Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deron Onesiforus

Empeng: Teman Tidur atau Musuh Gigi Anak? Cek Faktanya!

Edukasi | 2025-11-25 11:09:26
sumber: https://www.winningsmiletor.com

Pernah tidak, pada saat anak menangis nonstop di malam hari, Anda bingung harus bagaimana? Solusi pertama pasti adalah memberi anak empeng. Empeng sering jadi “senjata rahasia” orang tua untuk menenangkan bayi. Anak bisa tidur nyenyak, orang tua pun lega. Tapi hati-hati, kalau dipakai terlalu lama, empeng bisa bikin gigi anak ngambek dan tidak rapi!

Apa sih manfaatnya empeng?

Awalnya empeng memang bermanfaat, yaitu untuk membantu bayi tidur dan menurunkan risiko SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) atau sindrom kematian bayi mendadak. Tapi, kalau dipakai terus-menerus, gigi anak bisa mulai bermasalah. Masalah gigi yang sering muncul disebut maloklusi, yaitu gigi yang tidak sejajar saat mulut menutup.

Beberapa bentuk maloklusi yang paling umum:

sumber: https://my.clevelandclinic.org/-/scassets/Images/org/health/articles/malocclusion

1. Gigi depan tidak menutup (anterior open bite)

2. Gigi belakang salah posisi (posterior crossbite)

3. Gigi depan terlalu menonjol (overjet)

Dalam beberapa penelitian, hingga 80% anak pengguna empeng mengalami salah satu masalah ini. Berita baiknya, gangguan ini bisa membaik jika empeng dihentikan. Misalnya, open bite yang awalnya 85% turun menjadi 4% setahun setelah berhenti.

Berarti, anak harus stop pakai empeng dong? Karena, kalau pakai empeng pasti kena maloklusi?

Tidak semua anak yang pakai empeng akan bermasalah. Risiko tergantung pada:

 

  • Durasi: seberapa lama empeng dipakai setiap hari
  • Frekuensi: seberapa sering dipakai
  • Intensitas isapan: seberapa kuat anak mengisap

Dari ketiganya, durasi adalah yang paling penting. Anak yang berhenti sebelum usia tiga tahun jauh lebih jarang mengalami masalah gigi dibanding anak yang tetap memakai empeng setelah usia tersebut.

Contohnya:

 

  • Anak >3 tahun → 65% mengalami open bite
  • Anak 3 tahun → 18% mengalami open bite

Maka dari itu, dokter gigi anak sering menyarankan orang tua untuk menghentikan kebiasaan empeng anak sebelum usia tiga tahun.

Kalau terlalu lama pakai empeng, dampaknya apa?

Gigi yang tidak rapi bisa menimbulkan masalah lain:

1. Bicara jadi kurang jelas karena posisi gigi dan lidah berubah

2. Mengunyah sulit sehingga anak kesulitan makan beberapa jenis makanan

3. Percaya diri menurun, anak jadi minder tersenyum atau berbicara di depan orang lain

Kalau masalah ini menetap, perawatan ortodonti seperti behel atau aligner sering diperlukan, dan biayanya sangat mahal.

Bagaimana supaya anak saya bisa lepas dari empeng?

Menghentikan empeng bisa dilakukan dengan strategi sederhana:

1. Batasi empeng sejak anak berusia 18 bulan, hentikan sepenuhnya sebelum 3 tahun.

2. Gunakan empeng hanya saat tidur siang atau malam.

3. Berikan alternatif, seperti boneka kesayangan, pelukan, atau musik lembut.

4. Pujian atau hadiah kecil bila anak berhasil menahan diri.

5. Konsultasikan ke dokter anak atau dokter gigi jika kesulitan.

Dengan dukungan orang tua dan tenaga kesehatan, tingkat keberhasilan bisa mencapai 90%.

Hal yang perlu diperhatikan

Selain durasi pemakaian, faktor sosial dan ekonomi juga memengaruhi risiko. Anak dari keluarga dengan akses terbatas ke layanan kesehatan gigi lebih rentan mengalami gangguan.

Beberapa produk empeng “ortodontik” diklaim lebih aman, tetapi penelitian masih terbatas. Jadi jangan hanya mengandalkan klaim marketing.

Kesimpulan

Empeng memang berguna di awal kehidupan bayi, tapi jangan sampai kebiasaan ini merusak gigi anak. Usia tiga tahun adalah batas kritis untuk menghentikan penggunaan empeng.

Dengan berhenti tepat waktu, anak bisa:

 

  • Memiliki gigi yang rapi
  • Bicara lebih jelas
  • Terhindar dari biaya besar untuk perawatan ortodonti

Ingat, empeng seperti roda bantu sepeda. Awalnya berguna, tapi harus dilepas agar anak tumbuh sehat, mandiri, dan percaya diri.

Referensi

1. Peltzer, K., & Pengpid, S. (2017). Use of pacifiers and its impact on dental health: A review of studies. BMC Oral Health, 17(1), 120.

2. Larsson, E., & Bondemark, L. (2015). Effects of pacifier use on dental occlusion in children: A systematic review. European Journal of Orthodontics, 37(5), 535–541.

3. Peres, M. A., et al. (2010). Pacifier use and malocclusion in preschool children: A longitudinal study. Journal of Dentistry for Children, 77(1), 23–30.

4. American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD). (2024). Policy on the Use of Pacifiers in Infants and Children.

5. Proffit, W. R., Fields, H. W., & Sarver, D. M. (2019). Contemporary Orthodontics (6th ed.). Elsevier.

6. Umeds.id. (2025). Mitos dan Fakta Empeng pada Bayi dan Anak. Diakses dari: https://umeds.id

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image