Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image YOHANA PRISKILA DWI PUTRI

Influencer Kesehatan: Peluang Emas dengan Resiko yang Besar

Edukasi | 2025-12-01 01:11:23
*gambar ilustrasi

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena influencer kesehatan menjadi semakin populer dan menonjol di berbagai platform media sosial. Mereka hadir sebagai figur yang mempu memberikan menyederhanakan informasi medis dan menyebarkannya dengan menarik dan mudah dipahami masyarakat. Di satu sisi, kehadiran mereka menjadi sebuah buah baru bagi edukasi kesehatan publik. Sebagaimana contoh sederhananya yakni program Dr. Oz Indonesia yang populer pada tahun 2017 dan berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap tanda-tanda awal penyakit. Namun, di sisi lain, perkembangan influencer kesehatan juga menimbulkan dilema baru: peningkatan self-diagnosis dan potensi misinformasi yang berdampak pada keputusan kesehatan masyarakat. Situasi ini menghadirkan pertanyaan penting. Apakah influencer kesehatan merupakan peluang emas bagi peningkatan literasi masyarakat atau justru sebagai cikal bakal masalah baru bagi akurasi informasi dan hoaks?

Sebelumnya, mari kita kupas mengenai influencer kesehatan. Contoh sebelum adalah saluran TV Dr. Oz Indonesia yang ditayangkan di seluruh Indonesia dengan sertifikasi yang resmi bahwa host yang terlibat adalah dokter asli. Sedangkan itu, dibandingkan dengan platform media sosial sekarang seperti konten singkat di TikT-k atau Y-uTube, pemberian konten edukasi kesehatan memang menjadi lebih demokratis dan mudah diakses, tapi rawan untuk penyebaran konten kesehatan yang salah.

Terutama, penyebaran yang salah bisa menyebabkan kecemasan dan self-diagnosis yang sebenarnya dalam berbagai penyakit memiliki gejala yang mirip apabila tidak diperiksakan langsung ke tenaga medis. masyarakat seringkali menyamakan gejala dan mengambil kesimpulan cepat yang bisa berujung pada self-diagnosis yang salah. Konsekuensi negatif apabila self-diagnosis salah adalah bisa jadi keterlambatan pengobatan dan salah penggunaan obat. Padahal, sebenarnya manfaat influencer adalah menjangkau masyarakat secara luas dan bisa meningkatkan awareness gejala awal untuk pencegahan yang efektif.

Influencer kesehatan berguna untuk mengedukasi dan membantu masyarakat mengenali tanda bahaya, memberi edukasi dan meningkatkan pengetahuan dasar tentang kesehatan, serta mendorong masyarakat untuk melakukan pemeriksaan diri.

Influencer kesehatan memiliki potensi besar untuk edukasi dasar bagi publik. Namun, pada saat yang sama, influencer kesehatan memiliki resiko hoaks yang sangat besar dan resiko salah self-diagnosis. Situasi inilah yang menuntut masyarakat dan pemerintah untuk berpikir kritis dalam menavigasi konten kesehatan. Sehingga, solusinya adalah bukan menolak, tapi mengatur regulasi.

Regulasi yang bisa diciptakan yakni dengan memberi label khusus untuk konten kesehatan seperti "informasi medis diverifikasi" atau memberikan regulasi aturan untuk kolaborasi wajib dengan tenaga kesehatan yang sudah tervifikasi serta pengawasan yang ketat. Selain itu, bisa juga dengan kewajiban mencantumkan sumber medis yang valid dan pembatasan promosi obat/supplemen dengan disclaimer bahwa informasi yang diberikan bukan pengganti pemeriksaan medis. Dibalik itu, masyarakat juga dapat ambil peran dengan meningkatkan literasi kritis untuk membedakan konten edukasi dan promosi dan belajar untuk berpikir kritis saat menerima informasi kesehatan. Peran FasKes yaitu aktif membuat konten edukasi resmi untuk mengimbangi hoaks. Berbagai lapisan memiliki peran masing-masing dalam menjadikan influencer kesehatan efektif dalam pemberian edukasi kesehatan pada masyarakat.

Solusi terbaik bukanlah menolak fenomena influencer kesehatan, melainkan memastikan bahwa influencer kesehatanbekerja dalam kerangka regulasi dan etika sehingga masyarakat dapat menerima informasi yang aman serta bertanggung jawab dan mengangkat influencer kesehatan menjadi sebuah peluang yang baru untuk jangkauan informasi kesehatan yang luas.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image