Gen Z tidak Apatis, Melainkan Berpolitik dengan Cara yang Berbeda
Politik | 2025-12-10 23:11:57Generasi z tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi, dimana akses informasi yang mereka gunakan berbeda dengan generasi sebelumnya. Arus informasi pada generasi mereka lebih cepat dan mudah dijangkau oleh semua kalangan. Mereka sudah tidak lagi mengandalkan koran yang berformat kaku, maupun televisi.
Bagi generasi z, mendapatkan informasi terutama mengenai politik dapat diperoleh melalui ponsel yang sering mereka pegang. Mereka akan mendapat informasi berupa konten yang berbentuk video singkat, infografis, hingga diskusi interaktif. Biasanya konten-konten tersebut berada di media sosial, seperti TikTok, Instagram, X (Twitter), maupun Facebook.
Meski demikian, generasi Z tetap dipandang sebagai generasi yang apatis atau tidak peduli dengan isu-isu politik yang terjadi. Perspektif ini muncul karena sedikit dari generasi z yang hadir dalam ruang politik formal. Contohnya adalah generasi z jarang muncul saat ada forum diskusi, serta ketertarikan terhadap organisasi politik yang struktural.
Selain itu, generasi z sering dianggap tidak serius dalam mengikuti isu politik yang terjadi, dan hanya fokus pada konten yang berisi hiburan. Hal ini karena mereka sering menggunakan sindiran yang berupa meme atau sindiran digital lainnya. Hal inilah yang membuat mereka dipandang apatis terhadap politik.
Kenyataannya, hadir tidaknya generasi z di dalam ruang politik yang bersifat formal ini, tidak dapat dijadikan penilaian terhadap peduli atau tidaknya generasi z terhadap politik. Melainkan, mereka menyadarkan kita bahwa kepedulian terhadap politik dapat melalui cara lain yang mungkin berbeda dengan generasi sebelumnya.
Bagi mereka, kepedulian terhadap politik tidak harus berada dalam ruang yang bersifat formal, tetapi dapat dilakukan dengan cara yang lebih interaktif, kreatif, dan sesuai dengan perkembangan zaman saat ini. Bahkan cara ini akan lebih memudahkan dalam menyebarkan secara luas dan akan dengan cepat menyampaikan informasi tersebut kepada seluruh lapisan masyarakat.
Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada terutama menggunakan media sosial, generasi z dapat menyuarakan pendapat mereka. Mereka dapat menyuarakan pendapatnya melalui kolom komentar, live session, dan podcast digital. Dari situ dapat membuktikan bahwa hadir atau tidaknya generasi z secara fisik dalam diskusi formal, mereka tetap peduli terhadap politik yang terjadi.
Ketika terjadi suatu kekerasan, korupsi, pelanggaran HAM, maupun kebijakan yang merugikan terjadi, generasi z akan dengan cepat menyebarkan informasi tersebut melalui media sosial. Bahkan generasi z akan dengan cepat mengangkat topik itu menjadi pembicaraan nasional.
Mereka akan membuat konten seperti kampanye digital, video pendek, infografis, bahkan hingga merugikan pejabat tertentu. Konten itu biasanya akan berisi ringkasan yang singkat, padat, dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh semua kalangan mengenai isu-isu yang terjadi. Dengan adanya konten-konten tersebut banyak orang yang akan dengan mudah memahami masalah yang sedang terjadi.
Selain membuat konten, generasi z juga akan membuat tagar-tagar yang dapat menjadi perbincangan nasional dalam waktu yang singkat. Contohnya dalam beberapa isu yang pernah terjadi sebelumnya, tagar seperti #ReformasiDikorupsi, dan #TolakRUUKUHP juga dengan cepat menyebar dan menjadi perbincangan nasional.
Adanya kenaikan tagar-tagar tersebut dapat menjadi bentuk tekanan kolektif yang membuktikan bahwa generasi z ikut serta dalam menggerakan opini publik. Tidak hanya itu, generasi z juga membuat suatu isu dapat muncul ke permukaan publik dan menjadi perhatian nasional.
Konten dan tagar inilah yang membuat informasi dapat menyebar dengan lebih luas lagi dan dapat dijangkau oleh semua kalangan. Misalnya dalam satu konten video berdurasi 30 detik yang diunggah di media sosial dapat dengan mudah mendapat seratus ribu penonton hanya dalam beberapa jam saja. Dibandingkan dengan diadakannya forum diskusi yang berada diruangan dan dilakukan secara formal, angka tersebut akan jarang ditemukan. Hal ini menunjukkan bahwa konten yang mereka buat dengan mudah menyebar pada jangkauan yang lebih luas.
Dari situlah dapat dibuktikan bahwa generasi z peduli terhadap politik yang terjadi di negara ini. Ketidakhadirannya generasi z dalam forum diskusi formal, digantikan dengan kehadiran mereka dalam ruang digital. Mereka membuktikan bahwa kepedulian terhadap politik tidak dapat diukur dengan menggunakan cara lama lagi. Cara lamanya berupa hadir dalam rapat yang berlangsung secara formal dan di dalam ruangan, mengikuti suatu organisasi politik yang struktural, ataupun penyebaran informasi yang menggunakan format dan bahasa kaku. Sebaliknya, generasi z lebih memilih menggunakan cara yang efektif, kreatif, dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini.
Adanya pemikiran mengenai generasi z yang apatis atau tidak peduli terhadap politik bermula saat orang-orang masih menilai seseorang dengan standar lama. Dimana politik sering digambarkan sebagai aktivitas yang identik dengan rapat panjang yang bersifat formal, organisasi berstruktur, pidato yang panjang, serta kaku. Politik juga sering dianggap membosankan, kaku, dan sering tidak memberikan ruang berekspresi. Hal inilah yang membuat generasi z lebih memilih cara lain dalam berpolitik.
Sudah saatnya kita juga mengganti pemahaman mengenai politik yang kaku dan membosankan, menjadi suatu wadah yang dapat dijadikan ruang berekspresi. Tidak hanya itu, kita juga harus memahami bahwa politik harus sejalan dengan perkembangan zaman yang ada.
Kepedulian generasi z terhadap politik akan dilakukan sesuai dengan cara mereka dan sejalan dengan perkembangan teknologi saat ini. Mereka akan melakukan dengan mengangkat suatu isu ke dalam perbincangan nasional, mengkritik sesuatu yang menyeleweng maupun merugikan, memberikan edukasi kepada masyarakat, dan menggerakan ruang diskusi nasional melalui handphone yang selalu mereka bawa. Generasi z mungkin tidak hadir di podium, namun mereka akan hadir melalui For You Page. Mereka juga mungkin tidak akan menjadi anggota organisasi politik, tetapi mereka akan mengedukasi banyak orang melalui konten yang mereka buat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
