Anomali dalam Masyarakat Digital: Ketika yang Aneh Jadi Norma Baru
Edukasi | 2025-12-11 16:10:38
Dalam era digital yang serba cepat ini, kita seringkali disuguhkan dengan berbagai fenomena unik yang memicu rasa ingin tahu. Salah satu tren yang belakangan viral di media sosial adalah “brainrot,” yang menampilkan karakter-karakter absurd dan visual tidak biasa. Tren ini memicu penggunaan istilah “anomali” di kalangan pengguna internet, dari anak-anak hingga orang dewasa. Namun, apa sebenarnya makna “anomali” dalam konteks masyarakat dan bagaimana kita, sebagai sosiologi, dapat memahami fenomena ini?
Anomali: Lebih dari Sekadar Tren Viral
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), anomali adalah penyimpangan dari yang sudah ada, kelainan, atau penyimpangan dari keseragaman fisik. Dalam Sosiologi, anomali merujuk pada perilaku individu atau kelompok yang bertentangan dengan norma sosial yang berlaku. Fenomena “brainrot” dan penggunaan istilah “anomali” dalam konteks ini adalah contoh menarik dari bagaimana norma-norma sosial dapat berubah dan bergeser dalam masyarakat digital.
Contoh konkretnya bisa dilihat di TikTok atau Twitter, di mana “brainrot” sering muncul sebagai meme absurd seperti karakter kartun aneh (misalnya, “Skibidi Toilet” yang gabungin toilet dengan kepala manusia dansa) atau video editan AI yang bikin realitas terasa “rusak” otak—konten yang sengaja over-the-top dan nggak masuk akal, tapi malah ditonton jutaan kali. Ini bukan Cuma hiburan, tapi jadi “anomali” yang nge-challenge apa yang kita anggap normal di dunia maya, di mana yang aneh justru bikin engagement tinggi.
Anomali dalam Lensa Sosiologi
Sebagai sosiolog, kita tertarik untuk memahami bagaimana anomali muncul, mengapa ia menjadi populer, dan apa dampaknya bagi masyarakat. Beberapa pertanyaan kunci yang dapat kita ajukan adalah:
- Bagaimana tren “brainrot” memengaruhi persepsi kita tentang normalitas dan keanehan? Apakah karakter-karakter absurd ini menantang norma-norma tradisional tentang estetika dan perilaku yang dapat diterima?
- Mengapa anomali menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang, terutama generasi muda? Apakah ini merupakan bentuk pemberontakan terhadap norma-norma yang dianggap konservatif, atau sekadar ekspresi dari kreativitas dan imajinasi yang tak terbatas?
- Bagaimana penggunaan istilah “anomali” dalam konteks ini memengaruhi cara kita memahami dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita? Apakah ini menciptakan ruang untuk diskusi dan refleksi yang lebih mendalam tentang perbedaan dan keragaman dalam masyarakat?
Anomali sebagai Cerminan Perubahan Sosial
Fenomena anomali dalam masyarakat digital adalah cerminan dari perubahan sosial yang terus berlangsung. Dalam era di mana informasi menyebar dengan cepat dan batas-batas antara dunia nyata dan dunia maya semakin kabur, norma-norma sosial menjadi lebih fleksibel dan terbuka untuk interpretasi. Sebagai Sosiolog, kita perlu terus mengamati dan menganalisis fenomena-fenomena seperti ini untuk memahami dinamika masyarakat yang terus berubah.
Anomali, dalam konteks tren “brainrot” dan masyarakat digital, adalah lebih dari sekadar istilah yang viral. Ia adalah jendela untuk memahami bagaimana norma-norma sosial berubah, bagaimana identitas dibentuk, dan bagaimana kita berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Dengan memahami anomali, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang kompleksitas masyarakat modern dan bagaimana kita dapat beradaptasi dengan perubahan yang tak terhindarkan.
Sumber Inspirasi: Kompas.com, 9 Juli 2025
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
