya jadi cabang olah raga bukan ketrampilan yang bisa meningkatkan kemampuan tempur modern.
Belajar berenang, memanah dan berkuda adalah sah-sah saja dan tidak jadi masalah. Namun jangan sampai terlalu fanatik hingga menjadikan hal itu sebagai sunnah hanya karena memahami hadits secara tekstual lalu mengangggap orang lain tidak sesuai sunnah. Padahal setiap orang memiliki keahlian dan kemampuannya masing-masing selain berenang, memanah dan berkuda.
Dalam pembahasan hadits ini, rasulullah memerintahkan umat islam untuk belajar berenang, ada pertanyaan menarik yang muncul, bagaimana jika daerah tersebut merupakan dataran yang gersang, kekurangan air, dimanakah tempat yang tepat untuk belajar berenang? Bahkan jika kita membuka literatur sejarah atau mengamati secara langsung, hingga saat ini tempat tinggal Rasulullah SAW (Mekkah dan Madinah) juga merupakan tempat yang gersang dan kekurangan air, dimanakah para sahabat belajar berenang saat itu ?
Berenang adalah gerakan sewaktu bergerak di dalam air. Berenang biasanya dilakukan tanpa menggunakan perlengkapan buatan. Kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk rekreasi ataupun olahraga. Berenang dilakukan biasanya sewaktu bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya di air, mencari ikan, mandi, atau melakukan olahraga air lainnya.
Atas dasar inilah, muncul sebuah pendapat bahwa berenang disini bukan hanya berarti tekstualnya saja, akan tetapi secara kontekstual berenang berarti “bergerak”. Salah satu kunci agar tetap hidup adalah terus bergerak, jika diam akan mati.
Adapun sunnah berenang tidaklah harus di air atau gelombang laut, namun juga kemampuan berenang dalam gelombang dan arus informasi. Jika generasi muda tidak punya kemampuan berenang tingkat tinggi (kemampuan literasi media yg canggih) maka akan tenggelam dan hanyut oleh arus informasi.
Jika kemampuan itu dikuasai, berenang atau bahkan menyelam pun dapat dilakukan tengah pusaran arus informasi yang dahsyat tanpa takut hanyut atau tenggelam didalamnya.
Sedangkan berkuda di era sekarang secara fisik dapat di maknai penguasaan sklil dalam mengendarai alat tempur modern atau kendaraan lainnya. Sedangkan dalam bidang IT, berkuda juga bisa di maknai keterampilan menguasai dan mengendalikan teknologi tersebut. Sehinggga tidak tertinggal dari bangsa-bangsa yang lain.
Memanah adalah melepskan anak panah ke sasaran yang di targetkan, sekarang ini kita banyak mempunyai informasi dari berbagai sumber laksana anak panah. Kita harus pandai memilih dan memanfaatkan informasi tersebut untuk mengenai sasaran/permasalahan jika hal ini tepat maka musuh/masalah akan hilang dan kita lebih mudah mencapai kemenangan.
Wallahua’lam bisshawab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.