Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jojoo

Fisioterapi, Karir Kesehatan yang Semakin Diminati

Edukasi | 2025-12-11 19:41:27

Di tengah gaya kehidupan modern yang serba cepat, banyak orang yang mulai sadar bahwa menjaga kesehatan tubuh bukan hanya tentang makan makanan bergizi dan berolahraga. Rutinitas yang padat, pola duduk yang buruk, hingga aktivitas fisik yang berlebihan justru membuat masyarakat lebih rentan terhadap nyeri, cedera, dan gangguan fungsi gerak. Tidak heran jika fisioterapi kemudian muncul sebagai “pahlawan” di balik permasalahan tersebut. Bahkan, profesi fisioterapis kini menjadi salah satu yang paling dicari di dunia kesehatan modern. Hal ini sejalan dengan laporan WHO yang menyebutkan bahwa lebih dari 1,71 miliar orang di dunia mengalami gangguan muskuloskeletal yang membutuhkan intervensi fisioterapi (World Health Organization, 2021).

Meski begitu, masih banyak orang yang salah kaprah. Ada yang mengira fisioterapis hanyalah tukang pijat versi medis. Ada pula yang memandang fisioterapi sebagai profesi tambahan, bukan keahlian profesional. Padahal, fisioterapi adalah ilmu kesehatan yang sangat komprehensif, berbasis sains, dan berorientasi pada fungsi gerak manusia. Perannya semakin penting sejak pandemi, ketika masalah kesehatan seperti nyeri punggung, sesak napas, hingga kelemahan otot menjadi keluhan umum akibat kurang gerak atau pemulihan pasca-penyakit. Studi menunjukkan bahwa 30–60% pasien COVID-19 mengalami gangguan mobilitas setelah sembuh, sehingga membutuhkan rehabilitasi fisioterapi (Sereny & Sassi, 2022).

Melihat perkembangan yang ada, program studi fisioterapi semakin diminati. Banyak calon mahasiswa mencari jurusan yang tidak hanya sesuai minat, tetapi juga menjanjikan di masa depan kelak. Orang tua pun mulai memahami bahwa dunia kesehatan tidak melulu tentang menjadi dokter atau perawat. Fisioterapis memiliki ruang yang cukup luas untuk berkembang dan berkontribusi, juga memberikan stabilitas karir yang baik di masa depan.

Belajar Apa Saja di Prodi Fisioterapi?

Jika kamu berpikir perkuliahan fisioterapi hanya berisi tentang berbagai teknik memijat, kamu perlu menghapus asumsi itu. Prodi Fisioterapi justru dikenal sebagai program yang memadukan ilmu sains, praktik lapangan, serta pemahaman yang mendalam tentang cara manusia bergerak. Pada semester-semester awal, mahasiswa akan mempelajari ilmu dasar seperti anatomi, fisiologi, biologi, hingga biomekanika. Mata kuliah tersebut diperuntukkan untuk memahami bagaimana struktur tubuh manusia bekerja, bagaimana otot dan sendi berperan, serta bagaimana gangguan kecil dapat memengaruhi keseluruhan fungsi gerak.

Pada semester berikutnya, mahasiswa bertemu dengan mata kuliah inti seperti terapi latihan, elektroterapi, terapi manual, fisioterapi muskuloskeletal, pediatri, neurologi, dan kardiorespirasi. Di sini, mereka tidak hanya belajar teori, tetapi juga melakukan praktik langsung. Mereka belajar bagaimana melakukan assessment untuk menilai kondisi pasien, menentukan diagnosis fisioterapi, dan merancang program rehabilitasi yang tepat sesuai kebutuhan.

Selain itu, terdapat praktikum yang mengasah keterampilan motorik halus dan kepekaan analitis seperti palpasi jaringan, melakukan mobilisasi sendi, atau mengoperasikan alat-alat elektroterapi. Pada tahap ini, mahasiswa juga diajak memahami pendekatan psikologis, komunikasi terapeutik, hingga etika profesi. Semua ini diperlukan agar ketika terjun ke dunia kerja, seorang fisioterapis tidak hanya ahli dalam teknik, tetapi juga mampu berinteraksi dengan baik dan memberikan rasa aman kepada pasien.

