Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dzikra Faiza

Mengurai Peran Janji Ekonomi Islami di Tengah Badai Konflik Sudan

Politik | 2025-12-04 15:33:38
keadaan masyarakat sudan yang terlantar akibat perang saudara
keadaan masyarakat sudan yang terlantar akibat perang saudara

Tidak asing lagi bagi kita mengenai negara yang terletak di bagian utara benua Afrika, yakni Sudan. Negara ini kembali menjadi pusat perhatian dunia karena meningkatnya konflik bersenjata yang dimulai sejak April 2023 dan masih berlanjut hingga sekarang. Pertikaian bersenjata yang memanjang terjadi antara Angkatan Bersenjata Sudan yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) yang dipimpin oleh Mohamed Hamdan Dagalo (Hemedti).

Paradigma Baru Wa'ad dalam Ekonomi Global

Kondisi perang saudara di Sudan tidak hanya berkaitan dengan perebutan kekuasaan dan wilayah, tetapi juga melibatkan kekayaan sumber daya alam seperti emas, minyak, dan taktik militer lainnya. Konflik yang berlangsung dari tahun 2023 hingga Oktober 2025 telah menyebabkan lebih dari 150.000 orang kehilangan nyawa, menurut laporan BBC, dengan 12 juta orang mengungsi. Situasi ini mencerminkan pertarungan yang lebih luas dalam perekonomian global, di mana wa'ad sebagai janji dan komitmen sepihak memainkan peran yang sangat penting dalam perekonomian negara. Sengketa antara militer dan kelompok paramiliter (RSF) bukanlah pemandangan biasa, melainkan memiliki dimensi yang jauh lebih kompleks yang melibatkan aspek ekonomi dan geopolitik.

Dalam konteks ekonomi dan geopolitik, konflik ini sangat berkaitan dengan pengelolaan kekayaan alam Sudan yang melimpah, yang menjadi sumber kekuatan bagi kedua belah pihak, terutama bagi RSF yang mendapat dukungan dari berbagai jaringan ekonomi internasional, termasuk negara-negara tertentu yang tertarik pada sumber daya alam tersebut. Konflik ini melibatkan kepentingan berbagai negara regional dan global, termasuk Uni Emirat Arab (UEA) yang diduga memberikan dukungan berupa persenjataan kepada RSF. Situasi ini menjadi contoh perwakilan perang, di mana negara secara tidak langsung mendukung kelompok yang bertikai demi kepentingan strategis dan ekonomi mereka sendiri.

Wa'ad sebagai janji dan komitmen sepihak dapat mengatur pengelolaan sumber daya dan investasi suatu negara. Dalam konteks perang ini, wa'ad juga berfungsi sebagai alat untuk melindungi investasi, perdagangan, dan aliran dana yang memperkuat posisi ekonomi yang bersangkutan. Wa'ad bukan sekadar janji biasa namun merupakan alat yang memiliki kekuatan hukum dan pihak ekonomi yang memperkuat posisi pihak yang bertikai, mendukung strategi mereka dalam pengelolaan sumber daya dan pemanfaatan hubungan ekonomi baik di tingkat lokal maupun internasional selama masa konflik. Hal ini menegaskan bahwa konflik di Sudan telah meluas akibat kekerasan menjadi persaingan yang kompleks dalam aspek ekonomi dan finansial yang saling terkait.

Paradigma baru ini mendorong pemahaman yang menyeluruh bahwa penyelesaian konflik tidak boleh hanya terfokus pada peperangan militer, tetapi juga harus mencakup akar masalah ekonomi dan politik yang terkait dengan geopolitik yang lebih luas. Secara umum, konflik Sudan saat ini merupakan kombinasi dari perang fisik, perebutan sumber daya ekonomi, dan persaingan geopolitik antara negara-negara besar yang bersaing di panggung global.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image