Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tika Widassadni

Disiplin yang Membunuh: Alarm Darurat Dunia Pendidikan Dasar

Pendidikan | 2025-12-26 15:22:08

Tragedi memilukan yang merenggut nyawa Rafi To, siswa SD Inpres One di Desa Poli, Kecamatan Santian, menjadi tamparan keras sekaligus potret buram dunia pendidikan kita yang masih dibayangi oleh tindakan represif oknum pendidik. Peristiwa yang berujung pada kematian akibat hantaman batu oleh gurunya sendiri, Yafet Nokas, pada akhir September 2025 lalu, menunjukkan betapa rapuhnya perlindungan anak di lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi ruang paling aman untuk bertumbuh. Insiden yang bermula dari dalih penegakan disiplin ini tidak hanya menyisakan duka mendalam bagi keluarga, tetapi juga memicu kemarahan publik setelah kondisi kesehatan korban terus memburuk hingga mengalami kejang dan demam tinggi sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhir. Kasus ini menjadi alarm darurat bagi otoritas pendidikan dan aparat penegak hukum untuk menindak tegas segala bentuk kekerasan fisik di sekolah, sekaligus mendesak dilakukannya evaluasi menyeluruh terhadap kompetensi pedagogis serta stabilitas emosional para guru agar pendekatan manusiawi tetap menjadi prioritas utama dalam membina karakter generasi bangsa.Dilihat dari perspektif psikologi pendidikan, tragedi ini menjadi ancaman serius bagi fondasi perkembangan individu, mengingat anak usia sekolah dasar sedang berada pada fase krusial untuk membentuk kecerdasan emosional, kognitif, dan sosialnya. Pada tahapan emas ini, sekolah seharusnya menjadi laboratorium bagi anak untuk belajar mengelola emosi dan memahami aturan dalam suasana yang aman, namun kekerasan yang terjadi justru menghancurkan rasa percaya tersebut dan menggantinya dengan kecemasan mendalam serta hilangnya motivasi belajar yang berdampak luas, baik bagi korban maupun siswa lain yang menyaksikan trauma tersebut. Lebih jauh lagi, tindakan kasar dari guru sebagai figur otoritas secara sistematis merusak konsep diri anak mereka cenderung menginternalisasi perlakuan tersebut sehingga merasa tidak berharga, selalu bersalah, dan dilingkupi ketakutan untuk melakukan kesalahan sekecil apa pun. Secara kolektif, pengalaman traumatis ini menciptakan persepsi negatif yang permanen bahwa sekolah bukan lagi lingkungan yang protektif melainkan tempat yang mengancam, yang jika tidak segera ditangani melalui pola pendisiplinan manusiawi dan pembinaan emosi bagi pendidik, akan menghancurkan esensi sekolah sebagai ruang pembentuk karakter dan masa depan generasi bangsa.Kasus tragis yang menimpa Rafi To menjadi pengingat yang menyakitkan bahwa kekerasan atas nama pendisiplinan masih menjadi ancaman nyata yang mencederai integritas dunia pendidikan kita. Peristiwa memilukan ini mencerminkan realitas bahwa sekolah belum sepenuhnya menjadi ruang aman bagi anak, padahal institusi tersebut mengemban tanggung jawab vital sebagai tempat di mana karakter, rasa percaya diri, dan masa depan generasi bangsa dibentuk secara mendalam. Oleh karena itu, diperlukan langkah nyata dan sistemik untuk memastikan bahwa setiap bentuk pendisiplinan di sekolah dilakukan melalui pendekatan yang lebih manusiawi, didukung oleh sistem pengawasan yang tegas serta program pembinaan kecerdasan emosional yang intensif bagi para pendidik. Hal ini menjadi krusial agar sekolah dapat kembali pada fungsinya yang hakiki, yakni sebagai lingkungan belajar yang tidak hanya mencerdaskan secara intelektual, tetapi juga aman, mendukung, dan memberikan makna positif bagi tumbuh kembang setiap anak tanpa terkecuali.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image