Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sabit Wiramadi

Membangun Persatuan dalam Keberagaman Berdasarkan Islam

Agama | 2025-12-18 15:51:26
Sumber: https://www.uinsyahada.ac.id/islam-dan-keragaman-kultur-relevansinya-dalam-pendidikan-islam/2/
Sumber: https://www.uinsyahada.ac.id/islam-dan-keragaman-kultur-relevansinya-dalam-pendidikan-islam/2/

Umat Islam sekarang sudah terlalu banyak mengalami berbagai permasalahan yang menyangkut persoalan akan pentingnya persatuan umat. Banyak sekali prasangka buruk terhadap orang lain. Kesalahpahaman dan perdebatan yang sia-sia juga tumbuh meskipun hal yang diperdebatkan adalah suatu perkara yang sudah jelas hukumnya. Perdebatan ini jika tidak terkendali dapat menyebabkan antar muslim saling menuduh dan menjustifikasi, saling memaki dan melukai, sehingga bahkan tak jarang berujung hilangnya nyawa manusia.

Dengan segala macam permasalahan diatas, apakah memang kita tidak akan bisa bersatu? Mengapa Kaum Muhajirin dan Anshar bisa? Dan kenapa para pendiri bangsa ini bisa bersatu?

Segala permasalahan di atas terkait dengan masalah konflik, apalagi konflik yang disebabkan dengan motif agama, yang ironisnya lazim terjadi di negara kita yang dicap sebagai negara religius.

Konflik sendiri berasal dari kata kerja bahasa Latin “configere”, yang memiliki arti “saling memukul”. Secara Sosiologis, konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) yang dimana salah satu pihak berusaha untuk menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Sedangkan pengertian agama sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah suatu sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian atau berkaitan dengan kepercayaan itu. Kata ‘agama’ juga dapat didefinisikan sebagai perangkat nilai atau norma ajaran spiritual kerohanian yang mendasari dan membimbing hidup dan kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai warga didalam suatu masyarakat.

Jadi, berdasarkan definisi konflik dan agama seperti yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa konflik agama adalah suatu pertikaian antar agama. Baik itu terjadi pada sesama pemeluk agama itu sendiri, maupun antar agama satu dengan agama lainnya.

Dalam perjalanan sejarah manusia, agama dapat memberikan sembangsih positif bagi masyarakat dengan memupuk persaudaraan dan semangat kerjasama antar anggota masyarakat. Namun, disisi lain, agama juga dapat menjadi pemicu konflik antar masyarakat beragama. Ini adalah sisi negatif pengaruh agama bagi masyarakat dan hal ini sudah sering terjadi di beberapa tempat yang ada di Indonesia. Sisi negatif inilah yang menjadi penyebab terjadinya konflik agama.

Selain itu, penyebab konflik agama biasanya disebabkan oleh hal-hal yang lebih spesifik dan menyentuh beberapa aspek tertentu yang ada di dalam agama itu sendiri. Hal-hal tersebut ada empat macam. Pertama, perbedaan doktrin dan sikap mental. Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan atau konflik agama akan menyadari secara individual bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan itu.

Kedua, perbedaan suku dan ras pemeluk agama. Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan atau konflik agama akan menyadari secara individual bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan itu.

Ketiga, perbedaan tingkat kebudayaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras yang ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat. Agama adalah bagian penting dalam kebudayaan manusia. Kenyataan yang ada membuktikan bahwa perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia ini tidaklah sama. Secara sederhana, budaya dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu budaya tradisional dan budaya modern.

Dan yang keempat, adalah permasalahan mayoritas dan minoritas golongan agama. Fenomena konflik sosial yang terjadi di masyarakat memiliki berbagai aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama yang pluralis seperti Indonesia ini, penyebab terdekat konflik sosial ini bisa datang dari masalah mayoritas dan minoritas golongan agama.

