Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nathania Putri Pratama

Sumatra dan Kenyataan yang Sudah Lama Kita Abaikan

Info Terkini | 2025-12-11 20:55:42
Ilustrasi Banjir. Sumber : Pexels

Oleh: Nathania Putri – Mahasiswa Universitas Airlangga

Bencana besar di Sumatra belakangan ini sebenarnya bukan sesuatu yang tiba-tiba. Hujan memang deras, cuaca memang ekstrem, tapi dampaknya tidak akan separah ini kalau persoalan dasarnya sudah dibenahi sejak lama. Setiap tahun pola kejadiannya sama: air naik cepat, longsor di mana-mana, warga berlarian menyelamatkan diri, dan pemerintah kewalahan merespons. Bedanya, kali ini skalanya jauh lebih besar dan banyak daerah benar-benar lumpuh.

Yang bikin saya tak habis pikir, sebagian pihak masih menyebut ini murni bencana alam, seolah-olah kita tidak pernah tahu apa yang terjadi pada hutan di Sumatra selama bertahun-tahun. Pembukaan lahan yang masif, pengawasan lingkungan yang longgar, dan tata ruang yang diubah sesuka hati jelas punya kontribusi besar. Sungai yang dulu lebar kini menyempit. Daerah yang seharusnya menjadi zona resapan malah jadi kawasan permukiman atau industri. Ketika hujan ekstrem turun, tinggal tunggu waktu saja sampai bencana datang.

Respons pemerintah juga patut dievaluasi. Dalam situasi seperti ini, kecepatan itu penting. Banyak warga di lapangan mengaku tidak mendapat peringatan dini atau informasi yang jelas soal kondisi cuaca dan potensi bahaya. Padahal kita punya teknologi, punya data, dan punya pengalaman menghadapi kejadian serupa. Kalau sistem peringatannya tidak berjalan, lalu untuk apa semua fasilitas itu ada?

Yang paling mengganggu adalah kecenderungan kita untuk menganggap semuanya sebagai nasib. Padahal jelas ada keputusan-keputusan yang bisa dan seharusnya diperbaiki. Kalau penegakan aturan lingkungan lemah, kalau daerah rawan tetap dibiarkan ditempati, kalau pembangunan tidak mempertimbangkan risiko bencana, maka kerugian sebesar ini bukan kejutan—itu konsekuensi.

Sebagai mahasiswa, saya merasa kita tidak boleh hanya sekadar merasa prihatin. Kita punya ruang untuk bersuara, untuk mempertanyakan, dan untuk menuntut transparansi atas pengelolaan ruang hidup kita sendiri. Sumatra memang jauh bagi sebagian orang, tetapi pola bencana ini bisa saja terjadi di banyak tempat lain di Indonesia jika tata kelolanya tetap seperti sekarang.

Bencana besar di Sumatra seharusnya dijadikan titik balik. Bukan hanya momentum untuk menyalurkan bantuan, tetapi untuk menata ulang cara kita memperlakukan lingkungan. Kalau tidak, kita hanya menunggu kejadian berikutnya sambil pura-pura terkejut lagi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image