Peran Dokter Gigi dalam Menghadapi Disinformasi di Era Digital
Pendidikan dan Literasi | 2025-12-16 16:43:25Di era digital, informasi terkait kesehatan gigi bisa diakses dalam beberapa detik. Pasien dapat menonton video tutorial, membaca artikel kesehatan, atau mengikuti akun media sosial yang membahas perawatan gigi. Dari pengamatan langsung saya, fenomena ini memiliki dua konsekuensi: di satu sisi, pasien menjadi lebih sadar akan pentingnya perawatan gigi; di sisi lain, mereka sering datang dengan harapan atau "diagnosis" mereka sendiri yang tidak selalu benar.
Biasanya, pasien datang dengan ide atau permintaan untuk perawatan tertentu karena mereka melihatnya populer di media sosial. Misalnya, mereka menginginkan pemutihan gigi, perawatan estetika, atau bahkan prosedur pencabutan tertentu, bukan karena kondisi medis yang mendesak, tetapi karena tren atau saran online yang tidak benar. Yang lain juga jarang menjalani pemeriksaan rutin karena mereka berpikir bahwa dari internet, mereka sudah tahu cara merawat gigi mereka. Situasi seperti ini mengharuskan dokter gigi untuk memainkan peran ganda: sebagai praktisi dan sebagai pendidik yang dapat menyampaikan edukasi dengan cara yang mudah dipahami pasien.
Masalah utamanya adalah disinformasi. Tidak semua konten kesehatan gigi di internet dibuat oleh para profesional. Video atau artikel mungkin menyesatkan, membingungkan, atau bahkan berbahaya. Pengalaman klinis juga menunjukkan bahwa terkadang pasien tidak mendengarkan saran dokter karena ia berasumsi bahwa ia telah "menemukan sendiri solusinya," padahal sebenarnya, informasi yang didapatnya mungkin setengah benar atau tidak relevan dengan kasusnya. Ternyata, literasi digital kesehatan masyarakat masih perlu ditingkatkan.
Namun sekali lagi, digitalisasi juga merupakan peluang besar. Dokter gigi dan klinik aktif yang membuat konten edukasi berbasis digital dapat menjangkau audiens. Misalnya, video singkat tentang cara menyikat gigi dengan benar, mengapa pembersihan karang gigi secara teratur sangat penting, atau tanda-tanda apa yang mengharuskan seseorang mengunjungi dokter gigi dapat membantu pasien memahami perawatan pencegahan sejak dini. Dalam jangka panjang, ini akan mengubah perilaku pasien: dari mengunjungi dokter gigi saat sakit menjadi lebih proaktif dalam menjaga kesehatan mulut mereka.
Selain itu, dunia digital juga memungkinkan komunikasi dua arah: pasien dapat mengajukan pertanyaan langsung melalui obrolan atau komentar, dan dokter gigi dapat memberikan klarifikasi segera. Hal ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan pasien tetapi juga meningkatkan otoritas dokter gigi sebagai penyedia informasi. Dengan cara ini, dunia digital bukan hanya semacam pesaing informasi tetapi juga alat untuk membangun pendidikan yang lebih efektif.
fenomena pasien yang mengandalkan informasi digital bukan sekadar tantangan, tapi juga panggilan bagi dokter gigi untuk beradaptasi. Peran dokter gigi kini lebih luas: tidak hanya merawat gigi, tetapi juga menjadi pendidik, kurator informasi, dan pembimbing literasi kesehatan digital. Edukasi digital bukan sekadar tren, tetapi strategi penting untuk meningkatkan kesadaran, pencegahan, dan kualitas pelayanan kesehatan gigi masyarakat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
