Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Elisabeth Margareth

Kok Anak Zaman Sekarang Lebih Mudah Kena Karies? Ini Biang Keroknya

Edukasi | 2025-11-26 11:19:56
<a href=sumber:AriniDentalCare" />
sumber:AriniDentalCare

Banyak orang tua yang mulai menyadari bahwa anak-anak mereka lebih cepat mengalami gigi berlubang dibandingkan generasi sebelumnya. Fenomena ini terasa ironis karena akses informasi kesehatan semakin mudah, teknologi kedokteran gigi semakin maju, tetapi angka karies pada anak justru terus meningkat. Karies kini telah menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling umum dialami anak-anak. Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyebutnya sebagai penyakit kronis paling sering dijumpai di seluruh dunia. Pertanyaannya, apa yang sebenarnya menyebabkan anak zaman sekarang lebih rentan mengalami kerusakan gigi?

Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai laporan dan survei kesehatan menunjukkan bahwa angka karies pada anak meningkat secara signifikan. Kenaikan ini terlihat baik di perkotaan maupun di pedesaan. Salah satu faktor utama yang memengaruhi fenomena ini adalah perubahan pola makan keluarga modern. Konsumsi gula meningkat tajam dalam bentuk yang makin bervariasi, mulai dari makanan ringan, minuman manis, hingga kudapan sehari-hari yang tampaknya “biasa saja” namun sebenarnya kaya gula tersembunyi. Di sisi lain, rutinitas kebersihan gigi sering terabaikan karena perubahan gaya hidup, terutama karena meningkatnya penggunaan gawai di kalangan anak-anak. Kombinasi antara konsumsi gula yang tinggi dan kurangnya perawatan gigi harian menjadi pemicu besar meningkatnya risiko karies.

Jika dilihat lebih dalam, konsumsi gula pada anak-anak hari ini bukan hanya lebih tinggi, tetapi juga lebih sering. Minuman seperti boba, teh manis, minuman kemasan, dan susu UHT manis sangat mudah ditemukan dan menjadi bagian dari kebiasaan banyak keluarga. Belum lagi snack kekinian, roti manis, saus, dan makanan olahan lain yang mengandung gula tambahan dalam jumlah besar. Sering kali, orang tua tidak menyadari bahwa makanan yang dikira sehat pun ternyata mengandung kadar gula yang cukup tinggi. Anak-anak pun terbiasa ngemil sepanjang hari, sehingga gigi terus-menerus terpapar asam hasil dari pemecahan gula oleh bakteri di mulut. Kondisi ini membuat gigi tidak memiliki waktu cukup untuk kembali netral dan pulih, sehingga kerusakan enamel terjadi lebih cepat.

Masalah lain yang sering luput dari perhatian adalah kurangnya pemahaman orang tua mengenai aturan menyikat gigi yang benar. Banyak yang mengira bahwa anak sudah bisa menjaga kebersihan mulut sendiri sejak usia dini, padahal kemampuan motorik anak untuk menyikat gigi dengan benar baru benar-benar matang sekitar usia delapan hingga sembilan tahun. Dalam praktiknya, banyak anak yang hanya menyikat gigi sebentar atau tidak menjangkau area yang sulit dibersihkan. Terlebih lagi, aturan utama bahwa menyikat gigi malam sebelum tidur adalah kewajiban yang sering tidak dipatuhi. Padahal, pada malam hari, produksi air liur menurun sehingga bakteri lebih mudah merusak email gigi.

Kebiasaan tidur sambil mengisap dot atau botol susu juga masih banyak ditemukan. Susu yang tertinggal di mulut saat anak tertidur akan menempel lama di permukaan gigi dan menciptakan lingkungan yang sangat ideal bagi bakteri untuk berkembang. Kondisi inilah yang dikenal sebagai “nursing bottle caries,” salah satu penyebab klasik kerusakan gigi pada balita. Ditambah lagi, kebiasaan makan MPASI instan yang memiliki kandungan gula cukup tinggi semakin meningkatkan risiko karies pada usia dini.

Selain faktor-faktor tersebut, kurangnya kunjungan rutin ke dokter gigi juga menjadi penyebab utama karies berkembang tanpa terdeteksi. Banyak keluarga yang baru membawa anak ke dokter gigi ketika rasa sakit sudah muncul, padahal pemeriksaan rutin setiap enam bulan bisa membantu mencegah masalah sejak awal. Deteksi dini memungkinkan perawatan yang lebih sederhana dan tidak menakutkan bagi anak, sehingga kesehatan mulut mereka terjaga dalam jangka panjang. Faktor lingkunga, kondisi sosial ekonomi, serta kebiasaan perawatan gigi dalam keluarga juga turut berperan. Anak-anak yang hidup di lingkungan yang tidak membiasakan pola makan sehat atau jarang menjaga kebersihan gigi berisiko lebih tinggi mengalami karies.

Jika dibiarkan tanpa penanganan, karies dapat menimbulkan dampak yang sangat mengganggu kehidupan sehari-hari anak. Rasa nyeri yang terus-menerus membuat anak sulit makan dan menurunkan berat badan karena nafsu makan berkurang. Banyak anak yang kehilangan fokus belajar di sekolah karena rasa sakit yang tidak tertahankan. Dalam beberapa kasus, karies dapat menyebabkan infeksi seperti abses yang memerlukan perawatan lebih lanjut. Kerusakan pada gigi susu juga bisa memengaruhi pertumbuhan gigi permanen. Selain berdampak pada kesehatan, perawatan gigi yang terlambat biasanya membutuhkan biaya lebih besar dan waktu pengobatan yang lebih lama.

Meski begitu, kabar baiknya adalah karies sebenarnya dapat dicegah dengan langkah-langkah sederhana tetapi konsisten. Rutinitas menyikat gigi dua kali sehari, terutama sebelum tidur, adalah fondasi utama. Anak perlu dibiasakan menggunakan pasta gigi berfluoride sesuai usia dan menyikat gigi selama minimal dua menit. Orang tua sangat disarankan untuk mendampingi anak saat menyikat gigi, memastikan bahwa seluruh permukaan gigi dibersihkan dengan baik. Selain itu, mengendalikan konsumsi gula harian sangat penting. Membiasakan air putih sebagai minuman utama, bukan minuman manis, merupakan langkah kecil namun sangat berdampak.

Kunjungan rutin ke dokter gigi juga sebaiknya menjadi bagian dari gaya hidup keluarga. Dengan pemeriksaan berkala, dokter dapat mendeteksi tanda-tanda awal kerusakan gigi dan memberikan tindakan pencegahan seperti aplikasi fluoride. Orang tua juga perlu menghindari kebiasaan memberikan botol susu saat anak tidur dan mulai membangun lingkungan yang mendukung kesehatan gigi di rumah, termasuk menjadi contoh bagi anak dalam menjaga kebersihan mulut.

Karies bukan hanya tentang gigi yang berlubang. Ini adalah masalah kesehatan yang dapat memengaruhi tumbuh kembang anak secara keseluruhan. Dengan membangun kebiasaan kecil yang benar sejak dini, anak-anak dapat tumbuh dengan gigi yang lebih kuat dan senyum yang lebih sehat. Perubahan kecil dalam pola makan, kebiasaan kebersihan, dan kesadaran keluarga dapat membuat perbedaan besar. Demi kesehatan masa depan anak-anak kita, sudah saatnya kita mulai lebih peduli pada kesehatan gigi mereka, dimulai dari rumah dan dari langkah-langkah kecil yang sederhana.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image