
Belajar Sabar Bersama Affith
Guru Menulis | 2022-03-15 04:59:00Belajar Sabar Bersama Affith

Seperti biasa, diawal masuk sekolah tahun ajaran, guru melakukan orientasi dan pengenalan kelas kepada siswanya. "Selamat pagi, Anak-anak!" Pak Yanto guru kelas 4 menyapa muridnya disambut dengan jawaban mereka yang riuh. Pak Yanto pada tahun pelajaran ini mendapat tugas mengajar di kelas 4c. Kelas spesial diantara 3 kelas setingkatnya. Ada-ada saja tingkah polah anak-anak kelas ini. Ada yang sering berkelahi, bicara kotor sampai berperilaku aneh. Terang saja, di hari pertama masuk itu satu kepala siswa bocor terkena lembaran potongan kayu bekas stik kasti. Pak Yanto memanggil tiga anak yang terlibat ke dalam kantor. Mereka ditanyai seputar peristiwa itu. Hari itu kelabu, karena tiada ada yang mengakui perbuatannya.
Pekan pertama dilalui Pak Yanto dengan masih menyimpan tanda tanya. Betapa tidak, selain peristiwa bocor kepala, ada lagi peristiwa yang membuat gemas. Pak Yanto menerima laporan bahwa salah satu siswanya suka mencolek alat vital temannya. Sungguh diluar dugaan, anak kelas 4 sudah ada yang berani melakukan hal-hal yang tak elok.
Pagi itu, Affith bermain sendirian di kamar mandi. Tak ayal lagi hari itu seperti hari-hari sebelumnya Affith selalu meninggalkan kelas saat pelajaran berlangsung. Hampir dua jam ia bermain sabun di kamar mandi. Semua sabun ia kumpulkan dan dibuat mainan dalam satu kamar mandi. Pak Yanto sebenarnya sudah berusaha mencari kemana perginya Affith, namun ia lupa satu kamar mandi diujung yang belum dibuka. Capai bermain di kamar mandi, Affith keluar dengan baju dan sepatu basah. Pak Haryo yang memergoki anak tersebut melapor ke Pak Yanto. Dipanggillah Affith ke dalam kelas dan ditanyai dengan beberapa pertanyaan oleh Pak Yanto. Kembali kesabaran Pak Yanto diuji, Affith sama sekali tidak menunjukkan penyesalan.
Pak Yanto sebagai guru baru berusaha pelajari kebiasaan Affith. Belum selesai dia membolak-balik jurnal kemajuan siswa, terdengar gaduh diluar kelas. Begitu keluar, Affith sudah dipegangi teman-temannya. Ia berusaha meludahi dan memukul temannya. Yups. Anak ini selain usil, juga tempramen. Setelah ditenangkan Pak Yanto Affith mau diajak masuk kelas dan ditanyai apa sebenarnya yang menjadi persoalan sampai berkelahi. Persoalan hari itu selesai di kelas Affith. Pak Yanto akhirnya memanggil orang tua Affith ke sekolah dan beliau sampaikan jurnal kemajuan siswa selama di kelas 4. Beberapa poin yang disampaikan Pak Yanto dipahami oleh kedua orang tua Affith. Pada saat itu pula, Affith mengakui bahwa yang melempar kepala sampai bocor adalah dia.
Pak Yanto bernafas lega, setelah pertemuan dengan kedua orang tua Affith. Bahkan mereka bersedia untuk melakukan assessmen ke psikiater. Hasil Assessmen akan membantu orang tua dan guru dalam memilih model atau gaya belajar anak. Tak terkecuali Affith, bila mendapat penanganan yang tepat tentunya akan sangat membantu perkembangannya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook