Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Faisa Ayu Nariswari Universitas Airlangga

Ketika Ahli Gizi Dianggap Tak Penting: Apa Jadinya Makanan Bergizi Gratis Tanpa Tenaga Ahli?

Info Terkini | 2025-12-08 16:35:23
Sumber : Pinterest-Cantika.com Pelaksanaan program makan bergizi gratis di SMP Negeri 4 Sragen, Jawa Tengah, 17 Februari 2025. Tempo foto oleh Septhia Ryanthie

Publik sangat kecewa dengan pernyataan Wakil Ketua DPR RI,Cucun Ahmad Syamsurijal, yang menyatakan bahwa program Makan bergizi Gratis (MBG) tidak memerlukan ahli gizi. Ini menjadi perbincangan hangat diantara para ahli gizi dalam media sosial, unggahan “Pray For Ahli Gizi Indonesia” tersebar luas merupakan sebagai bentuk dukungan terhadap profesi yang selama ini bekerja di balik layar untuk memastikan bahwa makanan anak – anak telah memenuhi standar kesehatan yang layak. Bagaimana mungkin ahli nutrisi tidak diperlukan untuk program nasional yang sangat masif dan bertujuan untuk menekan stunting? Pernyataan ini telah mengabaikan logika dan profesi, yang sangat penting untuk pembangunana generasi dan kesuksesan dari program kerja ini.

Program Makan Bergizi Gratis muncul sebagai tanggapan adanya kekhawatiran negara tentang tingginya angka stunting dan kurangnya pemenuhan gizi bagi anak – anak usia sekolah. Program ini menuntut perhitungan secara menyeluruh mengenai jumlah nutrisi yang terkandung dalam setiap porsi makanan yang disajikan dengan tujuan menyediakan makanan yang sehat, bergizi dan seimbang. Akibatnya, banyak orang menentang bahwa MBG dapat dilakukan oleh lulusan SMA tanpa adanya bantuan dari ahli gizi. Tidak sedikit orang yang menganggap bahwa pernyataan tersebut sebagai bentuk ketidaktahuan tentang bagaimana menu yang sehat itu dibuat dan juga diproses.

Sebenarnya profesi ahli gizi jauh dari kata sederhana. Mereka tidak hanya membuat menu tetapi juga memastikan bahwa semua makanan dari karbohidrat, protein, sayur hingga aspek keamanan pangan, memenuhi kebutuhan anak. Di beberpa daerah seperti NTT, para ahli gizi bahkan telah meluangkan waktu berjam – jam untuk melakuakn penelitian dan mempertimbangkan variasi makanan, ketersediaan bahan pangan lokal, nilai kalori, dan preferensi konsumsi anak. Ini semua dilakukan untuk memastikan bahwa makanan bergizi ini benar- benar memenuhi tujuan utamanya yaitu menyehatkan anak – anak Indonesia dan memastikan mereka tumbuh dengan baik.

Ironisnya, laporan BBC Indonesia menyatakan bahwa ahli gizi yang terlibat dalam pembutan MBG bahkan tidak menerima kompensasi yang layak untuk pekerjaan mereka. Mereka bekerja keras berpikir secara ilmiah, dan memikul tanggung jawab besar akan tetapi akhirnya harus menghadapai anggapan bahwa profesi mereka ini tidak dibutuhkan. Dengan keadaan seperti ini, masuk akal bagi masayrakat umum untuk menganggap pernyataan pejabat tersebut bukan hanya keliru tetapi juga menyakitkan dan meremehkan peran dari ahli gizi.

Selain itu gagasan bahwa seseorang dapat mengelola program makanan bergizi hanya dengan pendidikan sekolah menengah atas (SMA) menunjukkan bahwa mereka tidak memahami pentingnya keseimbangan nutrisi. Dlam MBG, isitilah “bergizi” bukan hanya sebuah slogan namun, kata itu mengandung tanggung jawab yaitu memastikan mikronutrien dan makronutrien dalam jumlah yang seimbang di dalam satu porsi makanan yang disajikan. Menghilangkan tanggung jawab ahli gizi sama dengan menghilangkan hubungan antara tujuan program dan bagaimana program itu dilaksanakan. Jika fondasi keilmuan yang menopangnya dihapus, bagaimana MBG dapat berhasil?

Pernyataan tersebut juga mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Khawatir bahwa kualitas makanan yang diberikan tidak akan sejalan dengan ekspektasi yang muncul ketika masyarakat melihat bahwa program besar seperti MBG dianggap dapat beroperasi tanpa keahlian yang diperlukan. Anak-anak berhak mendapatkan makanan yang baik untuk kesehatan mereka dalam jangka panjang. Ketidakseimbangan nutrisi, pemilihan bahan makanan yang tidak tepat, atau bahkan penyajian makanan yang tidak aman sangat mungkin terjadi jika seseorang tidak memiliki pengetahuan nutrisi yang tepat.

Tenaga kesehatan, yang selama ini berkontribusi pada perbaikan gizi masyarakat, dapat kehilangan semangat mereka karena meremehkan peran ahli gizi. Mereka telah menghabiskan banyak waktu, tenaga, dan pengetahuan untuk menjaga kesehatan publik selama bertahun-tahun, jadi anggapan bahwa profesi mereka tidak penting bukan hanya menyakiti mereka, tetapi juga dapat melemahkan keinginan mereka untuk melakukannya. Namun, ahli gizi sangat penting untuk menghasilkan generasi yang sehat dan tidak mengalami masalah gizi.

Pada akhirnya, MBG bukan hanya program makan gratis itu adalah investasi dalam masa depan negara. Agar anak-anak Indonesia dapat mendapatkan makanan berkualitas, pelaksanaan program ini harus berfokus pada profesionalisme ahli gizi. Mereka adalah keharusan, bukan pilihan. Program MBG tidak boleh dijalankan dengan asumsi sederhana bahwa siapa pun bisa melakukannya. Tujuan menciptakan generasi yang sehat, anti stunting, dan kuat dapat dicapai hanya dengan partisipasi tenaga gizi secara penuh.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image