Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image yola amanda

Menuju Masyarakat Inklusif: Mengubah Cara Kita Memandang Disabilitas

Eduaksi | 2025-12-14 14:25:12

Disabilitas sering kali disalahpahami hanya sebagai batasan fisik atau mental individu. Selama bertahun-tahun, paradigma lama (model medis) mendikte bahwa penyandang disabilitas adalah objek yang perlu "disembuhkan". Namun, pandangan ini sudah usang. Saatnya kita beralih sepenuhnya ke Model Sosial dan pendekatan berbasis Hak Asasi Manusia.

Sumber : SAPDA

Dalam perspektif akademik modern, disabilitas bukan terletak pada tubuh individu, melainkan pada kegagalan lingkungan sosial dalam mengakomodasi perbedaan tersebut. Seseorang menjadi "difabel" bukan karena ia menggunakan kursi roda, melainkan karena gedung-gedung dibangun hanya dengan tangga, tanpa memikirkan akses bagi semua.

Tantangan Struktural

 

  1. Realitas di lapangan menunjukkan bahwa hambatan utama bukanlah kondisi biologis, melainkan hambatan eksternal:
  2. Infrastruktur yang Eksklusif: Minimnya fasilitas publik yang aksesibel (trotoar, transportasi, gedung) yang membatasi mobilitas.
  3. Stigma Kultural: Pandangan stereotip yang menganggap disabilitas sebagai ketidakberdayaan, yang berujung pada diskriminasi di tempat kerja dan pendidikan.
  4. Kebijakan yang Belum Optimal: Implementasi UU No. 8 Tahun 2016 yang sering kali masih terkendala di level teknis.

Langkah Strategis ke Depan

 

  1. Mewujudkan inklusivitas bukan sekadar aksi sosial, melainkan mandat konstitusi. Tiga langkah krusial yang perlu didorong adalah:
  2. Pengarusutamaan Disabilitas: Isu ini tidak boleh lagi menjadi isu pinggiran, tetapi harus ada dalam setiap perencanaan pembangunan kota dan kebijakan publik.
  3. Penyediaan Akomodasi yang Layak: Sektor pendidikan dan korporasi wajib menyediakan alat bantu dan lingkungan yang mendukung produktivitas tanpa diskriminasi.

Partisipasi Aktif: Melibatkan penyandang disabilitas dalam setiap proses pengambilan keputusan "Nothing About Us Without Us".

Kesimpulan

Disabilitas adalah bagian alami dari keragaman manusia. Tugas kita bukanlah "memperbaiki" penyandang disabilitas, melainkan memperbaiki sistem sosial yang menghambat mereka. Masyarakat yang maju diukur dari sejauh mana mereka mampu merangkul seluruh warganya tanpa terkecuali.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image