Karena berbagai penyebab di atas itulah, banyak sekali konflik agama yang terjadi di Indonesia. Tercatat ada banyak konflik dengan motif agama yang terjadi. Seperti yang ada dalam internal kaum muslimin Indonesia, yaitu perbedaan pendapat antar kelompok Islam seperti Front Pembela Islam (FPI) dan Muhammadiyah. Dan perbedaan penetapan tanggal hari raya Idul Fitri, karena perbedaan cara pandang yang berbeda diantara kelompok-kelompok Islam.

Untuk melakukan upaya penanggulangan konflik agama, kita semua harus meyakini bahwa agama itu merupakan sebuah keyakinan, bukan barang mainan yang dapat dimainkan sembarangan. Setiap orang bersedia melakukan apa saja, demi keyakinan agama yang mereka pegang. Inilah yang harus diperhatikan oleh semua golongan, agar mereka tidak bertindak sewenang-wenang terhadap keyakinan agama mereka masing-masing. Karena hal tersebut hanya akan menyulut api konflik antar agama yang lebih besar lagi.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangani konflik agama. Dalam menangani konflik agama, jalan terbaik yang bisa dilakukan adalah saling menautkan hati antar umat beragama. Cara lainnya yang baik adalah dengan mempererat persahabatan dengan saling mengenal lebih jauh, serta menumbuhkan kembali kesadaran bahwa sikap agama membawa misi perdamaian. Kita tidak boleh menggunakan konsep pengelompokan domisili dari kelompok yang sama di daerah atau wilayah yang sama secara eksklusif. Jadi, tempat tinggal, domisili atau perkampungan sebaiknya berisi campuran antar golongan. Dan tidak membentuk berdasarkan kelompoknya sendiri, seperti berdasarkan pada suku (etnis), agama, atau status sosial ekonomi tertentu. Dengan cara seperti ini, masyarakat pendatang dan penghuni asli harus berbaur dan tidak boleh saling menutup diri.

Sebagai masyarakat multikultural dengan keberagaman yang ada, kita harus menghilangkan segala bentuk ketidakadilan beragama, baik secara struktural maupun secara sosial budaya. Segala bentuk ketidakadilan beragama ini harus dihilangkan bagaimanapun caranya. Kesenjangan sosial dalam beragama juga harus dihapuskan. Sehingga diperlukan untuk mengembangkan identitas bersama. Hal ini berupa konsep kebangsaan dan nasionalisme Indonesia, agar masyarakat menyadari pentingnya persatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Islam mengajarkan bahwa seluruh orang muslim merupakan saudara seiman dan seagama yang sama-sama menyembah Allah SWT dan menjalankan ajaran agama Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surah Al Hujurat Ayat 10 yang berbunyi:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَࣖ ۝١٠

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.” (QS: Al Hujurat ayat 10)

Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa sesungguhnya orang-orang mukmin semuanya bersaudara seperti hubungan persaudaraan antara nasab, karena sama-sama menganut unsur keimanan yang sama dan kekal dalam surga.

Dalam sebuah hadits shahih diriwayatkan:

اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِيْ حَاجَةِ أَخِيْهِ كَانَ اللهُ فِيْ حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. (رواه البخاري عن عبد الله بن عمر)

“Muslim itu adalah saudara muslim yang lain, jangan berbuat aniaya dan jangan membiarkannya melakukan aniaya. Orang yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah membantu kebutuhannya. Orang yang melonggarkan satu kesulitan dari seorang muslim, maka Allah melonggarkan satu kesulitan di antara kesulitan-kesulitannya pada hari Kiamat. Orang yang menutupi aib saudaranya, maka Allah akan menutupi kekurangannya pada hari Kiamat.” (Riwayat al-Bukhārī dari ‘Abdullāh bin ‘Umar)

Pada hadis sahih yang lain dinyatakan:

اِذاَ دَعَا الْمُسْلِمُ لِأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ قَالَ الْمَلَكُ: اٰمِيْنَ وَلَكَ بِمِثْلِهِ. (رواه مسلم عن أبي الدرداء)

“Apabila seorang muslim mendoakan saudaranya yang gaib, maka malaikat berkata, “Amin, dan semoga kamu pun mendapat seperti itu.” (Riwayat Muslim dari Abū ad-Dardā')

Karena persaudaraan itu mendorong ke arah perdamaian, maka Allah menganjurkan agar terus diusahakan di antara saudara seagama seperti perdamaian di antara saudara seketurunan, supaya mereka tetap memelihara ketakwaan kepada Allah. Mudah-mudahan mereka memperoleh rahmat dan ampunan Allah sebagai balasan terhadap usaha-usaha perdamaian dan ketakwaan mereka. Dari ayat tersebut dapat dipahami perlu adanya kekuatan sebagai penengah untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai.

