Semakin Banyak Motor, Semakin Sepi Trotoar
Sepeda Motor | 2025-12-12 09:50:23Trotoar di berbagai kota besar Indonesia cenderung lengang. Bahkan untuk jarak pendek, mayoritas masyarakat lebih memilih menggunakan sepeda motor ketimbang berjalan kaki. Fenomena ini mencerminkan tingginya ketergantungan terhadap kendaraan bermotor sebagai alat transportasi utama. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2023, jumlah sepeda motor di Indonesia mencapai 132,43 juta unit dari total 157 juta kendaraan bermotor. Artinya, sekitar 84 persen kendaraan yang beroperasi adalah sepeda motor. Angka ini menunjukkan dominasi yang sangat signifikan dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Kepadatan sepeda motor memenuhi jalanan Jakarta.
Tingginya penggunaan sepeda motor memiliki korelasi erat dengan minimnya infrastruktur bagi pejalan kaki. Di Jakarta misalnya, kondisi trotoar masih jauh dari memadai. Menurut catatan Koalisi Pejalan Kaki yang dilaporkan Kompas.id pada Maret 2024, dari total panjang jalan di Jakarta yang mencapai 7.000 kilometer, hanya 610 kilometer atau 8,71 persen yang dilengkapi trotoar. Kondisi trotoar yang ada pun tidak semuanya dapat digunakan secara optimal. Sejumlah trotoar dialihfungsikan untuk parkir kendaraan atau tempat berdagang. Situasi ini membuat aktivitas berjalan kaki menjadi kurang nyaman, karena pejalan kaki sering terpaksa berjalan di pinggir jalan raya. Akibatnya, masyarakat semakin memilih menggunakan sepeda motor, dan fungsi trotoar sebagai ruang publik pun semakin berkurang.
Pola yang terbentuk menciptakan siklus berkelanjutan: minimnya infrastruktur pejalan kaki mendorong penggunaan sepeda motor, sementara tingginya jumlah sepeda motor membuat kebijakan pembangunan lebih berorientasi pada pelebaran jalan daripada pembangunan fasilitas pejalan kaki. Kondisi ini berbeda dengan beberapa negara lain yang telah menciptakan keseimbangan antara mobilitas kendaraan dan aktivitas berjalan kaki. Di Jepang, meskipun tingkat ekonomi masyarakat memungkinkan kepemilikan kendaraan pribadi, banyak warga lebih memilih berjalan kaki atau menggunakan transportasi umum. Trotoar di kota-kota seperti Tokyo ramai digunakan setiap hari karena infrastrukturnya memadai. Begitu pula di Singapura, ketersediaan fasilitas pejalan kaki yang terintegrasi dengan transportasi umum membuat masyarakat lebih nyaman berjalan kaki. Di Kopenhagen, Denmark, sekitar 60 persen penduduk memilih berjalan kaki atau bersepeda untuk aktivitas harian. Perbedaan mendasar terletak pada prioritas pembangunan infrastruktur yang mengutamakan kenyamanan dan keselamatan pejalan kaki.
Untuk meningkatkan peran trotoar di Indonesia, diperlukan pendekatan menyeluruh dalam perencanaan pembangunan kota. Infrastruktur pejalan kaki perlu menjadi prioritas dengan standar yang jelas. Integrasi antara trotoar dengan sistem transportasi umum juga penting agar berjalan kaki menjadi bagian yang nyaman dalam perjalanan sehari-hari. Penegakan aturan terhadap penyalahgunaan trotoar perlu dilakukan secara konsisten. Edukasi kepada masyarakat tentang manfaat berjalan kaki dari aspek kesehatan maupun lingkungan dapat membantu mengubah kebiasaan yang telah terbentuk. Dengan pendekatan yang tepat dan berkelanjutan, keseimbangan antara penggunaan kendaraan bermotor dan aktivitas berjalan kaki dapat tercapai, sehingga trotoar dapat berfungsi optimal sebagai ruang publik yang mendukung kehidupan perkotaan yang lebih baik.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
