Buku Bukan Hanya Halaman, Tetapi Teman Berpikir
Pendidikan dan Literasi | 2025-12-15 09:03:49Di tengah laju teknologi yang semakin cepat, generasi Z tumbuh dalam lingkungan yang penuh kemudahan akses informasi. Segala sesuatu dapat dicari dalam hitungan detik, dan berbagai hiburan tersaji tanpa batas. Namun, di balik semua kenyamanan ini, ada satu hal penting yang sering terabaikan: kebiasaan membaca buku. Padahal, buku bukan hanya kumpulan halaman yang tersusun rapi, tetapi teman berpikir yang membantu membentuk cara pandang, karakter, hingga kedalaman berpikir seseorang.
Gen Z dikenal sebagai generasi yang kritis dan kreatif. Sayangnya, derasnya arus informasi pendek—seperti video singkat atau postingan ringkas—secara tidak langsung membuat banyak dari mereka terbiasa berpikir cepat, tetapi kurang mendalam. Di sinilah buku mengambil peran penting. Membaca buku melatih kita untuk memahami konteks secara utuh, menyusun argumen, dan melihat persoalan dari berbagai sudut pandang. Buku mengajak kita berhenti sejenak dari kecepatan dunia digital untuk benar-benar berpikir, bukan sekadar menerima.
Lebih dari itu, buku memberikan ruang bagi Gen Z untuk membangun identitas dan nilai diri. Melalui buku, seseorang bisa bertemu dengan ide-ide baru, tokoh inspiratif, atau bahkan bertemu dengan versi terbaik dirinya sendiri. Buku tidak menghakimi; buku mendampingi. Ia menjadi teman di perjalanan batin, memberikan ketenangan di tengah hiruk pikuk notifikasi yang tak ada habisnya.
Dalam dunia yang serba instan, kemampuan berpikir mendalam adalah keunggulan. Mereka yang terlatih membaca akan lebih mudah mengenali hoaks, lebih kritis dalam menyikapi isu sosial, dan lebih kreatif dalam mencari solusi. Itulah sebabnya membaca buku tetap relevan—bahkan semakin penting—bagi Gen Z saat ini.
Pada akhirnya, buku bukan sekadar objek fisik atau sekadar teks. Ia adalah sahabat yang menyediakan ruang refleksi, memperkaya imajinasi, dan memperluas wawasan. Jika teknologi menghubungkan kita dengan dunia luar, buku menghubungkan kita dengan dunia dalam diri sendiri. Dan di tengah kebisingan digital, barangkali itulah yang paling kita butuhkan: teman berpikir yang tak tergantikan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
