Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hanindra Dzaky

Tips Agar Terhindar dari Fenomena FOMO di Era Digital

Edukasi | 2025-12-11 15:01:38
Foto: Getty Images/iStockphoto/oatawa

Di era digital yang serba cepat ini, kita sering kali terjebak dalam dunia maya yang penuh sorotan kehidupan orang lain. Bayangkan saja, setiap kali Anda membuka ponsel, layar Anda dipenuhi dengan foto teman yang sedang berlibur di pantai eksotis, rekan kerja yang membagikan kabar kenaikan jabatan, atau selebriti yang tampil glamor di acara mewah. Semua itu bisa memicu perasaan yang dikenal sebagai FOMO, atau Fear of Missing Out. Yaitu kecemasan mendalam bahwa kita sedang ketinggalan hal-hal menarik atau penting. Media sosial membuat fenomena ini semakin intens, karena kita hanya melihat sisi terbaik kehidupan orang lain tanpa tahu kehidupan aslinya. FOMO bukan sekadar rasa penasaran biasa, tetapi bisa berbahaya dikarenakan dapat berkembang menjadi sumber stres yang serius. Jika dibiarkan, perasaan ini dapat membuat kita terus membandingkan diri dengan orang lain, merasa hidup kita kurang menarik, dan akhirnya kepercayaan diri pun menurun. Orang yang sering mengalami FOMO mungkin sulit tidur karena pikiran yang terus berkecamuk, pola makan yang terganggu, atau bahkan jatuh ke dalam depresi karena selalu merasa tertinggal dari tren dan kegiatan yang sedang viral.

Secara lebih dalam, FOMO adalah kekhawatiran bahwa orang lain sedang menikmati pengalaman yang lebih baik daripada kita. Ketika kita melihat-lihat timeline media sosial, kita mudah percaya bahwa teman-teman kita lebih beruntung, karena yang ditampilkan hanyalah momen-momen puncak yang Istimewa, bukan rutinitas sehari-hari yang penuh tantangan. Akibatnya, kebahagiaan kita bisa berkurang, produktivitas terhambat, dan kesehatan mental terganggu. Untungnya, ada cara-cara praktis untuk menghindari fenomena FOMO ini.

1. Pertama, mulailah dengan membatasi waktu di media sosial.

2. Buat jadwal harian yang padat, sehingga Anda bisa mengalihkan energi positif ke hal-hal produktif seperti membaca buku atau berolahraga.

3. Selanjutnya, prioritaskan interaksi nyata.

4. Luangkan waktu untuk bertemu teman atau keluarga tanpa gangguan ponsel, karena percakapan tatap muka bisa memberikan kedamaian yang tak tergantikan.

5. Jangan lupa juga untuk menghargai diri sendiri.

6. Mulai hentikan kebiasaan membandingkan, dan fokuslah pada pencapaian serta kelebihan pribadi diri.

7. Latih juga rasa syukur dengan menulis daftar hal-hal yang disukai atau dihargai setiap hari, seperti kesehatan yang baik atau dukungan dari orang terdekat.

8. Ini akan mengalihkan pandangan dari apa yang belum Anda miliki ke apa yang sudah ada.

9. Terus kuatkan fokus pada diri sendiri dengan mengejar hobi baru atau tujuan hidup yang bermakna.

10. Dan yang terpenting, ingat bahwa media sosial hanyalah potongan kecil dari realitas.

11. Unggahan orang lain bukanlah gambaran lengkap kehidupan mereka.

Dengan kesadaran dan disiplin, menghindari FOMO bukanlah hal yang mustahil. Dengan membangun interaksi nyata, melatih syukur, dan bijak mengelola waktu di dunia maya, kita bisa menjalani hidup yang lebih tenang, penuh kesadaran, dan bebas dari kecemasan yang tidak perlu. Berdasarkan langkah-langkah tersebut, jelas bahwa kunci untuk terbebas dari FOMO bukanlah menghindari teknologi secara total, melainkan belajar menggunakannya dengan cara yang lebih sehat dan penuh kesadaran. Ketika kita dapat menempatkan diri pada posisi yang tepat, menghargai proses pribadi kita, dan menikmati kehidupan nyata tanpa selalu membandingkan dengan orang lain, kita akan lebih mudah merasakan ketenangan dan kebahagiaan yang sejati. Pada akhirnya, hidup bukanlah tentang mengikuti setiap tren yang muncul, tetapi tentang bagaimana kita membangun pengalaman yang bermakna sesuai dengan nilai dan tujuan pribadi kita sendiri. Dengan pola pikir seperti ini, FOMO secara bertahap akan kehilangan kekuatannya, dan digantikan oleh rasa kepuasan serta kepercayaan diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Oleh: Hanindra Dzaky Athaya

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image