Radiasi Itu Menakutkan? Fakta dan Mitos di Balik Pemeriksaan Radiologi
Medika | 2025-12-16 20:36:07
Sebagai mahasiswa radiologi, saya cukup sering mendengar kalimat seperti, “Nanti radiasinya bahaya nggak?” atau “Katanya kalau sering rontgen bisa kena kanker, ya?” Pertanyaan-pertanyaan seperti ini biasanya muncul dari orang terdekat ketika tahu saya belajar di bidang radiologi. Dari situ saya sadar, ketakutan terhadap radiasi ternyata masih sangat kuat di masyarakat.
Bagi sebagian orang, mendengar kata rontgen atau CT scan saja sudah cukup membuat cemas. Yang terbayang bukan hanya ruang pemeriksaan rumah sakit, tetapi juga radiasi, efek samping, bahkan risiko kanker di masa depan. Tidak jarang pasien merasa ragu atau takut ketika dokter menyarankan pemeriksaan radiologi. Pertanyaannya, apakah ketakutan itu memang beralasan, atau justru muncul karena kurangnya informasi?
Radiologi memang tidak bisa dilepaskan dari penggunaan teknologi canggih, termasuk radiasi. Namun, penting untuk memahami bahwa tidak semua yang berhubungan dengan radiasi selalu berbahaya. Di sinilah sering muncul kesalahpahaman di masyarakat.
Apa Sebenarnya Radiasi dalam Dunia Medis?
Dalam konteks medis, radiasi digunakan sebagai alat bantu untuk melihat kondisi organ dalam tubuh tanpa harus melakukan pembedahan. Pemeriksaan seperti rontgen dan CT scan memanfaatkan radiasi pengion untuk menghasilkan gambaran struktur tubuh yang detail. Berkat teknologi ini, dokter dapat mendeteksi patah tulang, infeksi, perdarahan, hingga tumor dengan lebih cepat dan akurat.
Namun, tidak semua pemeriksaan radiologi menggunakan radiasi. USG menggunakan gelombang suara, sedangkan MRI memanfaatkan medan magnet dan gelombang radio. Sayangnya, masyarakat sering menyamaratakan semua pemeriksaan radiologi sebagai “berbahaya”, padahal jenis dan risikonya sangat berbeda.
Mitos yang Sering Membuat Pasien Takut
Salah satu mitos yang paling sering beredar adalah anggapan bahwa sekali rontgen bisa langsung menyebabkan kanker. Faktanya, dosis radiasi dari satu kali rontgen relatif sangat kecil. Bahkan, dalam beberapa kasus, paparannya setara dengan radiasi alami yang kita terima dari lingkungan sehari-hari.
Mitos lain yang juga sering terdengar adalah bahwa CT scan pasti berbahaya bagi siapa pun. Padahal, CT scan memang menggunakan dosis radiasi lebih tinggi dibanding rontgen, tetapi pemeriksaan ini dilakukan dengan pertimbangan medis yang matang. Artinya, manfaat yang diperoleh jauh lebih besar dibanding potensi risikonya.
Ada pula anggapan bahwa ibu hamil sama sekali tidak boleh menjalani pemeriksaan radiologi. Kenyataannya, pemeriksaan tertentu masih bisa dilakukan dengan pengamanan khusus dan hanya bila benar-benar diperlukan. Keputusan ini selalu mempertimbangkan keselamatan ibu dan janin secara menyeluruh.
Fakta Medis di Balik Penggunaan Radiasi
Dalam dunia medis, penggunaan radiasi diatur dengan sangat ketat. Salah satu prinsip utama yang digunakan adalah ALARA (As Low As Reasonably Achievable), yaitu menggunakan dosis radiasi serendah mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal. Prinsip ini memastikan bahwa pasien tidak menerima paparan radiasi yang berlebihan.
Selain itu, setiap pemeriksaan radiologi memiliki indikasi yang jelas. Artinya, pemeriksaan tidak dilakukan secara sembarangan. Dokter radiologi dan tenaga radiografer memiliki peran penting dalam menentukan teknik pemeriksaan yang paling aman dan sesuai dengan kondisi pasien.
Perlu diingat bahwa dalam banyak kasus, pemeriksaan radiologi justru membantu menyelamatkan nyawa. Misalnya, CT scan pada pasien stroke atau trauma berat dapat mempercepat diagnosis dan penanganan, sehingga risiko kecacatan atau kematian dapat ditekan.
Kapan Radiasi Perlu Diwaspadai?
Meski relatif aman, radiasi tetap perlu digunakan secara bijak. Pemeriksaan berulang tanpa indikasi yang jelas sebaiknya dihindari. Anak-anak dan ibu hamil juga menjadi kelompok yang membutuhkan perhatian khusus karena lebih sensitif terhadap paparan radiasi.
Di sinilah pentingnya komunikasi antara pasien dan tenaga medis. Pasien berhak bertanya mengapa suatu pemeriksaan diperlukan, apa manfaatnya, dan apakah ada alternatif lain. Dengan komunikasi yang baik, keputusan medis dapat diambil secara lebih tenang dan rasional.
Pentingnya Literasi Kesehatan
Ketakutan berlebihan terhadap radiologi sering kali bukan berasal dari fakta medis, melainkan dari informasi yang tidak lengkap atau keliru, terutama yang beredar di media sosial. Literasi kesehatan menjadi kunci agar masyarakat tidak mudah terpengaruh hoaks dan dapat memahami peran radiologi secara utuh.
Radiologi bukan musuh, melainkan alat bantu penting dalam dunia kedokteran modern. Dengan pemahaman yang benar, pasien tidak hanya menjadi lebih tenang, tetapi juga lebih percaya terhadap proses diagnosis dan pengobatan yang dijalani.
Radiasi memang bukan sesuatu yang bisa diabaikan, tetapi juga tidak perlu ditakuti secara berlebihan. Selama digunakan sesuai indikasi dan standar keselamatan, pemeriksaan radiologi justru memberikan manfaat yang jauh lebih besar daripada risikonya. Memahami fakta di balik mitos adalah langkah awal agar kita dapat bersikap lebih bijak dan rasional terhadap teknologi medis yang semakin berkembang.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
