Sindrom Mulut Terbakar: Sensasi Misterius yang Mengganggu Tanpa Tampak Luka
Info Sehat | 2025-12-03 11:27:12Sebagian besar orang pernah merasakan mulut perih karena tersengat makanan panas atau iritasi ringan. Namun ada kondisi yang jauh lebih membingungkan, membuat penderitanya merasa seperti sedang makan cabai setiap hari, padahal mulutnya terlihat normal. Kondisi ini dikenal sebagai Burning Mouth Syndrome (BMS) atau sindrom mulut terbakar. Meski jarang dibahas, kasusnya semakin sering ditemukan dan menjadi keluhan yang dapat mengganggu kualitas hidup seseorang.
BMS membuat mulut terasa panas, perih, terbakar, atau seperti tersengat listrik. Sensasi tersebut paling sering terjadi di lidah, tetapi dapat menjalar ke bibir, gusi, langit-langit, bahkan seluruh rongga mulut. Yang membingungkan, tidak ada luka, kemerahan, bengkak, atau tanda fisik yang menjelaskan rasa sakit tersebut. Secara kasat mata, mulut terlihat normal, tetapi sensasi panasnya bisa sangat kuat hingga membuat makan dan berbicara terasa tidak nyaman.
Keluhan BMS sering muncul perlahan. Penderita mungkin awalnya merasakan sedikit panas di ujung lidah, lalu beberapa minggu kemudian sensasinya menyebar dan intensitasnya meningkat. Pada sebagian orang, keluhan terasa sepanjang hari. Ada pula yang merasakannya memburuk menjelang sore atau malam. Selain rasa panas, banyak yang mengeluh mulut terasa kering meskipun produksi saliva normal, atau muncul rasa pahit, asam, hingga rasa seperti logam yang mengganggu selera makan.
Meskipun terlihat sederhana, BMS bukan masalah ringan. Banyak penderitanya merasa cemas, stres, bahkan sulit tidur karena sensasi panas tidak mereda. Beberapa orang menjadi takut makan makanan tertentu, sehingga asupan nutrisi menurun. Bahkan ada yang merasa tidak dipercaya ketika diperiksa, karena secara visual mulut tampak baik-baik saja.
Hingga kini, penyebab pasti BMS belum diketahui. Para ahli menduga kelainan ini berkaitan dengan gangguan saraf sensorik yang mengatur rasa di mulut. Saraf-saraf kecil di lidah dan rongga mulut mungkin mengalami perubahan sensitivitas, sehingga memberikan sinyal panas atau terbakar meskipun tidak ada pemicu nyata.
Selain gangguan saraf, beberapa faktor lain diketahui dapat memicu atau memperburuk BMS. Stres dan kecemasan adalah salah satu faktor terbesar. Ketidakseimbangan hormon, terutama pada wanita menopause, juga dapat memengaruhi saraf mulut. Kekurangan vitamin B12, folat, atau zat besi kerap ditemukan pada penderita. Refluks asam lambung yang tidak disadari juga dapat menyebabkan rasa perih halus yang berkembang menjadi sensasi terbakar. Bahkan pemakaian pasta gigi atau obat kumur tertentu yang mengandung bahan iritatif dapat memicu reaksi saraf bagi orang yang sensitif.
Menariknya, beberapa kasus BMS muncul setelah mulut terlalu sering dibersihkan. Penggunaan obat kumur antiseptik yang kuat, misalnya, dapat mengubah keseimbangan bakteri di mulut dan membuat saraf menjadi lebih peka. Begitu pula penggunaan gigi tiruan yang tampak pas tetapi sebenarnya menekan jaringan mulut secara halus.
Karena BMS tidak meninggalkan tanda fisik, diagnosisnya membutuhkan ketelitian. Dokter biasanya harus memastikan tidak ada penyebab lain seperti infeksi jamur, alergi makanan, diabetes, anemia, atau efek samping obat-obatan tertentu. Proses ini bisa memakan waktu, sehingga tidak sedikit pasien merasa bingung atau putus asa.
Meski tidak ada satu pengobatan yang cocok untuk semua orang, banyak penderita BMS mengalami perbaikan setelah menemukan faktor pemicunya. Jika penyebabnya kekurangan vitamin, suplementasi dapat membantu mengurangi sensasi terbakar. Jika pemicu utamanya stres, terapi relaksasi, konseling, atau teknik pernapasan dapat sangat membantu. Mengubah pasta gigi ke produk bebas SLS, menghindari obat kumur beralkohol, dan menjaga hidrasi dapat mengurangi iritasi saraf.
Dalam beberapa kasus, dokter dapat meresepkan obat yang memengaruhi sistem saraf untuk menenangkan sensasi panas. Obat-obatan ini bukan untuk menghilangkan rasa sakit secara langsung, tetapi untuk menstabilkan sinyal saraf. Pendekatan seperti ini biasanya cukup efektif pada penderita yang keluhannya sudah berlangsung lama.
Meskipun tidak berbahaya dan bukan tanda kanker, BMS dapat sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Rasa panas yang berkepanjangan membuat banyak orang sulit berkonsentrasi, sering mengalami kecemasan, bahkan kehilangan nafsu makan. Karena itu mengetahui gejala dan penyebabnya sangat penting agar kondisi ini dapat ditangani lebih cepat.
Sindrom mulut terbakar mungkin jarang dibicarakan, tetapi dampaknya nyata. Sensasi panas yang tidak terlihat oleh mata orang lain dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang secara signifikan. Dengan memahami gejalanya, mencari pemicu, dan mendapatkan perawatan yang tepat, penderita BMS dapat kembali menikmati makan, berbicara, dan beraktivitas tanpa rasa terbakar yang menghantui setiap hari.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