Di ayat sebelumnya juga disebutkan hal serupa yang berbunyi:

وَاِنْ طَاۤىِٕفَتٰنِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اقْتَتَلُوْا فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَاۚ فَاِنْۢ بَغَتْ اِحْدٰىهُمَا عَلَى الْاُخْرٰى فَقَاتِلُوا الَّتِيْ تَبْغِيْ حَتّٰى تَفِيْۤءَ اِلٰٓى اَمْرِ اللّٰهِۖ فَاِنْ فَاۤءَتْ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَاَقْسِطُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ ۝٩

“Jika ada dua golongan orang-orang mukmin bertikai, damaikanlah keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat aniaya terhadap (golongan) yang lain, perangilah (golongan) yang berbuat aniaya itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), damaikanlah keduanya dengan adil. Bersikaplah adil! Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bersikap adil.” (QS: Al-Hujurat Ayat 9).

Allah menerangkan bahwa jika ada dua golongan orang mukmin berseteru, maka harus diusahakan perdamaian antara kedua pihak yang bermusuhan itu dengan jalan berdamai sesuai ketentuan hukum Allah berdasarkan keadilan untuk kemaslahatan mereka yang bersangkutan. Jika setelah diusahakan perdamaian itu masih ada yang membangkang dan tetap juga berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka golongan yang agresif yang berbuat aniaya itu harus diperangi atau dihukum sehingga mereka kembali untuk menerima hukum Allah. Jika golongan yang membangkang itu telah tunduk dan kembali kepada perintah Allah, maka kedua golongan yang tadinya bermusuhan itu harus diperlakukan dengan adil dan bijaksana, penuh kesadaran sehingga tidak terulang lagi permusuhan seperti itu di masa yang akan datang. Allah memerintahkan supaya mereka tetap melakukan keadilan dalam segala urusan mereka, karena Allah menyukainya dan akan memberi pahala kepada orang-orang yang berlaku adil dalam segala urusan.

Dalam Al Qur’an Surah Ali ‘Imran Ayat 103 yang berbunyi:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ ۝١٠٣

“Berpegang Teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (QS: Ali ‘Imran ayat 103).

Pada ayat ini Allah memerintah kaum mukmin menjaga persatuan dan kesatuan. Dan berpegang teguhlah serta berusahalah sekuat tenaga agar kamu semuanya bantu-membantu untuk menyatu pada tali (agama) Allah agar kamu tidak tergelincir dari agama tersebut. Dan janganlah kamu bercerai berai, saling bermusuhan dan mendengki, karena semua itu akan menjadikan kamu lemah dan mudah dihancurkan.

Islam adalah agama yang mengajarkan betapa pentingnya persatuan. Kita sebenarnya bisa untuk bersatu, karena salah satu konsep dasar Islam dalam persatuan umat adalah semua orang muslim itu bersaudara. Persaudaraan antar orang Muslim didasarkan pada kesamaan mereka sebagai hamba Allah SWT. Ikatan persaudaraan ini disebut sebagai persaudaraan agama, yang memang berlandaskan nilai-nilai keagamaan itu sendiri. Dengan mempraktekkan sikap saling memaafkan, meluaskan hati, lapang dada, kita dapat mewujudkan Islam yang indah dan menjadi rahmat bagi alam semesta secara bersama-sama. Karena kita semua satu bersaudara karena Allah SWT.

Sumber:

  1. https://quran.nu.or.id/al-hujurat/9
  2. https://quran.nu.or.id/al-hujurat/10
  3. https://quran.nu.or.id/ali-imran/103

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image