Dari Akar ke Podium: Kisah Taru Prabawa Merawat Langka, Meraih Juara
Lomba | 2025-11-28 00:42:09
Yogyakarta, 21 November 2025 – Seminar pohon langka Indonesia di Universitas Sanata Dharma tiba-tiba terasa seperti hutan tropis yang hidup: penuh riuh, penuh semangat, dan tiba-tiba harum kemenangan. Di tengah suasana itu, kabar menggembirakan lahir dari Tim Paru Prabawa yang sukses meraih Juara 2 dalam program PELUK – Pendataan Lestari untuk Konservasi Pohon Langka. Tim ini dikomandoi oleh Afakhrul Masub Bakhtiar, dosen PGSD Universitas Muhammadiyah Gresik, alumni S2 Pendidikan Dasar sekaligus mahasiswa S3 Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Ia tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga menanamkan filosofi hidup dari akar hingga pucuk. Menariknya, ia ditemani oleh Ahmad Feditya Baihaqi dari Prodi Agribisnis, yang ternyata adalah keponakannya sendiri. Sebuah duet unik: paman dan keponakan yang menjadikan ilmu pengetahuan sebagai “warisan keluarga”, lengkap dengan bekal otodidak dari nenek dan buyut yang dulu sejak menanamkan cinta di alam. Program PELUK yang digagas oleh Forum Pohon Langka Indonesia, BRIN, dan LIPI, bukan sekedar lomba. Ia lebih mirip panggilan hati nurani: ajakan untuk mendengar bisikan sunyi pohon-pohon Nusantara yang kian langka. Para peserta ditantang mencatat spesies yang berstatus rentan (VU), terancam (EN), hingga kritis (CR) menurut daftar merah IUCN. Bayangkan, pekerjaan ini seperti menulis doa panjang dengan tinta berupa keringat dan dedikasi. Prof. Dr. Tukirin Partomihardjo, pakar ekologi sekaligus Ketua Forum Pohon Langka
Indonesia, menyampaikan apresiasi mendalam. Baginya, kemenangan Tim Paru Prabawa adalah obor kecil yang menyala di tengah gelapnya ancaman kepunahan. Obor itu bukan sekadar simbol podium, melainkan tanda bahwa generasi muda akademisi berani menyalakan api kesadaran ekologis, dan kali ini, api itu dinyalakan oleh paman dan keponakan yang kompak. Pendataan dilakukan secara menyeluruh: dari taman nasional, cagar alam, hutan lindung, hingga hutan adat, pekarangan rumah, dan jalur hijau perkotaan. Pohon langka tidak lagi dipandang sebagai benda diam, melainkan sebagai bagian dari lanskap sosial, budaya, bahkan spiritual bangsa. Lebih dari sekedar prestasi, kemenangan ini adalah pengingat bahwa pohon langka adalah naskah kehidupan yang ditulis alam. Setiap batang adalah kalimat tentang keteguhan, setiap daun yang gugur adalah catatan kaki tentang kefanaan, dan setiap akar adalah paragraf panjang tentang asal usul usul manusia. Dengan semangat ini, PELUK 2025 menjadi tonggak bahwa konservasi bukan hanya tugas negara, melainkan tanggung jawab bersama. Tim Paru Prabawa telah membuktikan bahwa ilmu pengetahuan, kepedulian, dan kerja keras bisa bersatu menjadi gerakan nyata, gerakan yang tidak hanya menjaga pohon, tetapi juga menjaga jati diri Nusantara. 
Catatan filosofis: Kemenangan ini lucu sekaligus indah, karena ternyata menjaga pohon bisa dilakukan sambil menjaga silaturahmi keluarga. Dari nenek dan buyut yang menanamkan cinta alam, hingga paman dan keponakan yang menorehkan prestasi,Semuanya seperti rantai ekologi: satu generasi menanam, generasi berikutnya merawat, dan generasi mendatang menuai pemeliharaan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