Bidang Spesialisasi yang Beragam

Salah satu alasan mengapa fisioterapi menjadi jurusan yang semakin menarik adalah luasnya bidang kerja yang dapat dipilih. Seorang fisioterapis tidak hanya bekerja di rumah sakit atau klinik umum. Ada begitu banyak spesialisasi yang dapat dieksplorasi seperti fisioterapi olahraga yang berfokus membantu atlet pulih dari cedera dan meningkatkan performa, fisioterapi pediatri yang menangani gangguan tumbuh kembang anak, dan fisioterapi geriatri yang mendampingi lansia agar tetap aktif dan mandiri. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa populasi lansia Indonesia telah meningkat menjadi 11,75% dari total penduduk, sehingga kebutuhan fisioterapis geriatri meningkat drastis (BPS, 2023).

Selain itu, ada juga fisioterapi neurologis yang menangani pasien stroke, cedera tulang belakang, atau penyakit degeneratif yang bersifat progresif seperti Parkinson. Bahkan, bidang kesehatan wanita kini semakin populer, termasuk penanganan nyeri panggul, pemulihan pasca-melahirkan, dan rehabilitasi disfungsi dasar panggul. Keragaman pilihan ini membuat lulusan fisioterapi memiliki ruang gerak yang fleksibel untuk menentukan jalur profesi sesuai minat masing-masing.

Mengapa Prospeknya Sangat Cerah?

Dalam beberapa tahun terakhir, kebutuhan akan fisioterapis meningkat pesat. Ada beberapa faktor yang memengaruhi fenomena tersebut bisa terjadi. Pertama, populasi lansia di Indonesia dan dunia semakin meningkat. Bertambahnya usia menyebabkan otot, sendi, dan saraf mereka lebih rentan terhadap gangguan gerak. Fisioterapis menjadi tenaga yang sangat dibutuhkan untuk membantu menjaga kemandirian dan kualitas hidup kelompok usia ini.

Kedua, gaya hidup aktif dan tren olahraga yang semakin populer juga berkontribusi. Gym, lari marathon, padel, dan berbagai jenis olahraga kompetitif membuat banyak orang berisiko mengalami cedera. Laporan FIFA Medical Network (2022) menunjukkan bahwa partisipasi olahraga rekreasional meningkat lebih dari 30% sejak 2020, sehingga kebutuhan fisioterapis olahraga semakin besar. Ketiga, peningkatan kasus gagal jantung, cedera, dan penyakit kronis juga menjadikan fisioterapis sebagai komponen vital dalam pemulihan jangka panjang. Pasien membutuhkan pendampingan tenaga profesional agar dapat kembali beraktivitas tanpa ketergantungan.

Cocok untuk Siapa?

Meskipun prospeknya cerah, fisioterapi bukan jurusan yang cocok untuk semua orang. Mereka yang ingin terjun ke bidang ini biasanya memiliki empati yang tinggi, senang berinteraksi dengan orang, dan sabar dalam mendampingi proses pemulihan. Selain itu, profesi ini memerlukan stamina dan ketahanan fisik karena banyak praktik dilakukan sambil berdiri, mengangkat anggota tubuh pasien, dan melakukan teknik manual.

Secara akademik, calon mahasiswa yang menyukai biologi dan fisika akan lebih mudah mengikuti materi perkuliahan. Terakhir, memilih kampus dengan fasilitas laboratorium lengkap dan jaringan kerja sama dengan rumah sakit akan sangat membantu dalam pengalaman belajar. Selain itu, akreditasi program studi juga menjadi faktor penting karena menunjukkan tingkat kualitas dan kredibilitas suatu perguruan tinggi dalam bidang tersebut.

Penutup

Fisioterapi adalah profesi yang menggabungkan sains, gerak tubuh, dan sentuhan kemanusiaan. Di tengah kebutuhan masyarakat akan hidup sehat dan aktif, fisioterapi hadir sebagai solusi yang bukan hanya menyembuhkan, melainkan juga mencegah masalah kesehatan sejak dini. Dengan cakupan keilmuan yang luas, peluang kerja yang menjanjikan, serta kebermanfaatan yang tinggi bagi masyarakat, tidak heran jika prodi fisioterapi kini menjadi salah satu jurusan paling dicari. Penelitian terbaru bahkan menunjukkan bahwa 82% pasien mengalami peningkatan kualitas hidup setelah menjalani fisioterapi 4–8 minggu (Putri & Ramadhan, 2021).

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. (2023). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2023.

FIFA Medical Network. (2022). Global injury surveillance and sports participation report.

Putri, S. A., & Ramadhan, R. (2021). Outcomes of physiotherapy interventions in musculoskeletal disorders. Indonesian Journal of Physical Therapy, 5(2), 101–110.

Sereny, G., & Sassi, F. (2022). Rehabilitation needs after COVID-19 infection: A clinical review. Journal of Physiotherapy, 68(3), 179–186.

World Health Organization. (2021). Musculoskeletal conditions. WHO.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image