Tekanan Akademik yang Perlahan Mengikis Semangat Belajar
Pendidikan | 2025-11-22 17:10:06Salah satu masalah yang kerap dihadapi mahasiswa di perguruan tinggi adalah tekanan akademik. Beban tugas yang menumpuk, jadwal kuliah yang padat, serta tuntutan untuk selalu berprestasi sering membuat proses belajar kehilangan maknanya. Banyak mahasiswa merasa jenuh, cemas, bahkan kehilangan motivasi. Antusiasme yang dulu timbul dari rasa ingin tahu berubah menjadi tekanan untuk sekadar memenuhi target. Mungkin tekanan ini dianggap wajar dan diyakini dapat memacu prestasi, padahal, kenyataannya sering menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan mental dan semangat belajar. 
Faktor internal seperti perfeksionisme dan kurangnya manajemen waktu, serta faktor eksternal seperti tuntutan nilai dan ekspektasi keluarga, memperparah kondisi tersebut. Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga yang diajarkan berpikir kritis dan menjunjung kesejahteraan manusia, Menurut saya, tekanan akademik itu bukan dorongan, melainkan beban. Karena itu perlu diperbaiki supaya belajar bisa terasa menyenangkan lagi.
Tekanan akademik adalah kondisi di mana seseorang mengalami tuntutan tinggi dalam aspek akademik yang kemudian menimbulkan stres. Ketika tingkat stres ini meningkat, motivasi dan semangat belajar juga bisa menurun. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan akademik memiliki dampak negatif yang signifikan pada motivasi belajar mahasiswa dan siswa. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan akademik tinggi menyebabkan mahasiswa merasa tertekan sehingga penurunan motivasi belajar pun terjadi secara signifikan (Puspitha, F. C., Sari, M. I., & Oktaria, D., 2020).
Beban akademik yang berat dapat menyebabkan kelelahan mental, hilangnya konsentrasi, dan bahkan hilangnya rasa percaya diri. Hal ini semakin memperjelas bagaimana tekanan akademik tidak hanya mengganggu proses belajar, tetapi juga menggerus semangat belajar itu sendiri. Di dalam suatu penelitian, ditemukan bahwa tekanan akademik berpengaruh negatif dan signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa, di mana 12,5% variasi prestasi bisa dijelaskan oleh tekanan akademik yang dialami. Ini berarti, tekanan yang tidak dikelola dengan baik dapat menurunkan kemampuan belajar secara nyata (Rahmawati, S., Indriayu, M., & Sabandi, M., 2014).
Kondisi ini diperkuat oleh penelitian yang menunjukkan bahwa stres akademik dan motivasi belajar secara simultan memengaruhi prestasi belajar mahasiswa hingga 61,2%. Temuan ini mengindikasikan bahwa tingkat stres akademik yang tinggi dapat menurunkan motivasi belajar, yang pada akhirnya berdampak negatif terhadap hasil belajar (Saputra, Y., 2021).
Sebuah studi kasus yang dilakukan di Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Tulungagung menunjukkan bagaimana tekanan akademik yang dialami mahasiswa santri berdampak secara signifikan pada motivasi belajar mereka. Mahasiswa yang menjalani pendidikan ganda, yakni menempuh perkuliahan sekaligus kewajiban di lingkungan pesantren, menghadapi tumpang tindih tanggung jawab yang menciptakan tekanan akademik berlebih. Studi ini menemukan bahwa tingkat stres akademik yang tinggi secara langsung menurunkan motivasi belajar mahasiswa (Ardhiati, T. 2025). Kondisi ini menekankan perlunya pengelolaan stres dan dukungan emosional agar mahasiswa dapat menjaga semangat dan komitmen belajar mereka meskipun menghadapi tekanan ganda.
Penelitian yang ada menggarisbawahi bahwa penyediaan layanan konseling, strategi pembelajaran adaptif, serta dukungan sosial di lingkungan pendidikan sangat penting bagi mahasiswa yang menghadapi keadaan serupa. Perguruan tinggi berbasis pesantren disarankan untuk mengimplementasikan pendekatan holistik dalam membantu mahasiswa menyeimbangkan peran akademik dan pesantren. Dengan adanya dukungan dan pengelolaan yang tepat, diharapkan penurunan motivasi belajar akibat stres akademik dapat diminimalisir sehingga mendorong keberhasilan akademik dan kesejahteraan mahasiswa secara optimal (Ardhiati, T. 2025).
Dari sisi psikologis, tekanan akademik yang terus-menerus dapat menyebabkan munculnya gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi ringan. Hal ini sudah ditunjukkan dalam beberapa riset yang menyebutkan bahwa mahasiswa dengan tingkat stres akademik tinggi cenderung memiliki prestasi belajar lebih rendah dan motivasi yang menurun (Condroningtyas, S. A., & Marsofiyati, M., 2024). Dampak psikologis ini semakin memperdalam efek negatif tekanan akademik terhadap semangat belajar.
Tekanan akademik yang berlebihan tidak hanya mengganggu prestasi, tetapi juga bisa membuat mahasiswa merasa jenuh dan kehilangan ketertarikan pada materi kuliah. Dalam pembelajaran daring misalnya, banyak mahasiswa mengaku kurang termotivasi karena tugas yang menumpuk dan minimnya interaksi langsung dengan dosen, sehingga beban mental mereka semakin berat. Situasi seperti ini perlu mendapat perhatian serius agar tidak berdampak buruk dalam jangka panjang.
Lalu, bagaimana cara mencegah tekanan akademik agar tidak semakin mengikis semangat belajar? penelitian menyarankan berbagai strategi pengelolaan stres, seperti manajemen waktu yang baik, latihan relaksasi, serta dukungan sosial dari keluarga maupun institusi pendidikan. Selain itu, kampus dan sekolah juga diharapkan menyediakan layanan konseling serta program yang dapat membantu meningkatkan motivasi belajar (Zahwa, F. R., 2024).
Menyadari keberadaan tekanan akademik dan dampaknya sangat penting bagi semua pihak. Mahasiswa dan pelajar perlu memahami tanda-tanda awal kelelahan mental dan tidak ragu mencari bantuan jika diperlukan. Orang tua dan pendidik pun sebaiknya memberikan dukungan yang positif agar semangat belajar tidak mudah luntur.
Dengan penanganan yang tepat, tekanan akademik sebenarnya tidak perlu menjadi ancaman yang perlahan menguras semangat belajar. Sebaliknya, jika dikelola dengan baik, tekanan itu bisa berubah menjadi dorongan untuk belajar lebih efektif dan menikmati prosesnya. Semangat belajar yang tetap terjaga akan membuka peluang untuk meraih prestasi dan berkembang secara optimal.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
