Retorika Kata: Pengaruh Ucapan Terhadap Arah Gerak Massa
Humaniora | 2025-12-19 10:25:18
Penulis: M. Prananda Satria, Mahasiswa Universitas Airlangga
Sepanjang sejarah, kata-kata telah memberi pengaruh pada arah peradaban manusia. Tokoh-tokoh besar seperti Alexander Agung, Martin Luther King Jr., Ir. Soekarno, bahkan Adolf Hitler telah berhasil memobilisasi jutaan orang melalui pidato mereka yang menginspirasi masyarakat. Alexander Agung, misalnya, adalah pemimpin militer yang tidak hanya mengandalkan strateginya dalam berperang, tetapi juga kecakapannya ketika berbicara untuk menyatukan dan memotivasi pasukannya melintasi benua Asia dan Afrika. Pidatonya yang penuh keyakinan dan kekuatan bahasa telah menjadi bagian dari warisan sejarah tentang bagaimana komunikasi memengaruhi tindakan massa secara kolektif.
Kata-kata seperti "tiada pengunduran diri" bukan hanya sekadar motivasi, tetapi instrumen retorika yang mengarahkan perilaku kelompok dalam konteks yang ekstrem. Hal ini memunculkan beberapa pertanyaan. Mengapa pidato tertentu mampu memicu loyalitas, kebangkitan, atau bahkan revolusi? Apa yang membedakan ujaran biasa dari kalimat yang "menggetarkan jiwa"? Pertanyaan besar ini menuntun kita untuk memahami mekanisme ilmiah dan psikologis di balik seni berbicara yang efektif dalam memengaruhi individu dan massa.
Secara ilmiah, retorika dipahami sebagai seni berbicara atau menulis dengan tujuan meyakinkan orang lain secara efektif. Aristoteles, salah seorangtokoh klasik retorika, telah merumuskan tiga elemen utama dalam persuasi, yakni ethos (kredibilitas pembicara), pathos (sentuhan emosional), dan logos (logika dan alasan) (Putri, 2022). Ketiga elemen ini harus digunakan secara tepat untuk memberikan dampak yang signifikan. Menurut Richard West dan Lynn H. Turner dalam buku Introducing Communication Theory: Analysis and Application (2008), teori retorika memiliki cakupan pemikiran yang sangat luas dalam bidang komunikasi.
Secara psikologis, retorika kata bekerja dengan memengaruhi proses mental dari pendengar. Beberapa temuan psikologi sosial penting menjelaskan dampak kata-kata pada pikiran dan perilaku secara kolektif. Berdasarkan riset mendasar dari Yale Attitude Change Approach (1994), sikap seseorang dapat berubah berdasarkan siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa pendengar bicaranya. Berdasarkan riset lain dari Asch Conformity Experiments (1950), hasil riset membuktikan bahwa individu cenderung mengkuti mayoritas dalam bertindak.
Kedua aspek ini, ilmiah dan psikologis, merupakan fondasi penting dalam berbicara untuk memengaruhi suatu massa. Tokoh-tokoh yang dipandang oleh masyarakat telah mengaplikasikan kedua aspek ini dengan sempurna. Maka dari itu, setiap ucapan yang keluar dari mulut mereka dapat mempersuasif seseorang dengan efektif. Pada akhirnya, kekuatan terbesar bukan hanya pada kata-kata itu sendiri, tetapi pada cara kata-kata tersebut masuk, diproses, dan dihidupi oleh manusia.
Daftar Pustaka:
Putri, Vanya.(2022). Teori Retorika Aristoteles: Pengertian dan Asumsi Retorika. https://www.kompas.com/skola/read/2022/02/09/100000769/teori-retorika-aristoteles--pengertian-dan-asumsi-retorika?.
West, Richard, Turner, Lynn H..(2008). Introducing Communication Theory: Analysis and Application.
McGuire, W. J. (1996). The Yale communication and attitude-change program in the 1950s. In E. E. Dennis & E. Wartella (Eds.), American communication research—The remembered history. Halaman 39–59.
Asch SE.(1951).Effects of group pressure upon the modification and distortion of judgments. Guetzkow H, ed. Groups, Leadership and Men; Research in Human Relations. Carnegie Press. Halaman 177-190.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
