Mengenal Jenis Kopi di Nusantara: Kekayaan Citarasa dari Sabang hingga Merauke
Kuliner | 2025-12-08 13:34:48Oleh Ridwan Rizkyanto
Dosen Universitas Andalas
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia, dan kopi telah menjadi bagian penting dari identitas kuliner Nusantara. Dari dataran tinggi Sumatra hingga pegunungan Papua, setiap daerah menghadirkan cita rasa khas yang dipengaruhi oleh kondisi tanah, iklim, metode budidaya, hingga proses pascapanen. Keragaman inilah yang menjadikan kopi Nusantara memiliki karakter unik sekaligus menempati posisi istimewa di pasar global. Dalam beberapa dekade terakhir, meningkatnya budaya minum kopi mulai dari kedai specialty hingga industri kreatif berbasis kopi turut mendorong eksplorasi lebih menyeluruh mengenai jenis kopi Indonesia.
Jenis kopi yang tumbuh di Indonesia secara umum dapat dibagi menjadi tiga: Arabika (Coffea arabica), Robusta (Coffea canephora), dan Liberika/Excelsa (Coffea liberica/excelsa). Masing-masing memiliki karakteristik rasa, aroma, serta ekosistem tumbuh yang berbeda. Kopi Arabika umumnya tumbuh di dataran tinggi dengan suhu sejuk dan dikenal memiliki rasa kompleks dengan keasaman yang lembut. Robusta tumbuh di dataran rendah dan lebih tahan terhadap penyakit, menghasilkan cita rasa lebih kuat dan pahit. Sementara itu, Liberika dan Excelsa merupakan varietas minor yang tumbuh terbatas di wilayah tertentu, tetapi justru memiliki keunikan yang semakin diminati kalangan penikmat kopi.
Salah satu kebanggaan Indonesia adalah Arabika Gayo dari Aceh yang terkenal dengan aroma floral, body medium-to-full, dan tingkat keasaman rendah. Kopi ini berkembang pesat melalui model pertanian rakyat dan telah mendapatkan pengakuan Protected Geographical Indication (PGI). Di Sumatra Utara, Arabika Mandailing dan Lintong menawarkan profil rasa earthy dan chocolaty yang menjadi favorit pasar Eropa dan Jepang. Beralih ke Sulawesi, Arabika Toraja menampilkan karakter spicy, herbal, dan clean finish yang sering disebut mirip kopi Ethiopia dalam versi Asia. Keanekaragaman Arabika di Indonesia juga diperkuat oleh daerah lain seperti Kintamani Bali dengan citrus notes serta Pegunungan Papua yang menghasilkan kopi dengan karakter fruity yang eksotis.
Selain Arabika, Robusta Nusantara berperan besar dalam industri kopi nasional. Lampung merupakan produsen Robusta terbesar dengan rasa kuat, woody, dan pahit, menjadikannya bahan utama kopi komersial dan industri 3-in-1. Di Jawa Timur, kopi Robusta dari lereng Gunung Ijen dan Dampit memiliki cita rasa lebih halus berkat praktik budidaya yang semakin baik. Sementara itu, varietas unik yang semakin populer adalah Liberika Rangsang Meranti dari Kepulauan Riau, dengan cita rasa smoky, fruity, dan aroma yang sering disebut mirip nangka atau buah kering. Liberika menjadi pilihan adaptif di lahan gambut sehingga berpotensi mendukung diversifikasi komoditas perkebunan Indonesia.
Kekayaan jenis kopi Nusantara tidak hanya mencerminkan keragaman agroekologi, tetapi juga budaya, adat, dan kreativitas masyarakat lokal. Setiap biji kopi membawa cerita tentang petani, lingkungan, serta transformasi sosial ekonomi yang membentuk industri kopi modern Indonesia. Di tengah tren global terhadap specialty coffee, pemetaan lebih rinci mengenai varietas lokal, inovasi fermentasi, serta peningkatan mutu pascapanen menjadi kunci untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai coffee powerhouse. Dengan terus menjaga keberlanjutan dan mengangkat nilai budaya, kopi Nusantara bukan hanya dinikmati sebagai minuman, tetapi juga sebagai warisan rasa yang memperkaya identitas bangsa.
Daftar Referensi
Surip, N., & Martono, B. (2022). Characterization of Robusta coffee quality from several Indonesian regions. Beverage Plant Research Journal, 9(3), 112–121.
Wibowo, A., Nugroho, D., & Putra, N. (2020). Post-harvest processing and flavor development in Indonesian specialty coffee. Journal of Food Science and Technology, 57(11), 3648–3657.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
