Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syakila Sekar

Efek Paylater terhadap Arus Kas Rumah Tangga

Gaya Hidup | 2025-12-03 15:19:38

Layanan paylater kini menjadi bagian dari keseharian masyarakat yang akrab dengan transaksi digital. Dalam beberapa tahun terakhir, fitur ini tumbuh pesat karena menawarkan sesuatu yang tidak diberikan oleh kredit konvensional: proses cepat, syarat ringan, dan cicilan kecil yang terasa mudah dicapai. Paylater sering menjadi pilihan ketika kebutuhan muncul mendadak sementara pendapatan belum tersedia. Namun, di balik kemudahannya, muncul pertanyaan penting: apakah paylater benar-benar membantu mengamankan likuiditas, atau justru mempersempit ruang arus kas rumah tangga?

Bagi banyak pengguna, layanan paylater memberikan fleksibilitas dalam menghadapi ketidaksesuaian arus kas. Misalnya, ketika muncul kebutuhan mendesak seperti biaya kesehatan, transportasi, atau pembelian kebutuhan sehari-hari yang tidak bisa ditunda. Dalam situasi seperti ini, paylater berperan sebagai jembatan likuiditas, memungkinkan seseorang untuk memenuhi kebutuhan lebih dulu sebelum menerima penghasilan berikutnya.

Di wilayah perkotaan, tren penggunaan paylater semakin meningkat karena kemudahan dan kecepatan prosesnya. Banyak orang merasa terbantu dengan akses instan yang ditawarkan, tanpa harus melalui prosedur rumit seperti pengajuan kredit tradisional. Dari sisi pengelolaan keuangan, layanan ini dapat membantu menjaga stabilitas keuangan jangka pendek, terutama bagi mereka yang belum memiliki dana darurat yang cukup.

Meski mampu memberikan bantuan sementara, paylater tetap menciptakan kewajiban baru yang harus dilunasi di bulan berikutnya. Ketika penggunaan dilakukan terlalu sering, jumlah cicilan pun akan terus bertambah. Pada titik tertentu, hal ini dapat mulai mengganggu arus kas rumah tangga, karena sebagian pendapatan bulanan harus dialokasikan untuk membayar tagihan.

Cicilan dalam nominal kecil sering kali menimbulkan persepsi keliru tentang kemampuan bayar. Banyak pengguna merasa beban bulanan tersebut tidak signifikan, padahal jika dijumlahkan, totalnya bisa cukup besar. Akibatnya, anggaran untuk kebutuhan pokok, tabungan, bahkan biaya penting seperti pendidikan dan kesehatan bisa tergerus. Inilah yang kemudian menyebabkan distorsi arus kas, di mana pengeluaran rutin terdesak oleh kewajiban cicilan.

Selain itu, akses paylater yang sangat mudah juga membuka peluang bagi perilaku konsumtif. Banyak orang tergoda untuk membeli barang yang sebenarnya tidak direncanakan karena cicilannya tampak ringan dan prosesnya cepat. Pola ini sering kali mendorong perilaku belanja impulsif, terutama di kalangan pengguna yang belum memiliki literasi finansial yang kuat.

Di sisi lain, banyaknya platform paylater membuat sebagian pengguna terjebak dalam debt stacking, yaitu kondisi ketika seseorang memiliki cicilan dari beberapa layanan sekaligus. Penumpukan kewajiban ini semakin berat ketika bunga, biaya layanan, serta penalti keterlambatan mulai muncul. Situasi ini tidak hanya mengganggu stabilitas keuangan, tetapi juga dapat memunculkan tekanan psikologis berupa stres dan kecemasan akibat beban keuangan yang terus bertambah.

Agar paylater tidak berubah menjadi beban, pengguna perlu memahami batas-batas dasar pengelolaan keuangan. Beberapa prinsip yang dapat diterapkan antara lain: - Total cicilan tidak melebihi 30 persen pendapatan bulanan. - Memprioritaskan penggunaan paylater untuk kebutuhan penting. - Memahami seluruh biaya yang menyertai transaksi, termasuk bunga dan penalti. - Menghindari penggunaan banyak layanan paylater secara bersamaan. - Tetap menyediakan dana darurat untuk mengurangi ketergantungan pada kredit digital.

Literasi keuangan menjadi kunci agar pengambilan keputusan lebih bijaksana. Pengguna yang memahami risiko kredit cenderung lebih mampu menilai kemampuan bayar serta menghindari pembelian impulsif. Dengan pendekatan tersebut, paylater dapat berfungsi sebagaimana mestinya: membantu mengatur arus kas, bukan menambah beban pengeluaran.

Pengelolaan yang cermat memungkinkan paylater dimanfaatkan secara positif. Namun, tanpa perencanaan, fasilitas ini dapat memperbesar risiko penumpukan utang dan menurunkan ketahanan finansial rumah tangga. Keputusan berada di tangan pengguna apakah menjadikan paylater sebagai alat bantu likuiditas, atau membiarkannya menjadi sumber tekanan dalam kehidupan finansial sehari-hari.

Referensi

Muslih, M., Redjeki, S., Firmansyah, G., & Larasati, A. (2025). Analisis Multi-Dimensi Dampak Ekonomi, Perilaku Konsumsi, dan Risiko Sosial Penggunaan Paylater di Indonesia. Jurnal Impresi Indonesia, 4(10), 3858–3866. https://doi.org/10.58344/jii.v4i10.7083

Kuncara, T., Yatun, N. R. F., Anggita, N. F. R., & Handayani, N. S. W. (2025). Pengabdian Masyarakat Tentang Fenomena PayLater: Manfaat dan Risikonya. Jurnal Abdi Masyarakat Multidisiplin, 4(2), 13–17. https://doi.org/10.56127/jammu.v4i2.2182

Dwiwansi, N. P., Purnamasari, N. E. D., & Lazuarni, N. S. (2023). Pengaruh literasi keuangan dan financial experience generasi milenial terhadap penggunaan paylater pada E-Commerce. EKONOMIKA45 Jurnal Ilmiah Manajemen Ekonomi Bisnis Kewirausahaan, 10(2), 48–58. https://doi.org/10.30640/ekonomika45.v10i2.781

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image